Sisi lain

6 1 0
                                    

Aki duduk sendirian di gazebo milik sekolah nya, dengan cahaya yang minim membuat tak seorang pun mengetahui jika Aki sedang menangis.

“Hapus air mata lu,” dengan kaget Aki menoleh ke asal suara. “K-kak Arza?”

Arza merespon panggilan Aki dengan mengangkat satu tangannya. Lalu Arza membeberkan sesuatu yang tidak Aki duga.

“Eh jadi selama ini”.

“Gua gak serius marah-marah sama lu”.

Rasanya ingin sekali menyantet kakak kelas nya ini, atau memberikannya sebuah hadiah jalan-jalan ke neraka.

“Tapi kenapa kak?”

“Menurut lu? Reza mau ulang tahun, kita sengaja bikin dia kayak gini, biar mampus,” balas Arza dengan wajah bahagia.

“Jadi lu gak usah nangis, gua seratus persen gak niat ngomong kayak gitu.”

“Gak dimaafin biarin banyak dosa,” balas Aki yang membuat kakak kelasnya itu segera menoleh ke arahnya.

“Pfftt! Gua suka ini,” senyum senang terpancar dari Arza membuat Aki terpaku.

Deg..

Apakah dia mulai menyukai makhluk ini? Lalu Aki memandangi Arza dari atas ke bahwa dengan intens, roommate nya ini memiliki postur tubuh yang tinggi namun terkesan kurus. Tapi terlihat berisi karena selalu memakai pakaian longgar.

“Kak beli hoodie dimana?”

“Di temen”.

“Siapa namanya?”

“Reza”.

Sungguh? Aki tak menyangka kak Reza menjual hoodie, maksudnya bahan yang kak Reza jual sangat tebal dan lembut, ia tak menyangka kak Reza bisa menjual barang dengan kualitas seperti itu.

“Ikut gua,” tarik tangan kak Arza tiba-tiba

Sontak Aki menjawab, “Mau kemana?”

“Beli hadiah buat Reza”.

• • •

Dimasa depan Aki ingin memiliki teman seperti kak Arza, setiap melihat toko mereka memasukinya lalu melihat-lihat, mendapat satu barang atau lebih dan langsung membayarnya.

Sangat loyal.

“Lu mau crepes?”

“A- enggak kok”.

“Gua beliin deh, kasian nanti lu ileran”.

Aki menatap kak Arza dengan aneh, menurutnya Kakak kelasnya itu sangatlah peka. Sangat beruntung jika seorang perempuan menjadi pasangannya, ia pasti akan sangat bahagia.

“Rasa vanilla”.

“Makasih kak”.

“Kita duduk di sana biar dikasih minum gratis”

Kita? Kakak aja kali, Aki bisa memakan crepes sembari melakukan kayang.

“Shaki?”

Aki menoleh dan mendapati ayahnya sedang menggandeng wanita lain. Dengan cepat Aki pergi sebelum ia menangis di sana.

“Aki! Crepes lu belum dimakan!” Teriak Arza.

Aki tak peduli ia tetap lari dan berakhir di toilet perempuan. Aki menangis cukup lama dan itu membuatnya yakin jika kak Arza sudah pergi meninggalkannya.

“Lu di toilet atau lagi karaokean sih?” ucap suara yang membuatnya membesarkan bola mata. “kak Arza? Kakak belum pulang?”

“Menurut lu?”Balas Arza yang membuat Aki menutup bibirnya rapat.

“Ini crepes lu gua beli lagi, yang tadi gua kasih ke anak kecil”.

“Ayo”.

“Kemana?”

“Suatu tempat”.

Entah kenapa firasat Aki tak enak.

• • •

“Kakak udah beli hadiah?”

“Udah, cuma kurang balon,”balas kak Arza lalu kembali menatap jalanan.

Keduanya kembali diam dan sampailah pada suatu apartemen. Pikiran kotor hinggap di kepalanya, dengan cepat ia menggelengkan kepalanya dan beralih menatap kakak kelas nya yang sedang memencet tombol.

Lantai atas.

Pintu terbuka dan keduanya dimanjakan pemandangan lampu khas kota Jakarta.

“Walau banyak nyamuk, tapi disini enak. Pengelolanya nyediain sofa sama vending machine,” jelas Arza yang dibalas anggukan paham dari Aki.

Aki terpaku dengan keindahan Jakarta, kemudian sampailah ia di ujung atap. “Aki! Jangan sampai jatuh!”

Memangnya Aki anak kecil? Gumam Aki tak terima.

“Gua gak nyuruh lu buat teriak, hembusin aja nafas lu buat nyumbang karbondioksida sama kayak mereka yang dibawah,” ucap Arza tanpa menoleh ke lawan bicaranya.

“Jam segini tuh beberapa orang baru pulang, kena macet. Terus terobos lampu merah. Kita yang di atas sini ngeliatnya udah kayak pendosa, walaupun kita pernah ngelakuinnya.”

“Maksud kakak?”

“Yang nerobos itu kita gak tau dia nerobos dengan alasan apa. Bisa saja anaknya sakit, istri nya kecelakaan atau kucing nya belum dikasih makan. Gitu juga sama ayah lu,” Arza meminum minuman kalengan dan kembali melihat kebawah. “Kita gak tau dia gandengan sama perempuan tadi dengan alasan apa. Jangan terpaku dengan apa yang ada, berusaha kritisi tiap sisi.”

“Gua dikasih tau sama ayah gua, sayangnya dia udah gak ada.”

“Ayah kaka-”

“Iya, liburan ke Hawaii”.

Aki menolehkan kepalanya dan membuat muka masam.

“Kan gua bilang jangan terpaku dengan apa yang ada, berusaha kritisi tiap sisi. Maksud gua, ayah gua udah gak ada di Jakarta, tapi lagi liburan di Hawaii,” Jitakkan lembut mendarat di kepala Aki.

“Banyak nyamuk gak sih?”

“Gak, kakak aja yang lemah,” ucap Aki masih kesal dengan kakak kelasnya itu.

“Kue Red Velvet di kulkas punya siapa?”

“Aku kak.”

“Boleh minta?”

“Gak.”

“Itu masih ada setengah loyang Aki! Eh tapi wajar sih buat lu makan, biar berisi,” ejek Arza lalu menangkis pukulan Aki. “Mukul gua aja lemah, emang pantes sih makan semua kue,” lanjutnya.

Dengan muka merah padam Aki berteriak, “Kak Arza jahat!”

“Iya dong, kalau baik nanti dimanfaatin,” balas Arza lalu mengulurkan lidah nya.

-Tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 25, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Roommate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang