Blurb

39.7K 1.2K 19
                                    

Happy reading
.
.
.
.

"Mama, Aila pulang nih Ma. Mama dimana?" Teriak Aila saat dirinya masuk ke dalam rumah minimalis bercat Putih hitam.

Aila terus saja berjalan menuju teras belakang. Biasanya jam segini Inara sedang menata tanaman anggrek kesayangannya.

Sayup-sayup terdengar suara percekcokan antara Inara dan Akhtar. Aila tak berani mendekat, dia hanya bersembunyi di balik sekat pembatas dapur dan teras belakang.

"Sudah berapa lama kamu menikahinya mas?" Inara terisak-isak bertanya pada Akhtar. Akhtar hanya bisa menunduk tidak berani memandang wajah istrinya. "Jawab aku mas, jangan kamu mendadak bisu seperti ini" Inara mengusap air matanya kasar. Membenarkan kerudung instan miliknya yang merosot.

Inara merasakan sesak di dadanya. Inara memegang dadanya dan meremasnya, berharap bisa berkurang rasa sakitnya.

"Kamu juga seorang perempuan, bagaimana bisa kamu tega menghancurkan keluarga saya?" Wanita yang sedang mengandung itu berlutut di depan Inara. "Maafkan saya mbak. Saya minta maaf"

"Lepaskan. Jangan sentuh saya" desis Inara.

"Dek" Akhtar memanggil Inara dengan sebutan Dek. "Kamu sudah menghancurkan keluarga kita mas" Inara meremas dadanya yang semakin terasa sakit.

"Akhh" ringis Inara. "Inara, kamu nggak papa?" Tanya Akhtar khawatir. Inara mengisyaratkan tangannya agar Akhtar tidak mendekat.

"Jangan sentuh saya"

"Mama.. Mama kenapa Ma?" Aila berlari untuk memeluk Inara. "Kita kerumah sakit ya Ma" Inara mengangguk.

"Pak Agus, tolong siapkan mobilnya" teriak Aila. Aila berhenti dan menengok ke Akhtar. "Aila benci Papa. Dan perempuan itu. Kalian sudah membuat Mama seperti ini"

"Ai" panggil Akhtar, tapi Tak ada Jawaban dari Aila. Aila memapah Inara menuju mobil.

Belum sempat sampai di rumah sakit. Inara sudah tidak sadarkan diri. Aila dibantu beberapa perawat mendorong brankar Inara ke ruang UGD.

Aila menunggu Dokter yang sedang memeriksa Inara di dalam. Tiga puluh menit, dokter keluar dari UGD.

"Gimana Mama saya dok?" Tanya Aila. "Silahkan masuk, pasien ingin bertemu dengan anda" Aila langsung masuk dan duduk di brankar dekat Inara.

Aila tidak tega melihat Inara seperti ini. Inara menggunakan selang oksigen untuk bantuan dia bernafas. Aila menangis melihat keadaan Inara.

Tidak lama kemudian sepasang suami istri datang dan menepuk bahu Aila. Mereka adalah Aisyah dan Hamzah-- adik dari Akhtar yang sangat dekat dengan Inara dan Aila.

"Mama" Inara menggenggam tangan Aila. Aila tak mampu menyembunyikan kesedihannya. Dia meneteskan air matanya di depan Inara.

"To..Lo..long.. ja..jaga.. Aila" ucapnya terbata-bata. Aisyah menangis dan mengangguk. "Iya mbak, saya akan jaga Aila"

"Mama..hiks.. Mama yang kuat ya.. kita bisa marahin Papa nanti.. hiks" Inara menggelengkan kepalanya lemah. "Ja..Ngan.. ma..AF..kan Papa kamu.."

"Ham..zah.. to..Lo..Ng.. su..ruh.. mas.. Akh..tar..ni..Kahi..dia.." Hamzah mengangguk.

Inara mulai merasakan sesak kembali Dadanya. Hamzah dengan sigap langsung memanggil dokter, tapi Allah sudah berkehendak lain. Inara meninggal dunia. Aila menangis histeris.

"MAMA..hiks...MAMA" tangisan pilu yang menyayat hati. Membuat Aisyah memeluk Aila dengan eratnya.

____________________________

Bunda back dengan cerita baru gaess.. Jan lupa vote 🌟 and comen gaess

Falling in love Letnan (Open PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang