4

1.1K 220 18
                                    

***

"Tidak ada pengacara yang bernama Lalisa Jung disini," ucap seorang pengacara pria yang baru saja Jiyong telpon. Jiyong seharusnya menanyakan pertanyaan keduanya, namun pria yang ia telpon sudah lebih dulu mematikan panggilan tersebut secara sepihak.

Di jam makan siang, Jiyong mendapatkan sebuah kartu nama dari Chaerin. Kartu nama itu milik seorang pengacara bernama Park Hyunsik. Begitu kembali ke mejanya setelah ia menghabiskan makan siangnya, Jiyong menghubungi pria itu. Awalnya pria itu menyapanya dengan ramah, namun begitu mendengar nama Lalisa keluar dari mulut Jiyong, nada bicara pengacara itu jadi terdengar sangat ketus. Mungkinkah seorang kekasih yang cemburu? pikir Jiyong namun ia tidak dapat mengungkapkan apapun selain menghela nafasnya. Sulit sekali mencaritahu tentang si gadis cantik itu.

"Haruskah aku datang sendiri kesana?" gumam Jiyong sembari memperhatikan layar handphonenya– dimana nomor Park Hyunsik masih tertera disana. "Ah tidak tidak tidak. Tidak ada alasan untuk datang kesana,"

Hari akhirnya berakhir, dengan letih setelah beberapa meeting Jiyong melangkah keluar dari kantornya. Langkahnya terasa berat ketika ia berjalan menuju mobilnya dan mulutnya terus saja menghela nafas yang juga berat. Hari Senin selalu berat untuk sebagian besar orang. Dengan kepala tertunduk, Jiyong melangkah keluar dari lift, namun langkah kakinya terhenti sebuah sepatu hak tinggi berwarna hitam. Seorang gadis berdiri di depan lift dan hampir saja Jiyong tabrak.

"Ah! maaf- oh?!" tutur Jiyong yang lantas mengangkat kepalanya untuk menatap gadis yang hampir saja ia tabrak. Gadis itu! Gadis yang seharian ini ia cari berdiri di depannya. Gadis itu hanya diam, seakan membeku di depannya. Bahkan ketika pintu lift di belakang Jiyong mulai tertutup, Lisa tidak bereaksi– ia hanya menunggu Jiyong pergi dari jalannya. Jiyong lantas tersenyum, mulutnya kemudian berucap, "kita bertemu lagi," suaranya terdengar lembut dan lebih percaya diri sekarang. Sudah lama Jiyong bekerja di gedung besar itu, namun setelah bercinta dengan Lisa di kelab malam, ini adalah kali pertama Jiyong bertemu Lisa di tempat kerja.

Selama bertahun-tahun, Jiyong tidak pernah tahu kalau ada gadis secantik Lisa di gedung tempatnya bekerja. Ah, pengacara di lantai 18 juga bilang kalau tidak ada pengacara bernama Lalisa di firma hukum mereka, jadi mungkin saja Lisa sebenarnya seorang klien tetap di firma hukum tersebut– setidaknya anggapan tersebut masih dapat Jiyong terima.

"Halo, senang bertemu denganmu," ucap Lisa kemudian, suaranya terdengar cukup jelas namun suara itu lebih terdengar seperti bisikan, bahkan lebih pelan lagi.

"Tadi pagi aku melihatmu dan mobilmu di persimpangan lalu masuk kesini- ah tidak! Jangan salah paham, aku tidak mengikutimu, aku juga bekerja di gedung ini, kau bekerja di sini juga?" tanya Jiyong yang kemudian menggaruk tengkuknya sendiri, pria itu tidak ingin terlihat seperti seorang pria aneh di mata Lisa. Ia tidak ingin terlihat seperti seorang penguntit.

"Aku baru saja pindah kesini," jawab Lisa, tetap terdengar sangat pelan. "Ini hari pertamaku bekerja," gadis itu terlihat senang di ajak bicara, namun suaranya yang teramat pelan dan sangat lembut terasa sedikit berbeda jika di bandingkan dengan Lalisa yang Jiyong tiduri akhir pekan lalu. Mungkin gadis itu hanya tidak ingin menunjukkan sisi lain dari hidupnya di kantor, pikir Jiyong dan itu adalah suatu hal yang wajar.

Pintu lift terbuka, dan suara seorang pria menghancurkan perhatian Lisa pada obrolan mereka. Jiyong mengikuti arah pandangan Lisa, keduanya menoleh ke lift dan ada Pengacara Park Hyunsik dan Lee Chaerin disana. Park Hyunsik menatap Lisa, kemudian tatapannya beralih pada Jiyong dan pria itu pun berucap, "ku pikir kau sudah pulang, Sekretaris Jung,"

"Ada yang tertinggal- terimakasih," jawab Lisa, ketika Pengacara Park mengulurkan tangannya dan memberikan sebuah tas jinjing wanita lengkap dengan sebuah kunci mobil pada Lisa. Gadis itu kemudian menundukan kepalanya, memberi sebuah salam pada Jiyong, Chaerin dan pengacara Park sebelum kemudian ia berbalik dan pergi.

"Kalau begitu aku juga harus segera pulang, aku pergi duluan Chaerin-ah," ucap Park Hyunsik dengan sebuah senyum kecil di wajahnya untuk Chaerin– sedangkan pada Jiyong, pria itu hanya menatap Jiyong dengan tatapan sinis yang sulit di pahami.

"Ya! Siapa dia?!" tanya Jiyong, kesal karena melihat tatapan Pengacara Park padanya. "Menyebalkan sekali wajahnya," gerutu pria itu sementara Lisa dan teman prianya sudah masuk ke dalam mobil mereka masing-masing.

"Pengacara yang tadi kau telpon, oppa, kau tidak mengenali suaranya?" tanya Chaerin, bersikap seperti biasanya namun tetap tidak beranjak dari tempatnya berdiri– di sebelah Jiyong. "Oppa, kau sudah makan malam?"

"Pengacara Park Hyunsik? Dia bilang, dia tidak mengenal Lisa- penipu. Ajaklah kekasihmu makan malam, aku sedang tidak ingin makan sekarang, aku duluan," ucap Jiyong yang lantas melangkah meninggalkan Chaerin begitu saja. Pria itu berencana untuk mengikuti mobil Lisa lagi.

Dan kali ini, mobil Lisa masuk ke sebuah gedung apartemen 10 lantai di perbatasan antara pusat kota dengan Fear Street. Mengetahuinya membuat Jiyong kemudian menggumam, "ah... Jadi disini rumahnya," gumam Jiyong yang kemudian membawa pergi mobilnya untuk menjauhi tempat itu.

Akan sangat aneh kalau Jiyong tiba-tiba datang kesana. Lisa pasti akan tahu kalau Jiyong membuntutinya dan itu tidak akan bagus untuk nama baik Jiyong. Jiyong tidak ingin terlihat seperti orang gila– walaupun saat ini ia sudah merasa sinting karena tidak bisa menghapus bayang-bayang Lisa dan tubuh telanjangnya yang mempesona.

Sepertinya pergi ke kelab malam dan mengenang kembali apa yang pernah ia lakukan dengan Lisa disana akan jadi malam yang menyenangkan, pikir Jiyong. Berhubung sekarang ia sudah setengah jalan menuju kelab malam itu, pria itu memutuskan untuk melajukan mobilnya melewati Fear Street– berbalik dan memutar arah akan membuatnya harus mengemudi sangat jauh.

Ada sebuah hutan kecil yang membatasi pusat kota dengan daerah mengerikan itu– Fear Street. Hutannya penuh dengan pohon-pohon berdaun lebat yang membuat lampu jalanan tidak dapat bekerja secara optimal. Lampu-lampu jalan yang ada di sepanjang hutan itu sama sekali tidak membuat jalanan menjadi terang. Aspalnya pun licin, mungkin karena air dari embun yang di keluarkan tanaman-tanaman disana. Hutan kecil itu adalah lokasi terbaik untuk tewas karena kecelakaan.

Begitu Jiyong melewati reruntuhan sebuah rumah besar, berarti ia sudah memasuki wilayah Fear Street. Rumah itu milik seorang kaya raya bernama Simon Fear dan pernah hangus terbakar, lalu karena cerita-cerita mengenai kutukan, rumah itu pun di biarkan hancur begitu saja. Tidak ada yang berani mendekati rumahnya, apalagi membelinya.

"Kalau saja rumah itu di jual dengan harga murah, aku akan membelinya," gumam Jiyong sembari memperhatikan rumah yang baru saja ia lewati itu. "Siapa tahu suatu saat nanti daerah ini akan jadi kawasan elite. Hanya perlu memangkas hutannya dan membangun gedung-gedung mewah, tempat ini akan benar-benar bagus- oh? Bukankah itu pengacara tadi? Apa yang dia lakukan disini? Dia tinggal disini?" ocehnya, selama ia memacu mobilnya dengan sangat santai sembari melihat-lihat rumah tidak terawat di sepanjang jalanan Fear Street.

Bahkan sebuah rumah yang baru saja di masuki Pengacara Park tidak kalah mengerikan dari rumah-rumah lainnya. Kalau tidak melihatnya sendiri, Jiyong tidak akan percaya pria tampan seperti Park Hyunsik akan tinggal di tempat seperti ini. Sebuah rumah dua lantai yang terlihat sama tidak terawatnya dengan rumah-rumah lainnya. Rumah itu punya sebuah halaman yang sepertinya mampu menampung enam buah mobil, di kelilingi pagar tanaman yang tidak terawat, ada banyak sekali dedaunan kering di atas halamannya dan bangunan rumahnya juga seperti sebuah rumah yang bisa runtuh kapan saja. Sebuah gempa kecil mungkin akan langsung meratakan rumah dua lantai itu.

"Apa gaji pengacara tidak cukup untuk membeli sebuah apartemen yang lebih layak dari rumah ini? Augh... Menyedihkan, ku pikir dia pengacara hebat kaya raya,"

***

Different SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang