dua

61 3 0
                                    

Minggu UN telah berlalu. Sia dan teman-temannya sedang makan-makan setelah acara Graduation.
"Si lo udah diterima di sekolah baru lo itu?" Tanya Quin sahabatnya yang juga ia anggap saudara. "Yoi lah! Keterima dong gue!" Balas Sia menyombongkan diri. "Dih sombong amat lo! Udah gak sabar ye ninggalin gue, Charlene, sama Trina!" Quin menuduh. "Ngaco lo!" Balasnya dengan wajah kesal.
Wajah Sia memang terlihat kesal, tapi hatinya sedang rapuh karena masih tidak rela meninggalkan sahabat-sahabatnya yang sangat ia sayangi.
"Weh Si inget ye, lo gak boleh ngelupain temen-temen lo yang disini!" Perintah Trina sahabatnya yang ia anggap saudara lagi.
"Sans kali mbaa!!" Balas Sia yang sedang menikmati makanannya. "Awas aja lo lupain! Gue kubur hidup-hidup lo!" Ancam Quin. "Lah kok gue yang takut sih" Balas Charlene.
"Eh Si, lo bakal udahan sama Aaron?" Tanya Trina. "Ah.. gak usah dipikirin lah tri" Balas Sia dengan wajah yang tiba-tiba murung.
•••
"Sia!" Terdengar sebuah suara yang sangat kencang di depan gerbang sekolah SMA Melati 7. Sia nengok kanan kiri untuk mencari siapa yang memanggilnya. "Sia! Gila lo! Gue teriakin dari tadi" Ucap Sean yang sedang memegang perutnya yang sakit karena mengejar Sia. "Hahahaha" Perempuan berambut panjang yang diikat dengan rapih itu tertawa terbahak bahak.
"Wah gila! Rapih banget lo! Mau lamar kerja?" Ejek Sean
"Emang lamar kerja pake baju putih abu-abu?"
"Ya kaga sih"
"Udah ah gak jelas lo, masuk lah ayo"
Kemudian mereka masuk ke dalam sekolahnya dan mendaftarkan nama mereka di kertas yang terletak pas di depan pintu masuk.
                                       •••
Kini mereka sedang mengikuti acara MOS. Sia dan Sean tidak berada di satu kelompok. Tetapi, letak kelompok mereka bersebelahan.
"Psst Si" Bisik Sean saat gurunya sedang memberi pengumuman. "Apaan sih brisik banget lo" Balasnya. "Galak amat lo!" Balas Sean dengan suara yang kencang. Semua murid menatapinya, ia hanya diam dan nunduk malu.
                                     •••
Jam istirahat telah tiba, Sean dan Sia belum mendapatkan teman baru, mereka berkeliaran di sekolah yang mereka anggap seperti labirin berdua. Terdengar banyak bisikan "eh itu mereka pacaran?" "berduaan aja" "pacaran nih".
Berhari-hari mereka hanya berduaan di sekolah, Sia selalu minta ditemani Sean karena Sia tidak punya teman baru. Sean dengan setia menemani Sia tapi ada saatnya dimana Sia harus makan sendiri sepanjang hari karena kelasnya Sean selalu diberi waktu istirahat yang telat.

SegitigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang