Sebuah pesan masuk dari layar berukuran 5,5 inci yang sedari tadi berada diatas meja mini berwarna biru muda.
Dengan cepat, diambilnya gawai yang sudah cukup lama dia abaikan. Membuka pesan masuk yang entah kapan terakhir kali ia dapatkan.
"Cil, gua kangen lu."
Satu kalimat itu, berhasil membuat pertahanan yang ia bangun kurang lebih satu bulan runtuh seketika. Seakan ditusuk beribu pedang tajam, dadanya terasa begitu pilu dan membeku.
Apa lagi yang diinginkan semesta dari dirinya?
Menangis pilu seperti orang tak ada harapan hidup, lagi?
Mengapa semesta membawanya kembali?
Malam itu, sudah cukup. Otaknya seakan memutar ulang memori tiga tahun bersama satu-satunya pria yang pernah membuatnya hidup, namun kembali menenggelamkannya ke dasar laut, mati. Pipinya sudah penuh dengan bulir-bulir dosa pria yang setiap jalannya mungkin akan selalu dikutuk oleh malaikat.
Gadis dengan mata yang terlihat sangat membutuhkan tidur berpikir keras. Dosa apa yang sudah ia perbuat hingga mendapatkan siksaan batin yang begitu memilukan.
Setelah sepuluh menit, mengatur nafas, mencoba tenang dan menghilangkan rasa sakit--walaupun tidak bisa. Barulah ia sanggup membalas pesan yang setiap katanya mengundang rasa sakit yang masih sama semenjak malam perayaan sebuah perpisahan itu.
"Kenapa?"
Hanya itu. Hanya itu yang sanggup ia kirimkan. Cacian, marah, emosi, sedih, dan kutukan yang selama ini ia tujukan padanya tak akan pernah sampai pada pria yang paling ingin ia benci. Hanya berakhir di sebuah draft yang tak akan pernah terkirimkan.
Mau menyalahkan siapa? Bahkan, amarahnya tak akan mengubah apa-apa. Mereka sudah berakhir. Lebih parahnya, mereka selesai sebelum memutuskan untuk memulai semuanya.
Usang
2019.
KAMU SEDANG MEMBACA
USANG [ m e m u l a i ]
Teen FictionTuan, Waktu membawa kita ke titik ini. Titik dimana kita sudah saling berbalik arah dan ingin melupakan. Keberadaanku sudah tak sepenting dulu. Rasa sesak menyeruak, Memutar ulang memori tentangmu, Tuan. Tentang kita, Tentang bagaimana aku dan kam...