Episode 9

15 3 0
                                    

Ryo terjatuh akibat pukulan yang mengejutkannya. Ryo memegangi sudut bibirnya yang terluka akibat pukulan tersebut. Terkejut. Mereka melihat apa yang terjadi.

"Itu." Ucap Miku.

"Bukankah dia." Ucap Ken.

"Mustahil." Ucap Ryo.

"Ban kau kah itu?." Tanya Mirai.

"Aku bukan Ban. Aah... Salam kenal namaku Kazuto." Ucapnya diiringi dengan seringai.

Semua waspada karena melihat Ban yang mengaku sebagai Kazuto menyeringai. Tanpa mereka sadari Kazuto bergerak dengan sangat cepat. Mereka mencoba menghindar dari serangan Kazuto.

"Sial... Cepat sekali. Ken!." Ucap Mirai.

Ken yang mengetahui maksud panggilan dari Mirai merespon cepat dengan menyerang Kazuto. Namun tanpa mereka duga Kazuto menghindar dengan sangat cepat. Bahkan sudah berada dibelakang Ken. Ken terjatuh. Melihat rekan-rekannya diserang, Haruka yang memiliki kecepatan mencoba mengimbangi kecepatan Kazuto. Ia menyerang Kazuto dengan sangat cepat. Mirai yang melihat ada celah memanfaatkan serangan dari Haruka sebagai pengalihan. Mirai mulai membidik dan melepas kekuatan yang ada dipedangnya ke arah Kazuto. Tapi sekali lagi mereka berdua terjatuh akibat serangan Kazuto yang tiba-tiba.

Buakkk

Kazuto terkejut akibat pukulan yang mendarat diwajahnya. Ya. Miku menghajar wajahnya seperti yang sudah direncanakan.

"Miku, ia sangat cepat, aku akan mengimbanginya dan mulai menyerangnya. Aku akan mengalihkan perhatiannya. Selama aku mengalihkan perhatiannya kau harus menyerangnya dengan tepat dan berharaplah si jenius abal-abal itu menyadari rencana ini." Ucap Haruka yang menjelaskan rencananya.

'berhasil' batin Miku.

Miku kembali melemparkan tinjunya ke arah Kazuto. Namun, tangannya dicekal olehnya.

"Menarik, kau wanita pertama yang melayangkan tinju ke wajahku." Ucap Kazuto.

"Apa!." Ucap Miku. Tak kehabisan akal Miku mencoba menendang Kazuto namun lagi-lagi gagal.

Sekali tarikan Kazuto merengkuh tubuh Miku agar tak dapat bergerak. Miku berontak, ia tak menyukainya.

"Diam!."

"Lepaskan aku!!."

"Ku bilang diam!!."

Miku menuruti kemauan Kazuto. Ia pun terdiam.

"Kembalikan Ban." Ucap Miku dengan nada dinginnya.

"Tidak akan!!."ucap Kazuto yang tidak melepaskan rengkuhannya pada Miku.

"Apa kau bilang!!!." Miku kembali memberontak.

Karena kesal Kazuto menghilangkan kesadarannya. Kazuto mengangkat tubuh Miku dan membawanya. Namun tak sempat keluar dari ruangan simulasi itu, ia mendengar teriakan dari Haruka.

"Mau kau bawa kemana dia?!." Ucap Haruka dengan nada dingin dan mengintimidasi.

"Hah.. dasar sepertinya aku harus memusnahkan kalian." Ucap Kazuto, ia meletakan tubuh Miku ke lantai.

"Kalo begitu jangan harap." Ucap Mirai yang sudah ada dibelakang Kazuto. Ya. Mirai menyetrum Kazuto sehingga ia tak sadarkan diri.

"Apa yang sebenarnya terjadi?." Tanya Ryo.

