2

1.5K 252 15
                                    

***

Sekujur tubuh Lisa bergetar, tangannya mengepal, meremas seprei putih yang sudah kusut. Jiyong menyentuh ringan setiap inchi kulit Lisa. Permainan tangan Jiyong, terasa sangat membakar, selaras dengan tubuh Lisa yang hangat. Sentuhan Jiyong turun perlahan ke perut gadis yang berbaring di bawahnya. Deru nafas tidak bisa lagi dipaksa untuk tetap tenang.

Deru nafas Lisa memburu, sementara Jiyong menyunggingkan seulas senyum licik di wajahnya yang teramat tampan. Tidak ada lagi akal sehat di kepala Lisa. Gadis itu mabuk kepayang, karena alkohol juga karena sentuhan Jiyong. Suara detik jam terdengar seperti musik awalan sebelum suara desah Lisa mengalun sebagai musik utamanya.

Tik tok tik tok tik tok

Remasan Jiyong selaras dengan suara detik jam di kamar kecil remang-remang itu. Jiyong terlalu menikmati tubuh Lisa, dan Lisa merasa ia akan mati kalau Jiyong berhenti. Keduanya mendambakan lebih. Rasanya tidak tertahankan, namun sangat menyenangkan.

Setelah sentuhan-sentuhan memabukan yang ia terima, ia lebarkan kakinya, mengundang Jiyong yang tak sanggup menunggu lebih lama lagi. Di iringi dengan dorongan primitif yang semakin gila, Jiyong memasuki Lisa begitu dalam. Ritmenya selaras dengan detak jantung, dan nafas keduanya terengah-engah. Akan tetapi, tidak satupun dari mereka yang sanggup untuk berhenti.

Permainan gila itu berakhir bersamaan dengan berakhirnya malam. Hujan yang turun di pagi hari kemudian memisahkan keduanya, Lisa kembali ke mobil yang sama dengan ketiga temannya sementara Jiyong kembali ke mobilnya sendiri. Aroma rerumputan dan tanah yang basah terkena hujan menemani keduanya untuk pulang ke rumah masing-masing.

"Ah... Aku lupa menanyakan nomor telponnya," sesal Jiyong dengan sebuah pukulan kecil di roda kemudi mobilnya. Rasanya ia tidak akan sanggup menunggu akhir bulan depan untuk bertemu lagi dengan wanita cantik yang memabukan tadi. Jiyong lantas menimbang-nimbang, haruskah ia kembali ke kelab malam tadi kemudian mengejar mobil Lalisa bersama keempat temannya yang melaju ke arah Fear Street, namun pada akhirnya ia tetap memutuskan untuk menunggu akhir pekan terakhir di bulan depan.

Hari minggu yang Jiyong isi dengan sekedar tidur sepanjang hari akhirnya selesai. Senin datang, dan pria itu sudah harus berangkat ke kantornya– lagi, sampai lima hari kedepan. Senin pagi ini pusat kota benar-benar ramai, jam masih menunjuk pukul 7 pagi, namun rasanya kesibukan kota sudah mulai terjadi. Jalan-jalan empat jalur penuh dengan mobil-mobil yang berangkat ke perkantoran masing-masing. Bus dan kereta bawah tamah penuh dengan karyawan kantor dan anak sekolah, berdesakan membuat aroma parfum dan sabun mandi melebur jadi satu bersama udara pagi. Senin yang benar-benar sibuk.

"Dan... Berhenti lagi," keluh Jiyong disaat mobil di depan mobilnya berhenti. Lampu lalu lintas sudah berubah menjadi merah dan ini sudah kedua kalinya pria itu berhenti di persimpangan yang sama. Ramainya Senin pagi benar-benar memuakan.  "Kapan aku sampai kalau terus begini," keluh pria itu, sembari mengetuk-ngetukan jarinya di atas roda kemudi.

Kepalanya menoleh, melihat ke sebelah kanan dimana sebuah mobil hitam juga berhenti di sebelahnya. Mata Jiyong membulat, ia tidak percaya dengan apa yang ia lihat di dalam mobil hitam itu. Di sana, di sebelahnya gadis cantik itu duduk. Rambut coklat terangnya terikat rapi di bagian belakang kepalanya. Dari samping, gadis itu terlihat sangat cantik, amat cantik dengan kulit yang lebih putih di banding sebelumnya. Kehangatan yang kemarin menyelimuti gadis itu tidak terlihat begitu jelas kali ini. Wajahnya tidak berekspresi, menatap lurus pada jalanan di depannya dengan sangat dingin. Nafasnya terlihat sangat tenang bagaikan seorang yang tidak bernafas.

Tanpa pikir panjang, begitu lampu lalu lintas berubah menjadi hijau, Jiyong memacu mobilnya untuk mengikuti mobil gadis cantik itu. Lalisa. Lisa. Ia gadis paling cantik yang pernah Jiyong temui. Setelah hampir 30 menit mengikuti mobil gadis itu, Jiyong menghentikan mobilnya di depan sebuah gedung perkantoran.

"Oh? Dia bekerja disini?" ujar Jiyong, sedikit tidak menyangka karena gadis bernama Lalisa yang sempat menghabiskan satu malam bersamanya ternyata bekerja di gedung yang sama dengannya.

Gedung perkantoran itu punya 27 lantai dan ada 10 perusahaan di gedung tersebut. Dengan langkah tergesa, setelah memarkir mobilnya di tempat parkir bawah tanah, Jiyong berlari masuk ke dalam gedung tersebut. Jiyong berharap dapat berpapasan dengan gadis cantik itu di lift, walaupun nyatanya tidak.

Dan yang justru berpapasan dengannya adalah Seunghyun– atasannya.

"Hyung, kau lihat gadis cantik- Lalisa?" tanya Jiyong begitu ia berdiri tepat di sebelah Seunghyun. Dengan sangat jelas, Jiyong melihat Seunghyun memasuki pintu perkantoran itu dan Lisa menyusul dibelakangnya. Namun begitu Jiyong melewati pintu yang membatasi tempat parkir dan lift itu, hanya ada Seunghyun disana.

"Tidak," jawab Seunghyun dengan sangat santai, pria itu selalu santai dan sepertinya akan tetap santai bahkan saat perang dunia terulang kembali. "Tapi kalau Lalisa yang kau bicarakan adalah gadis yang kau tiduri Sabtu malam kemarin, dia memang bekerja di gedung ini,"

"Sungguh?!"

"Ya, nama bisnisnya Lalisa Jung," jawab Seunghyun bersamaan dengan langkah kakinya yang masuk ke dalam lift. "Aku baru akan memberitahumu, apa kemarin dia memberitahumu kalau dia bekerja di gedung ini?"

"Aku melihatnya tadi, di sini," jawab Jiyong sembari menggaruk tengkuknya sendiri. Ia penasaran kenapa Lisa terasa seperti seorang manusia yang dapat menghilang dengan sangat cepat. Seharusnya ia ada di lift bersama mereka, atau setidaknya Seunghyun seharusnya berpapasan dengannya disini. "Apakah empat temannya juga bekerja disini?"

Seunghyun menggeleng, kemudian berujar, "tidak, aku tidak pernah melihat mereka disini," matanya terlihat membola, pria itu tengah berfikir untuk menjawab pertanyaan teman sekaligus bawahannya. "Kurasa tidak, aku belum pernah bertemu dengan mereka, aku bahkan tidak tahu nama mereka asli atau tidak,"

Lift lantas terbuka di lantai 18 gedung perkantoran tersebut. Lantai itu milik sebuah firma hukum yang cukup terkenal, beberapa pengacaranya sering sekali muncul di berita TV–  mulai dari pengacara perceraian Kim Taehyung, sampai pengacara-pengacara hebat lainnya sekelas Lee Dongwook, Park Hyunsik dan Lee Joongi.

Gadis itu kembali tertangkap oleh mata Jiyong, di saat seorang dari firma hukum tersebut masuk ke dalam lift, Jiyong kembali melihatnya. Lisa berjalan di dekat meja resepsionis firma hukum itu. Tubuhnya terlihat sangat putih, dengan balutan sebuah kemeja putih berlengan pendek dan rok biru gelap sepanjang lutut. Kulitnya amat putih hampir transparan, gadis itu sangat cantik, tubuhnya seakan bercahaya, seperti seorang malaikat. Sepasang sayap putih tentu akan membuatnya terlihat amat sempurna bak malaikat. Juga langkahnya yang amat tenang, tanpa suara, membuatnya terlihat super anggun.

Jiyong terdiam, sibuk menikmati kecantikan dan pesona luar biasa dari seorang Lalisa, sampai tanpa sadar mulutnya berucap, "dia gadis paling cantik yang pernah ku temui,"

***

Different SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang