1 - Meet you

6 1 2
                                    

Lelaki itu termenung kala melihat seseorang yang sedang berdiri di pucuk bangunan sambil mendesah frustasi.

"Eh lo kalo mau bunuh diri jangan disini dong ntar nama sekolah jadi jelek gegara lu mati bunuh diri." ucap lelaki tersebut sambil menatap seorang gadis di depannya.

Gadis itu mendengkus kesal tatkala melihat siapa yang dengan berani mengganggu ketenangannya saat ini. Gadis itu melirik ke belakang seraya melihat orang itu.

"Sapa lo?"

"O..oh gua anak baru pindah hari ini dari Jakarta. Nama gua Arven Pratama."

"ck ga nanya."

"Lo kan tadi nanya siapa gua gimana sih?" ucap cowo tersebut dengan emosi.

"Bacot."

"Eh lo turun kek dari situ kalo mau bunuh diri mah jangan disini."

"Apa peduli lo?"

Akhirnya gadis itu turun dari atas sana. Dan mendekati tempat duduk bekas yang memang sudah lama di tempat ini.

"Akhirnya turun juga." celetuk Arven.

"Ngapain lo kesini?"

"Ya gua mau jalan-jalan sekalian ngeliat sekolah ini, gua denger disini ada roftop ya gua kesini aja kayaknya asik. Tapi yang gua liat malah ada orang yang mau bunuh diri di tempat sebagus ini." ucap Arven sambil melirik gadis di sebelahnya. Namun gadis itu langsung melenggang pergi tanpa melihatnya.

"Mau kemana lo?"

"Kelas." ucap gadis itu dengan singkat dan meninggalkan Arven yang sedang menganga lebar ketika melihat sikap gadis itu, kemudian dia tersenyum lebar.

"Cantik dan menarik." gumamnya

-------------------

Bel pulang sekolah berbunyi, semua siswa berhamburan keluar layaknya anak tk yang sedang mendengar bel tersebut.

Disinilah Cantika Revanya Antariksa. Sendiri tidak ada teman seperti orang lainnya. Mereka mengucilkan anya semenjak kedua orang tua nya meninggal akibat kecelakaan yang menimpanya beberapa bulan silam saat akan berlibur ke luar kota. Sehingga Anya selalu kesepian, dan sakit saat teman-temannya mengatakan dia 'anak pembawa sial'. Saat itu dia juga memiliki kekasih yang amat diandalkan oleh orang tua Anya namun, saat kedua orang tua Anya meninggal dunia entah dimana kekasihnya itu menghilang tanpa jejak hingga saat ini. Anya yang sedang dirundung duka saat itu dan butuh dukungan penuh dari kekasihnya itu, justru dia menambah luka dalam hati Anya.

Anya berjalan menyusuri jalanan dengan tatapan kosong sambil mendengarkan lagu dengan earphone yang terpasang di telinganya. Lagu yang disukainya 'Perfect-Ed sheeran' dia mengingat saat keluarganya menyanyikan itu sambil bercanda ria di dalam mobil sebelum peristiwa kecelakaan itu terjadi. Anya tersenyum miris kala mengingat kenyataan pahit yang sudah Tuhan takdirkan kepadanya.

"Ssst sst cewe sendirian aja." ucap seorang lelaki yang mendekatinya

Sekilas Anya melirik lelaki di sebelahnya.

"Ssst sendirian aja." ucap lelaki itu.

"Berisik." ucap Anya.

"Gua anterin kuy sampe rumah atau lo mau jalan-jalan dulu gitu sama gua."

"Ga minat." ucap Anya sambil melengos dan melanjutkan jalannya.

"Kapan lagi jalan sama babang tamvan ini ehe." jawab Lelaki itu.

Dengan gerakan cepat lelaki itu-- Arven-- menarik Anya dengan sekali hentakan hingga menubruk dada bidangnya. Anya yang kaget dengan perlakuan itu mendadak beku ditempat sambil mengerjapkan matanya.

"Lo bareng gua sekarang." ucap Arven tegas dan menyuruh Anya naik ke atas motornya.

Sepanjang perjalanan Anya hanya diam tak tahu apa yang akan dikatakan. Hingga Arven dan Anya sampai di sebuah taman yang cantik banyak anak kecil yang bermain disana. Anya takjub tatkala melihat anak-anak kecil bermain dengan riang ditemani kedua orang tuanya. Di sampingnya, Arven sedikit melihat senyum sekilas dari Anya.

"Ehmm. Lo mau es krim?" tanya Arven.

Anya hanya melirik Arven sambil mengangkat sebelah alisnya. Seakan mengerti tatapan Anya, Arven bergegas ke kedai es krim di ujung taman.

Anya duduk di salah satu bangku, dan melihat betapa bahagianya anak kecil yang sedang bermain disana yang mengingatkannya akan masa kecil bersama kedua orang tuanya. Anya mendongak ke atas dan menahan agar air matanya tak turun untuk saat ini.

"Ini es krim lo. Gua gatau lo sukanya rasa apa jadi gua beliin coklat aja. Kalo kata mbah gua cewe suka marah-marah beliin aja es krim coklat." ucap Arven sambil memberikan es krim ke tangan Anya.

Anya yang diam-diam menyimak ucapan Arven sedikit bingung.

"Lo belum tau mbah gua ya? Dia pinter loh bisa tau apa yang kita gatau." ucap Arven sedikit memperlihatkan giginya sambil meringis.

"mbah?" tanya Anya yang sedikit bingung.

"Iya mbah gua mbah kita. Mbah google ehe." jawabnya.

Anya sedikit menarik lengkungan di bibirnya, kala Arven mengucapkan hal yang absurd.

"Oh ya gua belom tau nama lo. Hmm kalo boleh tau nama lo siapa?kan gua udah perkenalan di roftop tadi sekarang giliran lo."

Sedikit melirik Arven yang sedang asyik memakan es krimnya. "Anya." ucapnya.

"Anya doang? Masa nama lo sama pendeknya kek badan lo?" tanya Arven dengan sedikit meledek fisik Anya yang memang terbilang pendek daripada kaum adam.

"Kepo lu kek dora"

"Yeu ganteng ganteng gini dibilang dora." ucap Arven dengan menyisir rambutnya ke belakang.

"Ayolah sapa nama lo atau besok gua tanya wali kelas lo ajalah sekalian nomer hp lo."

Anya melirik Arven dengan tatapan tidak suka karena terlalu kepo dengan dirinya.

"Yauda besok gua nanya ah atau sekarang gua mau nanya temen gua aja ya?"

"Cantika Revanya." jawabnya cepat

"Wih namanya aja Chantika sesuai deh sama orangnya Cantik." ucap Arven sambil tersenyum ke arah Anya.

"Oh ya gua lihat tadi lo abis mandang anak kecil disana terus lo nangis kenapa?" tanya Arven.

"Bukan urusan lo."

"Kalau lo punya masalah jangan sungkan ke gua cantika revanya gua selalu di samping lo. Kan sekarang kita temenan iyakan?"

Anya tak menjawab melainkan hanya memutar bola matanya malas.

Arven melirik jam di tangannya. "Udah malam nih gua takut lo dicariin ortu ntar. Pulang yuk." lagi-lagi Arven menarik tangan Anya dengan paksa.

"Rumah lo dimana?"

"Depan situ aja."

"e-eh apaan rumah lo di depan emang?"

"Gak."

"Gak gak ini gua anter ke depan rumah lo aja. Ntar kalo lo digodain om-om di jalan gimana?ntar kalo lo mati, lo gentayangin gua. Ogah."

Anya hanya memutar bola matanya dan menatap ke arah spion depan. Lalu menunjuk dengan arah tangannya ke rumah depannya.

"Bener rumah lo?"

"hmm." ucap Anya yang langsung melenggang masuk ke dalam rumahnya.

"Cantika!" panggil Arven yang membuat Anya seketika menghentikan langkahnya dan berbalik.

"Besok gua jemput gada penolakan." anya mengernyitkan dahinya bingung dengan apa yang dikatakan lelaki absurd itu. Motor Arven melenggang pergi dari hadapan Anya yang masih bengong.

"Gila!" gumam Anya.

You're Cold GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang