line 3: alicia sakit:(

216 13 3
                                    

16:20

Alicia Silverstone : Uhm googokk

Digo A. : apaan bacot

Alicia Silverstone : temenin makan es krim

Digo A. : gabisa males kamu aja sendiri

Alicia Silverstone : aiiiiiiihhhhh kenapa sih gogok ayo dong jahat aku benci sm km, pacar lg sakit jugaa

Digo A. : yaudaa ga peduli. Km benci aku, aku juga benci kamu, kita keluarga bahagia deh :)

Alicia Silverstone : apaan si sok lucu.. Gogok aku mau makan es krim nah temenin coba

Digo A. : apasih sok manja. Kamu skit g boleh makan es krim.

Alicia Silverstone : oke.

Digo A. : main get rich yuk?

Alicia Silverstone : uda ah cape aku mau tidur, km jangan ajak aku main lg aku benci km.

.

.

.

Menutup ponsel, aku pun menaruh ponselku pada meja nakas di samping tidur. Lekas aku menaikkan suhu ac lalu merebahkan tubuhku pada kasur. Entah, akhir-akhir ini Digo sangatlah menyebalkan, meski pada kenyataan sudah berulang kali dia memperlakukanku seperti ini, namun jujur saja. . . aku gerah.

Dia selalu egois terhadapku, ya, memang, sih dia egois tetapi selalu membuatku nyaman. Tapi untuk sekarang aku lebih baik mengalah, jika aku terus memaksakan kehendakku, aku takut hubunganku dengannya akan terjadi apa-apa.

Apa memang Digo sudah berubah? Dua hari terakhir ini aku demam, dan cueknya tetap sama saja. Oh, aku hanya ingin dia memperhatikanku selama aku sakit. Tapi jika memang dia tidak mau, toh, itu haknya.

••

Suara mangkuk serta siulan menganggu indera pendengaranku, aku membuka mataku perlahan-lahan, menetralisirkan suasana dengan pandanganku yang sedikit buram. Kepalaku sakit lagi, setelah demam pastilah pusing ini akan melandaku, aku takut dengan penyakit ini.

Merasakan ranjangku bergerak, pun aku menoleh ke samping mendapati Digo duduk di belakangku dan tersenyum dengan mangkuk putih ditangannya. "Hai, mau makan?" Aku memutar kedua bola mata-masih marah dengan peristiwa sebelum aku tertidur tadi. Kupikir dia akan membawakanku es krim, nyatanya tidak.

"Nih liat," Digo mengeluarkan sebuah es krim dari tas kresek di atas meja dan memamerkannya di depanku. "Makan ini dulu, terus kita makan es krim. Gimana?" Tanyanya.

Aku mendumel sebal, sekeras apapun aku menggunjingkan dirinya dalam hatiku, pada akhirnya aku akan meleleh juga di dalam perhatian sederhananya. Lantas aku mencubit perutnya membuat dia terkekeh sejenak. "Ih, aku benci kamu, Digo taik! Kenapa, sih? Kenapa harus bikin aku marah dulu baru dateng dan bawain kemauanku?! Aku tu. . . ih capek!"

Digo tertawa dan menarik hidungku, sejenak dia menaikkan alisnya. "Karna kamu itu lucu kalau lagi marah."

"Ih, emang kamu pikir kamu ganteng kalau nyebelin?"

"Idih, becanda doang. Kamu itu gak lucu, gak cantik, gak manis, gak cute, gak sama sekali."

Lagi, aku mencubit perutnya. Dia mendesis kesakitan lalu menaruh mangkuk tadi ke atas meja di samping. Kedua tangannya mengusap-usap bekas cubitanku tadi, yang jelas aku yakin itu sangat sakit karena aku mencubitnya dengan sangat kecil. "Rasain, makanya jangan ngatain aku kayak gitu, dong."

"Tapi kamu ngangenin, sayang." Lalu dengan mudahnya dia mencolek daguku. Aku menunduk malu dan dapat merasakan kemerahan pada pipiku, oh-astaga! Itu hanya gombalan murahan Digo, Alicia. Sudah berapa kali dia menggombaliku? Dan sebagian besar itu hanya karena ingin menghiburku. "Loh, kok diem? Mau makan gak, sih? Dih, dipikir gak capek apa masakin bubur terus keluar cari es krim?"

Line: 2Where stories live. Discover now