Namjoon itu seorang perusak.
Benar, dia merusak segalanya, apa saja yang ada dihadapannya.
Bukan dengan tanpa sengaja, ia melakukan itu berdasarkan niat. Namjoon mengacaukan lebih dari dua atau tiga orang dalam sehari, ia senang sekali melakukannya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hari yang tenang bagi pria damai diatas sofa sana, ia berkiat tuk beristirahat malam ini, sangat tidak mau diganggu oleh siapapun. Kakinya terlalu lelah untuk menghajar orang gila kurang ajar yang mengganggu ibunya tadi sore. Leher jenjang itu dilemaskannya, seraya menyelonjorkan kedua kaki diatas tumpuan sofa. Kepalanya dimiringkan ke sebelah kiri, matanya menghitung tiap-tiap warna bintang di galaksi sana, serta-merta mengalihkan perhatiannya daripada hingar-bingar lalu lintas dibawahnya.
"Gordennya di tutup, dong. Dik." Seokjin memutar matanya, malas.
"Kak Seokjung, sesekali lihatlah pemandangan luar! Matamu bisa rusak jika terlalu banyak melihat gelap."
Seokjung, anak sulung keluarga Kim, hanya memoncongkan mulut kian berlalu pergi. Laki-laki kelewat santai itu tidak acuh, malah melanjutkan aktivitas rehatnya.
Lalu, malam indahnya kembali diinterupsi.
"Jin, Ibu lupa mengambil titipan barang di toko nyonya Seonmi, kau mau ikut denganku sambil berkeliling?"
Kedengarannya tidak begitu buruk, bukan?
"Oh, ide bagus, aku akan segera bersiap-siap."
...
"HAHAHAHAHAHAHAHA, KEJAR AKU KALAU BISA, POLISI-POLISI PENGERAT!"
Pengejaran dimana-mana selalu dilakukan, pasalnya, orang jangkung tersebut sudah melakukan hal-hal merugikan sampai berdampak pada seisi kota. Sayangnya, si Jangkung berandal mampu melarikan diri dan melakukan penyamaran setelahnya. Kecelakaan, pencurian, dan fitnah terjadi, huru-hara jua tak pelak hadir. Dia tidak membunuh, tetapi menyebabkan angka bunuh diri dan kematian meningkat setiap bulan.
Ia dikenal sebagai hama korea, namanya Kim Namjoon, seekor mahkluk buas merangkap menjadi manusia nakal.
Kali ini, ada beberapa orang berlalu lalang di lintasan jalan utama kota Seoul, ia menyungging remeh, terlalu mudah untuk dilewati, diberi kejutan sedikit tidak apa-apa.
Penampilan serba hitam, lengkap dengan penyamaran topi, masker, dan kacamata hitam yang menutupi visualnya. Tangan kiri sudah siap siaga memegang delapan kepal batu di genggaman, berpose mengayun tanda akan melempar masing-masing dari kedelapan batu tersebut.
Pyung, dan prang.
Kaca setiap mobil di pinggiran jalan retak-retak, dan meninggalkan dua kaca mobil berhasil dipecahkan olehnya, khalayak riuh berteriak, Namun tak didengar si pelaku. Namjoon, pria di balik semua ini, mulai melangkahkan aksi kriminalitasnya mendekati barisan sepeda di depan toko. Semua sepeda itu dirusak olehnya, tak terkecuali sepeda berwarna kelabu di deretan sana, ikut-ikutan jadi korban si tangan perusak Namjoon.
Seokjin keluar bersama tentengan sayur di gendongan, lensa kontak birunya menoleh refleks kearah sepeda kelabunya, sudah tergolek lemas menjadi rongsokan. Besi-besi kilat itu kian membengkok tak beraturan. Matanya kemudian mengekori sang pelaku bertudung hitam, jaraknya belum terlalu jauh dari tempatnya berdiri.
"Hey, aku butuh menabung dua bulan untuk membeli sepeda ini!"
Seokjin meletakkan barang titipan ibunya di depan toko, lalu mengejar lelaki misterius itu sekencang mungkin.
Tap
Kemudian, disentuhnya bahu sang kriminalis. Ketika ditangkis Namjoon dan kulit mereka tidak sengaja bersentuhan—
—Seokjin mendapatkan akses area neuronnya.
...
Si sulung menyusul menghampiri Seokjin sambil menggendong barang titipan ibu mereka.
"Dia kabur, jin?"
"Ya, tapi aku sudah menandainya."
...
Akhirnya ide di dlm kepalaku bisa ditumpahin juga ya tuhan 😂