"Gua cariin ternyata lo disini."ucap Arven.
Anya menoleh ke belakangnya dan memdapati Arven sedang berjalan ke arahnya.
"Ngapain nyariin gua?"tanya Anya.
"Kangen ehe."jawab Arven sembarangan saat itu juga Anya melotot kepadanya.
"Suka banget disini."
"hmm."hanya dijawab gumaman dari Anya.
"Gua tau lo abis berantem tadi."
"Trus?"tanya Anya jujur saat ini Anya takut kalau orang-orang terdekatnya bakal kena sial seperti perkataan Gea tadi dia menjauhkan diri dari pergaulan karena itu.
"Gapapa cuma kasi tau aja."jawab Arven sambil tersenyum pada Anya.
"Oh ya tadi lo pasti belum sampe makan ya? Tunggu disini bentar ya?"
Membuat Anya bingung mau kamanakah Arven itu. Namun tak lama Arven kembali dengan sebungkus nasi goreng dan air mineral yang kemudian dia berikan kepada Anya.
"Ini makan. Gua tau kalo perut lo udah demo dari tadi."ucap Arven.
Anya menatap yang diberikan Arven dengan serius. Hingga Arven memegang tangan Anya dan memberikan makanan tersebut. Lalu Arven mengacak rambut Anya secara tiba tiba membuat sang empunya diam beku dengan perlakuan Arven.
"Dimakan biar ga kuntet."ucap Arven sambil tertawa yang membuyarkan lamunan Anya sedari tadi, lalu menatap Arven dengan kilatan amarah.
Sambil memakan makanannya. "Lo gak masuk?"tanya Anya
"Males waktunya sejarah ngantuk. Dahal dulu gua niat masuk Ipa gara-gara ngehindarin sejarah eh sekarang malah ada sejarah wajib. Gua bingung ya kenapa harus ada sejarah kan kata mbah, sejarah itu masa lalu sedangkan masa lalu kan untuk dilupakan trus kenapa kita masi belajar masa lalu coba."ucap Arven panjang x lebar.
"Masa lalu bukan untuk dilupakan tapi untuk diingat dan dijadikan pelajaran untuk masa depan. setidaknya dengan adanya masa lalu lo bisa jadi diri lo yang sekarang ini."ucap Anya yang pertama kalinya membuat Arven tercengang bahwa dia bisa berkata sepanjang itu..
"Wih lo bisa bicara panjang juga ya."ucap Arven sambil menarik bibirnya ke atas.
Anya hanya tersenyum miring menanggapi ucapan Arven yang tidak jelas itu. Sampai dia selesai makan dan beranjak dari tempat duduk.
"Gua mau ke kelas. Makasih."ucap Anya dengan tulus kali ini. Dan mulai menjauh dari Arven.
"Apa Cantika gua ga denger!"teriak Arven dengan terkekeh.
-----------------------------
Sepulang sekolah seperti biasa Anya berjalan ke trotoar mungkin dia lupa akan perkataan Arven yang mengajaknya pulang bareng.
Arven sedang celingukan mencari Cantika Revanya yang tak kunjung terlihat di parkiran. Saat ada teman sekelas Anya berjalan Arven menanyakan itu padanya. "Eh lo sekelas sama cantika kan?"
Namun orang itu bingung dan asing dengan nama cantika.
"Oh ya Cantika Revanya sekelas sama lo kan?"tanya Arven. Orang itu hanya mengangguk menanggapi ucapan Arven.
"Dia udah pulang?"
"Udah daritadi."
"Yaudah makasih."ucap Arven yang kemudian mendesah pelan dan menggaruk rambutnya dengan kasar.
Arven melajukan motornya pergi dari sekolah dan berjalan pelan menyusuri jalanan. "Pasti lupa lagi tuh anak."
---------------------
KAMU SEDANG MEMBACA
You're Cold Girl
Teen FictionCantika Revanya Antariksa dengan sejuta kemisteriusannya membuat sosok lelaki Arven Pratama mulai tertarik padanya. Akankah Arven mampu meluluhkan hati Anya yang sudah terlanjur beku itu dengan caranya tersendiri?