Padre 1

71 12 0
                                    

Permulaan

Suara bising kenalpot mengisi parkiran sekolah bergengsi, yang banyak diidamkan anak-anak smp ataupun mts untuk melanjutkan di sana. Seorang anak perempuan turun dari motornya bersama dengan padrenya, motor tua yang seharusnya sudah di museumkan.
"Padre, benar ini sekolahnya? Anna gak pernah tau kalau di daerah kita ada sekolah sebesar ini", Anna Musfira bocah perempuan yang baru saja turun dari motor tua pemberian orangtuanya saat Anna duduk di kelas 9.

"Hahaha,, Nony kau memang tidak tahu apa-pun, selalu di rumah kalau pulang sekolah. Tidak pernah main kemanapun. Nony, ini adalah sekolah bergengsi, banyak sekali anak-anak yang mau melanjutkan kesini. Lihatlah mereka, sepatu, pakaian, tas, handphone terlihat menggiurkan sekali. Nony apa kau akan malu nanti saat kamu bersekolah disini? Atau kita pulang saja dan mencari sekolah lain untukmu nony?"
mungkin untuk kebanyakan orangtua dari kalangan menengah jika berkata seperti itu ada semburat khawatir yang nampak di wajah mereka.

Tapi padrenya berbeda, yang ada hanya wajah tegas menantang putrinya, Anna sudah kenal betul tabiat padrenya itu yang artinya dia harus mau sekolah disitu. Menjadi mandiri, kuat, tangguh seperti kisah-kisah pejuang wanita yang menjadi pengantar tidurnya sampai sekarang.
" Anna akan sekolah disini padre, Anna tidak bisa seperti mereka. Tapi hanya untuk saat ini, untuk disaat mendatang Anna akan seperti mereka bahkan jauh lebih tinggi padre", api yang berkobar tampak dimata bulatnya itu.


" Hahahah, bagus sekali nony. Kamu sudah seperti seorang ksatria saja. Ayo! Cepat kesana, tunjukkan kalau nony ini adalah gadis yang berbeda dan luarbiasa" padrenya terlihat bersemangat sekali, Anna dibuat tersenyum dengan kelakuan padrenya itu.

Saat Anna dan padrenya mulai mendekati meja registrasi banyak sekali pasang mata yang menatapnya dan padrenya itu, tatapan heran. Mungkin jika Anna punya kemampuan membaca pikiran seperti Saiki Kusuo, Anna bisa tahu isi pikiran mereka tentang dirinya dan padrenya.

Anna bukanlah penonton anime tapi padrenya sering bercerita berbagai tokoh anime dengan kemampuan magisnya yang luar biasa. Seperti Saiki Kusuo yang mempunyai kemampuan telepati, psikokinesis, pyrokinesis, penerawangan, transformasi atau Saiki sering disebut sebagai cenayang.

Entah dari mana padrenya tahu cerita seperti itu, maklum saja di rumahnya yang kecil itu tidak ada televisi ataupun barang mewah lain. Yang ada hanya kipas angin tua dan sepeda motor tuanya itu.

Anna dan padrenya duduk di kursi registrasi dan mengisi semua biodata yang terpampang disana. Mulai dari hal-hal yang biasa diisi dalam biodata, dan dikolom terakhir ada penulisan untuk jumlah nilai UN. Anna dapat terbilang siswi pintar, ah !
bukan pintar tapi cerdas.

Seorang anak yang mampu menjuarai International Mathematical Olympiad (IMO) ke-59 yang diselenggarakan di Cluj-Napoca, Rumania. Jadi jangan salahkan jika sekarang guru pembimbing yang duduk di bangku registrasi dibuat takjub dengan nilai sempurnanya itu. Anna sudah terbiasa melihat ekspresi seperti itu, padrenya sekarang sedang menahan tawanya melihat hal itu. Menyebalkan sekali, saat orangtua teman-temannya menekankan supaya anak mereka untuk mendapat nilai sempurna tapi padrenya bilang kepadanya

" Nony, jangan belajar terus-menerus, apa kau tidak bosan? Padremu ini sudah bosan sekali melihat nilaimu yang selalu dengan angka yang sama terus, selalu saja mendapat nilai 100. Coba kau sekali-kali mendapat nilai jelek".

Anna ingin sekali membalas perkataan padrenya itu, tapi mau bagaimanapun pasti padrenya yang akan selalu unggul. Melawan seorang alumnus jurusan hukum di Stanford University sama saja dengan sia-sia.

Tidak banyak yang tahu memang jika padrenya adalah alumnus universitas ternama di dunia. Tapi bagi Anna padrenya itu hanya orang tua biasa yang dapat diandalkan, beliau sangat hebat berlakon. Terkadang menjadi ibu yang pandai memasak untuk Anna, menjadi sahabat sebagai tempat pengungkap emosi Anna, sebagai ayah yang mencari nafkah untuk Anna.

" Nony, mari bertaruh kau pasti akan terkenal di sekolah ini. Lihat nilaimu saja, guru itu sudah medelik ke kertas biodatamu itu. Padre yakin kau tidak mengisi semua prestasimu di kertas itu" sunguh menyebalkan padrenya itu berbisik-bisik tapi tepat dihadapan orangnya pasti itu dapat terdengar dengan jelas. Anna mencebik kesal " Ayolah padre jangan berulah lagi, lihat mereka menatap enggan ke arah Anna. Anna ingin hari ini bisa berjalan lancar padre" padrenya terkikik geli mendapat jawaban dari Anna.

Hai, gimana nih ceritanya? Semoga suka ya. Maaf jika mengecewakan. Hanya ingin mencoba membuat hal baru.

Salam penulis, Aolia★
Ig @aoliains

PadreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang