Dia Menembakku

7 2 0
                                    


Pagi-pagi benar aku berangkat ke sekolah dengan menggunakan bus sekolah. Setibaku di sekolah baru sebagian yang hadir. Aku memasuki kelas yang sudah kutempati beberapa bulan terakhir. Betapa terkejutnya diriku saat kulihat Hiero yang kini menempati tempat duduknya dengan memainkan HP yang ada ditangannya. Mata kami saling bertemu.

"Selamat pagi " Sahutku mendahului pembicaraan

"Selamat pagi" sahutnya kepadaku yang kini melepaskan ransel di punggungku.

"Sebegitu dekatkah kamu dan Sepupuku?" pertanyaannya membuatku terkejut. Aku memandangnya heran.

"Kenapa dengan Shin? Apa aku salah berhubungan dengannya?. Shin adalah seseorang yang mengerti aku, yang selalu ada ketika aku membutuhkan penguatan. Shin adalah sahabatku. Ku pikir semua orang di dunia ini butuh orang yang selalu ada untuk dirinya dan selalu mengerti akan keadaan dirinya. Aku tidak punya alasan untuk menolak pertemanan dengan Shin."

"Oh begitu ya" sahutnya sambil menghampiriku.

"Ku pikir kamu punya hubungan istimewa dengan Shin, karena kalian berdua terlalu dekat"

"Ya mungkin kelihatan seperti itu, tapi aku dan Shin hanya berteman dan tak lebih dari itu. Bagiku dengan hidupku yang seperti ini sudah cukup untuk menjalani masa remajaku. "

"Jika sewaktu-waktu kamu harus mengikuti sidang lagi apakah kamu bisa membantuku?" aku mengangkat kepala dan melihat ke wajahnya yang kini terasa dekat denganku.

"Apapun itu aku akan membantumu sampai kasus ini selesai."

"Terima kasih,"sahutnya sambil menganggukan kepala

"Sidangnya masih akan berlangsung lagi, mudah-mudahan bisa selesai dengan cepatnya."

"Iya aku juga berharap demikian.."Sahutku sembari menuliskan sesuatu di bukuku. Hiero menatapku tanpa berpaling. Detak jantungku berdebar dengan begitu cepatnya. Aku merasakan ada sesuatu yang lain pada diriku. Aku tak menyangka pemandangan ini dilihat oleh Shin yang baru tiba di kelas. Dia menatap kearah aku dan Hiero. Langkah demi langkah ditempuh sampai menuju ke tempat duduknya.

"Hai Shin.. kenapa kamu tidak menghadiri sidangnya? "Hiero bertanya pada Shin.

"Kamu tak perlu mengingat hal itu lagi. Itu sudah lama terjadi, dan tak akan terulang lagi"

"Iya mudah sekali untuk memaafkan tapi sulit untuk melupakan" aku kaget mendengar kata-kata Shin. Aku tidak tahu apa yang terjadi pada Shin di kehidupan masa lalunya. Mungkin sesuatu yang sangat menyakitkan dan membuatnya ingin melupakan hal tersebut.

"Kamu harus bangkit, jangan biarkan ketakutan merasukimu. Aku yakin kamu pasti bisa. Semuanya sudah berlalu seiring dengan berjalannya waktu." Hiero berkata sambil berjalan meninggalkan kami berdua. Aku melihat ke arah Shin yang kini tengah merenungkan apa yang dibicarakan Hiero barusan. aku tak berani untuk berkata pada Shin. Kurasa dia butuh waktu untuk sendiri. Aku tak berniat untuk meninggalkannya tapi Shin langsung menuju kearahku dan memelukku. Aku terkejut dan tak bisa berbuat apa-apa. Aku bisa merasakan jantungnya yang berdetak kencang. Hiero melihat keadaan itu dari balik dinding kelas.

"Yuna, maaf aku tak bisa menemanimu di persidangan. Aku belum bisa melupakan apa yang kualami dulu. Begitu menyakitkan dan berbekas. Aku harus menyaksikan sendiri pembunuhan kakakku dan menjadi saksi di pengadilan ketika aku masih SD.." aku terkejut mendengar pernyataan Shin. Dia menitikkan air mata. Aku belum kuat menerimanya. Aku sudah bisa membayangkan bagaimana kejadiannya sehingga membuat Shin begitu takut untuk masuk ke pengadilan.

S.H.YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang