1. Prolog

16 5 6
                                    

"Pertemuan pertama saja telah membuatku jatuh cinta, apalagi selanjutnya"
-Yoga-


Layla Pov,
"Layla, kau terlambat lagi!" teriak seseorang yang terdengar jelas di telingaku.

"Maaf pak, saya kesiangan" jawabku gugup.

"Kau selalu saja begitu, terlambat ke kantor telah menjadi kebiasanmu. Bisa-bisa kau di pecat dari kantor ini bila begini terus" ucap orang itu tegas.

"Saya tidak akan mengulanginya lagi pak. Tolong, jangan pecat saya" ucapku memohon, sambil menangkupkan kedua telapak tanganku.

"Sudahlah, biar aku yang mengurusinya" ucap seseorang menghentikan amukan dari atasanku tadi .

"Baiklah pak"

Jujur, baru kali ini aku melihat atasanku sepatuh ini pada orang lain selain kepada pemilik perusahaan.

"Dan kau ikutlah denganku sekarang!" peritah orang tersebut padaku.

"Baik pak"

Aku hanya menurut saja.

Sesampainya di ruangannya.

"Sudah berapa kali kau terlambat?" tanyanya padaku.

"Sudah 3 kali pak" jawabku pelan.

"Aku harap ini untuk yang terakhir kalinya!" ucapnya tegas.

"Baiklah pak" jawabku mengiyakan.

"Dan mulai hari ini aku lah pemilik baru perusahaan ini. Dan aku mau, semua karyawan haruslah disiplin" ucapnya menegaskan.

"Baiklah pak, saya akan lebih disiplin untuk kedepannya" jawabku meyakinkannya.

"Baiklah, aku  mempercayaimu. Namun ku harap kau tak pernah merusak kepercayaanku itu" ucapnya menegaskan.

"In shaa Allah pak" jawabku yakin.

"Baiklah, sekarang lanjutkan tugasmu!" ucapnya padaku.

Aku pun pergi meninggalkan ruangan tersebut dengan perasaan lega.
Layla Pov End.


Yoga pov,
Hari ini hari pertamaku di kantor baruku. Lebih tepatnya sih kantor milik orang tuaku. Cukup menegangkan sih memulai hal baru dengan orang-orang baru.

"Pagi pak!" sambutan demi sambutan terdengar menyapaku.

Aku hanya tersenyum, tanpa membalas sapaan dari mereka. Bukannya sombong, aku hanya ingin lebih kelihatan berwibawa, agar karyawanku lebih menghargaiku.

"Kau terlambat lagi!" tiba-tiba teriakan itu terdengar di telingaku.

Aku yang penasaran langsung mencari sumber suara.

Ku lihat seorang gadis berhijab tengah memohon dengan wajah memelas kepada salah satu orang kepercayaan ayahku.

Jujur, aku paling tidak tega melihat seorang gadis bersedih seperti itu.

"Sudahlah, biar aku saja yang mengurusnya" tiba-tiba kalimat itu keluar dari mulutku.

"Baiklah pak" ucap orang kepercayaan ayahku, yang telah mengenali wajahku.

"Dan kau, ikutlah denganku sekarang!" perintahku kepada gadis behijab tersebut.

"Baiklah pak" hanya itu yang keluar dari mulutnya.

Aku terus berjalan ke ruanganku dengan dia yang mengekori dari belakang.

"Sudah berapa kali kau terlambat?" tanyaku kepadanya, sesampainya di ruanganku.

"Sudah 3 kali pak" jawabnya dengan wajah ketakutan.

Jujur saja, aku tak tega melihat ekspresinya. Namun, bagaimana lagi.

"Ku harap ini untuk yang terakhir kalinya!" ucapku penuh penegasan.

"Baiklah pak" jawabnya, yang mulai merasa lega.

"Mulai hari ini aku lah pemiliki baru perusahaan ini. Dan aku mau semua karyawan haruslah disiplin" ucapku masih dengan nada berwibawa.

"Baiklah pak, saya akan lebih disiplin kedepannya" balasnya diakhiri senyuman.

Jujur, senyumannya saat itu sangatlah menakjubkan.

"Baiklah aku mempercayaimu, namun ku harap kau tak pernah merusak kepercayaanku itu" ucapku memberitahunya.

"In shaa Allah pak" jawabnya yang terdengar indah di telinga.

"Baiklah lanjutkan tugasmu!" perintahku padanya.

Dia meninggalkanku tanpa sepatah kata pun. Sungguh, aku sangat membenci kebisuannya tersebut.

"Dia berbeda dari yang lain, dan aku sepertinya mulai mengaguminya" batinku yakin.


Ku coba mencari semua hal tentangnya, namun hasilnya tetaplah nihil. Aku akhirnya bertanya pada salah seorang karyawan ayahku, yang ku yakini telah lama di perusahan ini.

"Aku boleh minta biodata dari gadis yang bernama Layla!" ucapku padanya.

"Dia hanya karyawan biasa pak, biodatanya sungguhlah tak penting" jawabnya santai

"Bukankah semua karyawan di sini dimintai data-data penting sebagai arsip untuk jaga-jaga bila nantinya diperlukan?" balasku masih berusaha mencari tau tentangnya.

"Maaf pak, waktu itu kami sangat memerlukan karyawan. Sampai-sampai kami lupa meminta data-datanya" ucap lawan bicaraku penuh rasa bersalah.

" Bagaimana jika dia adalah mata-mata dari perusahaan saingan kita? Sungguh kalian sangat ceroboh!"ucapku kasar, lalu pergi meninggalkan dia yang telah tertunduk merasa bersalah.

Aku berjalan dengan mood hancur. Semua harapanku pupus seketika.

Moodku hari ini sangatlah tidak bersahabat. Aku yang merasa hilang selera, langsung pulang ke rumah.

-Dirumah-

"Baru saja sehari di kantor kau sudah tidak betah begini!" ucap Ayahku yang menyadari kedatanganku.

"Aku malas berlama-lama di sana yah" jawabku malas.

"Kenapa? Tak biasanya kau seperti ini!" tanya Ayahku penuh selidik.

"Coba Ayah bayangin bagaimana cerobohnya semua karyawan Ayah di kantor" ucapku mulai mencurahkan isi hatiku.

"Maksudmu nak?" Ayah masih saja tak paham.

"Aku cuman meminta biodata salah satu karyawan di kantor, namun hasilnya nihil" jawabku penuh rasa kesal.

"Hanya itu? Seberapa besar masalah itu bagimu?" Ayah malah menganggap hal itu hanyalah masalah sepele.

"Ahhh!!! Ayah tak paham!" ucapku kesal lalu pergi meninggalkan Ayah yang heran melihat tingkahku.

TBc,,,,
Jangan lupa vote yah😅😅!!!! biar Authornya semangat ngelanjut ceritanya😉😉😉

Salam manis dari Author😊🙏😘

Mengejar Cinta LaylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang