line 2: kalah lagi.

184 16 2
                                    

.

.

.

Aku menaiki tangga menuju kelasku dengan langkah malas, seharusnya hari ini aku mendapatkan kelas siang tetapi Dosen dengan seenaknya menyuruhku agar aku masuk pada jam 8 pagi.

Setelah memijaki tangga terakhir, lantas aku berjalan menuju kelasku. Dan ternyata di kelas sudah ada Digo dengan.. Ponsel digenggamannya, aku tahu dia sedang memainkan permainan sialan itu. Err, berulang kali aku berusaha merebut ponselnya hanya untuk menghapus game tersebut, nyatanya, dia kembali men-download ulang. Oke, fine, aku pasrah. Aku ini apa? Hanya pacarnya saja, nggak lebih.

Aku menaruh tasku di atas meja dengan kasar lalu menumpukan wajahku pada kedua tanganku kesal. "Ehem," gumam Digo dari belakangku. Aku hanya memutar bola mata dan menenggelamkan kepalaku pada kedua tanganku. "Ehem," gumamnya lagi.

"Apa, hah? Apa?" Ujarku kesal.

Dia berdiri dari duduknya dengan cuek, kemudian menyandarkan satu telapak tangannya di atas mejaku, sedangkan yang satu untuk memegang ponselnya. "Mana hp, mu?"

"Digo? Oh, please! Aku capek dan aku lagi males buat main get rich--"

"Cepet."

"Oke, fine."

Lantas aku mengeluarkan ponselku dan membuka game terkutuk kemudian bermain dengannya. "Pokoknya kalau aku menang, kamu harus hapus permainan jelek ini!" Ketusku seraya menarik hidung mancungnya kesal.

"Dan kalau aku menang, kamu harus lari memutari taman selama 3 kali? Deal?"

"What the.."

"Shh, omongannya." Dia menarik pipiku dan mengusapnya pelan kemudian menyuruhku untuk melanjutkan permainan tersebut. Sementara aku, ya, aku, aku hanya bisa pasrah.

5 minutes.

"Digo! Ih, uang aku tinggal dikit masaaaaa!"

"Digo, Ih! Kamu banyak banget bangunannya, bagi aku satu dong."

"Hahaha, yang sabar ya, Al. Kamu emang selalu ditakdirkan untuk kalah kok." Ujar Digo seraya mengusap kepalaku.

"HAHAHAHA, MAMPUS, MAMPUS, MAMPUS, KAMU NGINJAK RUMAH AKU, MAMPUS!" Aku tertawa lalu memukul kepalanya, sedangkan dia hanya bisa tersenyum kemudian mengangguk.

"HAHAHAHAHA, KARMA ITU ADA, SAYANG." Nyatanya Aku menginjak bangunan Digo yang kupertahankan dengan susah payah agar tidak terinjak, ini memang takdir. Kemudian dia menarik pipiku gemas. Aku tidak ingin kalah, aku terus membeli tempat di manapun aku berada.

"Good."

"Ah!"

"DIGOOOO!" Aku mencubit perutnya dengan kekesalan amat dalam.

"Hahaha, kena lagi!"

"Digo, susah."

"Kamu salah, Al."

"Digo, HAHAHA, kamu kalah lagi."

"Loh, Dig, kok uang aku tinggal dikit?"

"Alicia, giliran kamu."

"Ah yes! Digo kalah, Digo kalah, hahaha."

"Hahaha, Alicia kalah, Alicia kalah, hahaha."

"Ingat ya, aku bakal mena--"

"HAHAHAHA."

***

hi?

Line: 2Where stories live. Discover now