"Kita bahas ini dilain waktu, yang harus kita lakukan adalah membawa mereka sekarang. Ken bisa kau membantu membawa Ban. Astaga ternyata anak ini benar-benar berat." Ucap Mirai yang kesusahan. Ken membantu Mirai untuk membawa Ban keluar dari ruangan.

"Miku, miku apa kau dengar aku?." Ucap Haruka yang mencoba menyadarkan Miku.

"Hei sebaiknya kita juga membawanya." Ucap Ryo. Haruka membalasnya dengan anggukan. Ia pun mencoba mengangkat Miku.

"Sebaiknya biarkan aku yang membawanya. Yaaa agar lebih cepat saja." Ucap Ryo. Ia pun mengangkat tubuh Miku.

Mereka membawa Ban dan Miku ke ruang kesehatan. Profesor dan medic 01 baru saja tiba. Profesor memerintah medic 01 untuk memeriksa mereka.

"Mereka hanya pingsan profesor." Ucap medic 01.

"Apa yang kau pikirkan?!, Kenapa kau tidak menghentikanny heh?!." Ucap Haruka yang marah besar kepada profesor.

"Tenanglah. Aku hanya bingung kenapa denyut jantung Ban meningkat drastis. Ternyata ini penyebabnya." Ucap profesor.

"Maksudmu?." Tanya Ryo yang tengah diobati oleh medic 01.

"Jangan bilang ia memiliki alter ego." Sanggah Mirai. Profesor hanya diam saja.

"Diam mu menjadi jawaban bagiku." Ucap Mirai.

"Kalian beristirahatlah Ban dan Miku biar medic 01 yang menjaganya disini." Ucap profesor yang langsung pergi dari sana.

Mereka pergi ke kamar mereka masing-masing. Mereka juga perlu istirahat karena sesi ujian tadi menguras tenaga mereka.

Keesokan paginya

"Argh..apa yang terjadi padaku, kenapa badanku sakit semua." Ucap Ban yang terbangun. Dia melihat ke arah berbagai sisi.

"Ini bukannya diruang kesehatan kenapa aku disini?, Eh?, Apa yang terjadi pada Miku?." Ucap Ban yang menghampiri Miku yang masih belum membuka matanya.

"Kyaaaa!!!!!" Teriak Miku yang sudah sadar.

"Kenapa kau berteriak!, Telingaku bertahanlah." Ucap Ban.

"K-kau se-sebutkan namamu?." Ucap Miku yang masih ketakutan.

"Aku Ban, memangnya siapa lagi." Ucap Ban.

"Benarkah?." Tanya Miku.

"Ada apa dengan ekspresimu itu?, Apa aku terlihat seperti orang asing bagimu?." Ucap Ban yang terlihat kesal.

"Bisa kau dekatkan wajahmu?." Ucap Miku.

"Memang kenapa?, Kau ingin mengagumi wajah ku yang tampan ini?." Ucap Ban dengan nada yang percaya diri.

"Dasar banyak omong kau!, Cepat kemari." Bentak Miku yang marah.

     Ban mendekatkan wajah ke arah Miku. Miku memperhatikan memar biru pada pipi kanan Ban yang tidak lain adalah akibat pukulan keras yang ia layangkan. 'sepertinya aku memukulnya terlalu keras.' batin Miku. Tanpa disengaja mata Miku dan Ban bertemu.

"Apa yang kau lihat?." Ucap Miku.

"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu." Ucap Ban.

"Tidak apa-apa, sekarang menjauhlah dari hadapanku." Ucap Miku yang ingin bangkit berdiri.

"Heh dasar..., Hey tunggu dulu."

"Apa lagi!."

"Kenapa kau mempertanyakan hal itu padaku?."

"Apa maksudmu?."

"Kau bertanya apakah aku Ban atau bukan, apa maksud pertanyaanmu itu."

Miku menunduk, ia berpikir apakah harus menceritakannya pada Ban atau tidak.

"Kau itu..."

Bersambung....

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 31, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Core SquadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang