2 - Pembawa Sial

1 0 0
                                    

Pagi menjelang Anya membuka matanya dan melihat jam di nakas samping tempat tidurnya.
"Masih jam 5 sholat dulu." ucap Anya sambil berjalan menuju kamar mandi dan wudhu.

Jam sudah menunjukkan pukul 6 Anya bersiap siap pergi ke sekolah. Suasana rumah Anya memang sepi seperti saat ini semenjak kedua orang tuanya meninggal dunia. Tak ada lagi canda tawa yang hangat di rumah ini, sepi sunyi tak berpenghuni yang menggambarkan keadaan rumah Anya. Anya hidup sendiri di rumah ini kadangkala neneknya maupun tantenya berkunjung ke rumahnya.

Anya membuat sarapan untuk dirinya sendiri. Gerakannya terhenti saat bel rumahnya berbunyi.

Anya bergegas membuka pintu siapa pagi-pagi gini bertamu ke rumah Anya pasalnya nenek atau tantenya pasti mengabari terlebih dahulu jika dia mau ke rumah Anya.

"I..ya." Anya terkejut dengan seseorang yang menurutnya tak asing siapa lagi kalau bukan Arven si cowo absurd yang memaksanya untuk berangkat dengannya pagi ini.

"shit!" umpat Anya lirih.

"Ada apa?" tanya anya pada Arven

"Mau jemput lo nih masa lupa baru kemaren gua bilang kalau lo bareng gua." ucap Arven dengan senyuman khas nya yang membuat siapa saja makin klepek-klepek terkecuali bagi Anya.

"Eh lo masi sarapan ya? Gua laper nih belom sarapan juga gada buat gua nih?" ucap Arven sembari melirik makanan yang tergeletak di meja makan.

"Gada. Dan gua ga bareng lo." jawab Anya sambil mendesis.

Tanpa diduga Arven langsung menyelonong masuk ke dalam rumahnya.

"Eh lo mau ngapain? Gua bilang ga bareng lo." ucap Anya lantang.

"Wih lo pinter masak juga ya? Enak banget ini."

Sambil melototkan matanya pada lelaki di depannya yang dengan santai memakan sarapan paginya.
"Itu punya gua."

"Yah udah masuk ke mulut gimana nih masa gua kudu keluarin sekarang." ucap Arven santai sambil cengegesan.

Anya hanya diam ketika makanannya dilahap habis oleh orang absurd di depannya ini. Dia tak membuat banyak makanan, hanya membuat untuk dirinya sendiri untuk apa membuat banyak kalau tidak ada siapapun yang memakannya.

"Kok rumah lo sepi? Ortu lo kemana? Padahal gua mau izin." ucal Arven celingukan merasa tak ada siapapun di rumah Anya.

"Gada."

"Oh Keluar ya, yaudah yuk berangkat udah siang takut telat maklum anak baru ehe."

Anya hanya mendengkus tak suka akan sikap ajaib lelaki di depannya ini. Dan mengikutiny sampai di depan motor yang terparkir rapi.

"Ini helm khusus buat lo." ucap Arven seraya memberikan helm kepada Anya.

"Buat gua?"

"Yap betul."

Sepanjang perjalanan mereka hanya diam tak bersuara hingga di parkiran sekolah semua menatap heran ke Arven yang datang dengan seseorang.

"Lo pulang sama gua ya."

"Ogah."

"ckk keras kepala amat sih lo."

"Emang lo siapa gua?" tanya Anya ke Arven.

"Untuk sekarang lo temen gua." jawab Arven dengan mantab.

Anya meninggalkan Arven yang masih membenarkan letak helmnya.

"Setidaknya untuk sekarang Cantika" gumamnya.

Berita Arven si anak baru datang dengan Anya dengan mudahnya tersebar ke seluruh murid sekolah. Anya yang sudah biasa dengan tatapan mereka yang memang tidak suka terhadapnya pun hanya cuek dan melanjutkan ke arah kelasnya.

"Wah anak baru udah terkenal aja lo sob."ucap Kento teman sekelas Arven yang memiliki mata hanya segaris mendekati Arven.

"Kok lo bisa bareng Anya sih Ven?" tanya seorang teman lainnya yang bernama Faldan hirata.

"Ya gitu deh."ucap Arven dengan senyumnya yang merekah membuat temannya bingung sendiri pasalnya Anya orang yang cuek dengan sejuta misteri bahkan tidak ada yang berani mendekatinya sekarang malah dengan terang terangan anak baru mendekati Anya.

"Salut gua bro sama lo."ucap Ucup teman satunya lagi.

"Biasa aja. Eh sekarang bu Ine masuk kaga? Gua belom ngerjain tugas nih."Tanya Arven kepada temannya sambil senyum minta ditabok

"Anak baru katanya pinter ternyata lo sama aja."celetuk Kento yang disambut dengan tawa.

---------------------

Saat Istirahat Anya merasa perutnya keroncongan. Lalu dia bergegas menuju kantin.

Namun tiba tiba langkahnya terhenti saat orang di depannya sengaja menabrak hingga Anya terjatuh di latai dengan mulusnya. Dia mendongakkan kepalanya menatap orang yang begitu jahat kepadanya. Seketika Anya terdiam dan berdiri dengan sedikit pelan saat merasakan tubuhnya sakit.

"Ups sori gua sengaja."ucap seorang dengan sengaja dengan tertawa dan menutupi mulutnya.

Anya hanya diam menatap ke orang itu dengan tajam.

"Oh ya gua tadi liat lo jalan sama anak baru itu. Ckckckck jangan deketin dia deh nanti kena SIAL kayak keluarga lo itu. Kan lo 'pembawa sial'."ucap orang itu dengan sarkastik dan menatap remeh Anya.

Sedangkan Anya sudah mengepalkan tangannya dan menatap tajam ke arah Gea orang yang mengucapkan kata-kata sarkastik itu. Dia tetap menahan emosinya, meskipun kata 'pembawa sial' terucap di bibir Gea.
Tak memperdulikan tatapan siswa yang mulai melihat pertengakarannya dengan Gea, Anya berbalik menenangkan keadaannya setidaknya untuk sejenak saja.

Arven dkk sedang berada di Kantin mereka sibuk dengan dunianya masing-masing tak memperdulikan sekitarnya. Sedangkan Ucup memesan makanan di tempat Bude kantin. Kalo kata Ucup Bude tuh Ibu Gede (bhs. Jawa besar) sebab badan ibu kantin itu lumayan berisi jadi ucup memanggilnya dengan Bude.

"Ven gua tadi lihat film loh."ucap Ucup dengan antusias.

"Film apaan? Blue film ya? Tobat lo nanti kalau lo mati pas lagi liat begonoan gimana? Mana dosa lo banyak lagi."Ucap Arven kepada Ucup

"Cielah lo kalo ngomong suka bener deh heran gua."balas Ucup yang membuat ketiga temannya tertawa lepas.

"Film apaan sih?"tanya Faldo.

"Itu biasa Gea sama Anya."

"Anya? yang gebetannya Arven tuh?"

"iyalah sapa lagi."

"Kenapa?"tanya Arven yang sedikit tertarik dengan pembicaraan mereka

"Gea buly si Anya lagi. Emang keterlaluan tuh Gea, cewe cantik manis gitu di buly."

"Anya di buly lagi?"tanya Arven lagi.

"Iya sejak Anya jadi pendiam tuh si Gea ngelunjak buly si Anya. Sedangkan Anya kalo selalu di buly diem aja ga ngelawan. Heran gua sabar banget."celetuk Kento.

Arven mengerutkan keningnya seolah kebingungan dengan masalah Anya yang belum dia ketahui sebelumnya.

"Oh ya gua lupa, lo kan anak baru jadi ya ga tau masalahnya sih."ucap Ucup.

Tanpa sepatah kata Arven bergegas pergi meninggalkan kantin dan mengabaikan panggilan temannya.

Arven celingukan di kelas Anya namun yang dicari tak kunjung ketemu. Arven mencari kesana kemari namun tetap saja hasilnya nihil. Dan tempat yang menurutnya mungkin adalah roftop. Arven tak menghiraukan bunyi bel masuk dia tetap berjalan menuju roftop untuk memastikan keadaan 'temannya itu'.

Ceklek. Suara pintu terbuka dan di depan sana terdapat seorang gadis yang tengah duduk di tepi ujung sambil menatap ke bawah. Menurut Arven gadis itu gila, mana mungkin ada yang berani duduk di ujung seperti itu. Namun hatinya lega kala melihat gadis itu sedang 'baik-baik' saja.

You're Cold GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang