"Kamu harus banyak makan agar segera pulih." Sahut Hiero sambil menyuapi Yuna.
"Makasih sudah mau menyuapiku" Sahut Yuna tersenyum
"Ini sudah tugasku sebagai seseorang yang merasa memilikimu. Yuna, Ayah dan Ibu tidak bisa berkunjung karena mereka saat ini sedang dalam tugas luar. Mereka hanya menitip pesan agar kamu cepat pulih. "
"Sampaikan terima kasihku untuk Bapak Gubernur bersama Ibu."
"Yuna, kamu jangan sungkan-sungkan untuk menyebut Ayah dan Ibuku om dan tante, ga perlu menyebut mereka seperti itu. Aku agak minder mendengarnya." Yuna tersenyum kepadanya.
"Yuna ini titipan dari Shin untukmu. Tadi dia datang tapi kamunya belum bangun. Dia hanya memintaku memberikan ini untukmu."Hiero memberikan sebuah buket bunga untuk Yuna.
"Kenapa Shin tidak menunggu?"
"Sepertinya dia punya urusan lain. Nanti saja kalau kamu sudah sembuh bisa ketemu sama dia dan mengucapkan terima kasih."
"Ibuku dimana?"
"Yuna tadi aku bilang ke Ibu, untuk istirahat sebentar di rumah. Lagian ada aku yang menjagamu. Jadi Ibu tidak perlu khawatir. "
"Kamu nggak pulang ke rumah?"
"Nggak, aku hanya menyuruh asisten ayah untuk membawakan semua yang kubutuhkan. "
"Kamu belum istirahat?"tanya Yuna pada Hiero
"Aku tidak bisa istirahat kalau keadaannya begini. Oh ada satu hal yang ingin kuperlihatkan kepadamu" Hiero mengambil sesuatu dari saku celananya.
"Kenapa kamu memilih menulis dibandingkan mengatakannya langsung" Hiero memperlihatkan penggalan kertas yang diperlihatkan oleh Yuna sebelum dia tertembak. Yuna langsung meraih penggalan kertas itu dan berkata.
"Aku ingin hanya kamu yang bisa melihatnya, dan tidak ada orang yang bisa mendengarnya. Seperti halnya hubungan kita, hanya kita berdua saja yang mengetahuinya, tanpa di ketahui pihak ketiga. Segala suka dan duka yang nantinya kita akan alami bersama jangan sampai diketahui oleh orang lain"
"Yuna, kamu memang pintar merangkai kata-kata, aku bangga bisa memilikimu."
Hiero memasukkan suapan terakhir ke mulut Yuna. Yuna mengunyah makanannya dengan perlahan.
"Hiero, siapa yang ingin membunuhku. Aku ingin tahu.." Hiero terkejut mendengarnya.
"Kamu tidak perlu tahu Yuna, orangnya sudah di tangkap. Cukup kamu berpikir yang senang-senang saja."
"Hiero, aku ingin tahu, agar aku bisa berjaga-jaga.."
"Tenang Yuna, aku akan selalu ada untukmu, lagian kamu tidak perlu berlebihan. Aku sudah berjanji pada diriku, mulai saat ini aku akan melindungimu. "
"Hiero apakah Eva terlibat semua ini?" Hiero menatapnya
"Ya, dia adalah bagian dari drama penembakan ini. Mungkin dia tidak menerima keputusanku untuk berpisah darinya, sampai dia mencari berbagai cara untuk menjauhkanmu dariku. Kamu tak perlu takut lagi, karena semuanya sudah ditangani langsung oleh kepolisian." Hiero memegang kedua pundakku.
"Yuna, untuk selalu berada disisimu, aku akan melakukan apa saja untukmu. Aku tahu bahwa aku ada karena ditakdirkan bersamamu. Aku akan melanjutkan studi bersama denganmu keluar negeri, menggapai cita-cita kita berdua. Itulah kerinduanku selama ini. Beasiswamu sudah keluar dan aku tinggal butuh waktu untuk mendaftarkan diri. Kupikir ini adalah jalan terbaik untuk kita berdua. Berlari jauh meninggalkan tempat ini untuk mencari kebahagiaan sesungguhnya. "
"Aku bahagia mendengar semua yang keluar dari mulutmu. Kuberharap untuk selalu seperti ini. Mungkin hal yang selalu ingin kunantikan adalah ketika seseorang yang kucintai benar-benar memiliki perasaan yang sama denganku."
Beberapa minggu harus kuhabiskan untuk pemulihan diriku. Tanpa berpikir bahwa aku kini bukanlah seorang perempuan single, melainkan seorang perempuan yang dimiliki oleh orang lain. Aku tak menyangka akan mengalami hal ini. Kurasa kesehatanku semakin membaik. Shin yang selalu bersamaku saat pertama kami bertemu, mulai membatasi pertemanan kami, karena aku sudah dimiliki oleh orang lain. Kasus yang kulalui akhirnya bisa diselesaikan. Orang yang disuruh Eva sudah di tahan dan menerima sanksinya. Untuk saat ini Eva belum bisa di hukum karena kondisi kesehatan jiwanya yang terganggu. Kini sebagai seorang wanita yang berkencan dengan pria terkenal dan terhormat aku tidak harus malu lagi. Apa yang kuharapkan kini semuanya bisa kugapai. Hiero menjemputku untuk berangkat ke sekolah bersama. Sesampaiku di sekolah. Semua mata memandang kearah kami. Apa yang kulihat sungguh pemandangan yang tidak biasa. Ketika aku mulai menginjakkan kaki di sekolah ini, tak pernah seorang pun yang memandangku sebagai seorang siswa. Tapi kali ini aku bagaikan seorang putri yang dihormati banyak orang. Aku berjalan di samping Hiero sampai menuju ke kelas kami. Dengan lantangnya dia berkata kepada teman-teman sekelas.
"Hari ini aku katakan kepada kalian semua, bahwa Yuna adalah kekasihku." Hiero memegang erat tanganku dan mengangkatnya di depan teman-teman. Ia merangkulku kemudia memberi kecupan di dahiku. Shin yang duduk disamping jendela memaksakan senyum kecilnya kepadaku. Betapa senangnya hatiku bisa dihargai seperti ini. Walaupun mereka terkejut mendengar kata-kata Hiero tapi tak ada masalah buatku. Jangan pernah kamu merasa rendah terhadap dirimu sendiri, tapi percayalah bahwa hidupmu adalah keberuntungan dan berkat bagi orang lain.
Betapa bahagianya hatiku saat
Kududuk berdua denganmu
Berjalan bersamamu
Menarilah denganku
Bila nanti saatnya tlah tiba
Kuingin kau menjadi milikku
Berjalan bersamamu dalam terik dan hujan
Berlarian kesana kemari dan tertawa
Izinkan ku menjaga dirimu
Berdua menikmati pelukan di ujung waktu
Sudilah kau temani diriku
SELESAI
KAMU SEDANG MEMBACA
S.H.Y
Ficção Adolescente"Kenapa kamu menyukaiku?"semua terkejut mendengar kata-katanya, terlebih diriku yang sangat gugup dan jantungku mulai berdetak kencang. Aku tak bisa menjawab kata-katanya. "Aku tak menyangka ada orang yang dengan diam-diam menyukaiku."sahutnya kepa...