[ Chapter 3 : Terima kasih banyak ]

81 13 0
                                    


Hari itu, usia kandungan mama yang sudah berumur 7 bulan harus di bawa ke rumah sakit karena pendarahan. Dokter bilang karena terjatuh terlalu keras, bayi yang baru berusia 7 bulan dalam kandungan itu harus segera di lahirkan. Mama menjalankan operasi, setelah menunggu sekitar 1 jam dokter keluar dengan raut wajah yang tidak bisa di artikan.

"Bayinya lahir prematur, istri anda tidak dapat bertahan karena penyakit yang di deritanya. Saya permisi dulu"

Raut wajah ayah mengeras, entah itu sedih atau marah. Ayah memasuki ruang operasi, menemukan mama yang sudah terbujur kaku di atas ranjang rumah sakit dengan banyak selang dan juga darah. Saat untuk pertama kalinya, ayah berada di puncak kehancuran, Dimas sadar jika itu awal untuk menjalani kehidupan yang keras,mencoba bertahan dengan hal yang mampu di lakukan agar tetap hidup.

•••

Esok adalah hari ulang tahun adiknya, Farrel. Dimas tidak tahu harus berbuat apa ketika adiknya meminta ia untuk membawa temannya ke acara ulang tahunnya yang ke 15 itu. Pasalnya ia tidak punya teman barang satu pun. Bagaimana kalau adiknya kecewa dan berujung dengan 15 cambukan di punggungnya karena ayahnya tau Dimas berbohong pada adiknya? Itu adalah masalah besar.

"Kak beneran kan mau ajak temen kakak?" Farrel tersenyum senang menatap Dimas.

"Iya, selama kamu senang. Tapi teman-teman ku tidak banyak, gapapa?" Ujar Dimas sekedar menyenangkan Farrel.

"Tidak masalah kak, nanti kenalkan aku ya pada teman kakak" Farrel tidak henti hentinya memberikan senyum tulus miliknya.

Dimas mengangguk canggung, bagaimana jika ia tidak dapat membawa teman pada Farrel besok?

"Hei? Kenapa?" Dimas dibuat khawatir karena sedetik setelahnya Farrel menangis.

"Apa ada yang sakit? B ilang sama kakak"

Farrel menggeleng, "Aku rindu mama"

Dimas mengusak rambut Farrel, "Jangan sedih, disini kan ada kakak"

"Maaf ya kak, karena aku mama pergi" Farrel memeluk Dimas.

"Kamu ga salah, kamu anak yang baik. Pasti mama bangga sama kamu" Dimas balik memeluk Farrel.

•••

Pagi ini, Dimas memberanikan diri untuk bertanya kepada teman sekelasnya,apakah ada yang mau ikut dengannya setelah pulang sekolah. Dimas melihat Adrian yang sedang duduk membaca bukunya.

"Hei, lo mau ikut gue ga nanti? Gue mau ngajak lo datang ke acara ulang tahun adik gue" ucap Dimas.

Adrian melihat sekilas, "Maaf? Apa kita pernah kenal?"

Setelah berkata seperti itu, Adrian pergi begitu saja meninggalkan Dimas.

Dimas bingung. Karena hampir semua temannya sudah ia ajak tapi jawaban yang sama seperti yang di lontarkan Adrian membuatnya putus asa.

"Dim, apa kamu ga ada niatan ajak aku gitu? aku dari tadi nungguin kamu ajak aku tau" Rosa nyengir lebar di depan Dimas.

Dimas mendengus, "Untuk apa?"

"Bantu kamu, aku tau kamu cuma ga mau bikin adik kamu sedih kan? Iya,kan? Iya, kan? Iya lah" Rosa menoel-noel dagu Dimas bercanda.

"Tanpa kamu ajak juga aku pasti bakal dateng kok, adik kamu suka apa? boneka? bando?" tanya Rosa antusias.

"Sa, adik gue cowok, bukan cewe" Dimas merotasi matanya jengah.

"Lho? lho? boneka kan ga cuma buat cewe" Rosa geleng geleng.

Dimas menghela nafas, "Terserah apa kata lo"

"Kalau begitu berarti 'ya' untuk bolehin aku ikut, terimakasih! Aku akan mencari hadiahnya sekarang" Rosa ke luar kelas.

Dimas menatap kepergian Rosa dengan aneh, padahal bel masuk sekolah akan berbunyi 1 menit lagi. Lalu bergedik tak peduli.

•••

Rosa benar-benar menepati ucapannya, Dimas pikir Rosa akan lupa dengan apa yang ia ucap. Tapi nyatanya sekarang,di depannya berdiri Rosa dengan tangan yang memeluk hadiah yang cukup besar.

"Mata mu tidak perih melihat ku terus?"ucap Rosa sambil memiringkan kepalanya.

"Ngapain lo disini?" Bukannya menjawab, Dimas malah balik bertanya.

"Menepati janji" Rosa menguap.

"Huh?"

"Membeli hadiah dan datang ke acara ulang tahun adiknya Dimas, apa salah?"

"Dari mana dapat uang?" Dimas bingung,bukannya meremehkan Rosa,tapi anak seperti dia? sungguh?

"Aku? membantu berjualan di toko. Lalu sorenya aku dapat uang dan membeli ini"Rosa menunjukan hadiah yang sudah di bungkus ke depan wajah Dimas.

•••

"Aku pulang!"seru Dimas.

Farrel yang sedari tadi menunggu Dimas segera berlari menyambut kepulangan kakaknya. Lalu bersorak senang ketika melihat Dimas membawa temannya.

"Oh? oh? apa ini teman kakak? wah cantiknya,kenal kan aku padanya kak"seru Farrel.

Rosa terkikik sendiri, "Hai! hai! Kamu adiknya Dimas? astaga kamu terlihat tampan"

Farrel tersenyum malu, "A-ah tidak"

"Rel, ini Rosa. Sa, ini Farrel adik ku." Ucap Dimas canggung.

"Hai kak Ros, salam kenal. Senang bertemu dengan kakak" Farrel mengulurkan tangannya dan di balas antusias oleh Rosa.

"Iyaa. hai, aku Rosa. Aku lebih senang bertemu dengan mu" Rosa memeluk Farrel senang.

Dimas sampai kaget,bagaimana mungkin? adiknya? hei,hei kalau dia tidak ingat bahwa Rosa memiliki kelainan mental pasti sekarang dia sudah memukul Rosa yang seenak jidatnya memeluk Farrel. Bukanya iri atau cemburu. Hanya saja jika ayahnya melihat, kesehatan punggungnya tidak dapat ia jamin

"Sa lepaskan" Dimas memisahkan.

"Ih apasi? Dimas cemburu bilang aja,sini biar Rosa peluk juga" Rosa bersiap memeluk Dimas sebelum Farrel menghentikan aksinya.

"Jangan kak,kak Dimas galak hahaha"canda Farrel.

Rosa mengernyit sebelum berteriak histeris,"Awas monster! Jangan dekati dia Farrel"

Dimas mendengus,Farrel cengo. Dimas nepuk punggung Farrel pelan, "Maaf mengecewakan,teman kakak sedikit kelainan mental. Kalau kamu risih kakak bisa bawa dia pergi"

Farrel geleng, "Gapapa kak, lagipula aku rasa kak Rosa tidak seperti yang orang lain lihat."

Dimas diam, "baiklah"

Rosa yang dari tadi sibuk berlari kini berjalan mendekat ke arah kakak beradik itu.

"Coba tebak, aku bawa apa untuk Farrel"ucapnya

Farrel memiringkan kepalanya, "Hmm? Tidak tau. Apa itu? beritahu aku kak"

Rosa terkekeh senang, "TARA!!Hadiah untuk Farrel. Ayo buka,buka. Kalau tidak suka aku bisa ganti"

Farrel menerima bungkusan yang sejak tadi Rosa bawa. Membukanya dengan senyum yang tak lepas dari wajahnya. Lalu berseru senang ketika menemukan alat-alat melukis yang Farrel inginkan.

"Woah! kak,ini mengagumkan. Bagaimana kakak tau aku ingin ini? hebat! Aku suka kak, terimakasih banyak!"Farrel membungkuk berkali-kali lalu memeluk Rosa senang.

Hari ini, Dimas patut bersyukur pada tuhan. Karena tuhan telah menciptakan manusia seperti Rosa. Manusia yang tidak pernah terpikirkan bisa menolongnya karena kelaian mentalnya.

"Terimakasih" lirih Dimas pelan, tetapi masih dapat Rosa dengar.

"Untuk apa?" Tanya Rosa bingung.

Dimas menghela nafas jengah, Rosa tetap lah Rosa.

TBC or End?

rakee_

B r o t h e r || JHS & JJKWhere stories live. Discover now