Episode 06

23 4 0
                                    

     Mereka terbangun ketika sang mentari muncul. Nampak sebagian dari mereka masih tertidur lelap. Profesor yang kala itu sedang lewat menghampiri mereka.

''Mungkin saatnya mereka masuk ke ruang simulasi." batin profesor.

    Mirai yang menyadari kedatangan profesor mencoba membangunkan Ban yang masih tertidur dengan mulut yang terbuka. Karena kesal Ban yang tidak bangun sejak tadi mendorong Mirai untuk mengerjainya.

"BANGUN!!!" teriak Mirai yang bukan hanya membangunkan Ban namun Ryo, Haruka, dan Miku yang ikut terbangun karena suara yang nyaring itu.

"Apa ada apa?." kata Ban setengah sadar yang langsung berdiri.

     Ban baru menyadari bahwa dirinya dikerjai oleh teman masa kecilnya ini. Adu mulut dari keduanya tak terhindarkan. Profesor yang melihatnya mencoba memisahkan mereka namun hasilnya nihil.

"Hei kalian...BISAKAH TENANG SEHARI SAJA HEH!!!." kata Miku yang kesal atas ulah keduanya.
   
      Mereka berdua langsung diam. Profesor menyuruh mereka untuk membersihkan diri dan sarapan lalu menyuruh mereka berkumpul di ruang simulasi. Mereka nampak bingung saat memasuki tempat itu.

"Apa kalian dapat mendengarku?." kata profesor dari ruang kontrol. "Ini adalah simulasi pertama kalian tunjukan hasil latihan kalian selama ini." sambungnya.

       Ruang simulasi mulai menggelap. Itu berarti simulasi dimulai. Mereka mulai siaga. Meski ini hanyalah simulasi namun bagi mereka ini seperti dunia nyata.

"Baiklah mari kita lihat sudah sampai dimana kemampuan kalian."

"Menghindar!." teriak Mirai ketika menyadari sebuah robot menyerang dari atas mereka.

       Seketika suasana disana berubah menjadi berdebu yang mengakibatkan jarak pandang mereka terganggu. Suara senjata robot terdengar berulang kali. Haruka, Ryo dan Ken berhasil menghindar dari serangan mendadak dari robot itu. Perlahan-lahan suasana berdebu berkurang. Mereka melihat sebuah lampu yang berasal dari robot.

"Oh astaga!." teriak Ryo yang takjub.
    
"Fokus." kata Ken sambil memukul adiknya itu.
''Aku harus mengatur strategi menyerang." batin Ken.

"Mirai, Ban, Ryo, Miku, Haruka dengarkan aku." kata Ken yang sedikit berteriak.

"Tak ku sangka hanya dalam semalam ia dapat mengingat nama kami semua, aku merasa terharu." kata Ban yang sedikit menitikan air mata.

"Dasar bocah_-." kata Mirai yang menatap datar ke arah Ban.

"Pertama, Mirai, Ban, Ryo dan aku akan menyerang robot itu bersama-sama dengan arah yang berbeda. Kedua, Haruka dan Miku akan menganalisis kelemahan robot itu. Apa kalian paham." jelas Ken.

       Belum sempat mereka menjawab robot itu kembali menyerang mereka. Mereka serempak menghindari serangan. Tanpa mereka sadari Miku sudah menganalisis gerakan robot itu dan menemukan kelemahannya.

"Hei kalian, kelemahan robot itu ada pada dadanya, robot itu dikendalikan oleh kartu memori yang ada di dadanya, dan robot ini adalah robot tingkat 10 yang menurutku robot terlemah dari yang terkuat.'' kata Miku sambil menghindar serangan."dan jangan lupa senjata yang ada pada robot itu tipe standar." sambungnya.

       Setelah Miku menganalisis Ken tampak memikirkan penyerangan. Bukan hanya Ken, Mirai juga mulai menyusun rencananya. Tanpa mereka sadari anak panah dilepaskan ke arah dada robot tersebut.

"Jangan melakukan tindakan ceroboh." kata Ken yang menasehati.

"Lihat dan perhatikan." balas Haruka dari kejauhan.

         Setelah mereka memperhatikan dengan seksama, Ken, Mirai, dan Miku mulai menyadarinya.

"Benar, itu dia. Dinding pelindung pada dada robot itu memiliki ketebalan 6 cm." kata Miku yang kembali menganalisis.

''Miku mari lakukan." kata Haruka.

         Mereka berdua menyerang secara beruntun untuk menghancurkan pelindung pada robot itu. Bukan hanya Miku dan Haruka yang menyerang dari kejauhan. Mirai, Ban, Ryo dan Ken mulai menyerang dari jarak yang dekat. Ketika pelindungnya hancur, robot itu terbang ke atas untuk menghindari serangan mereka. Tak disangka Ken dan Mirai saling memberi tanda. Ken menyiapkan kuda-kuda untuk memberi Mirai dorongan menuju ke arah robot. Mirai langsung saja berlari dan pergi mengambil kartu memori itu dengan mudah. Simulasi pun selesai.
         
"Bagaimana kau tau kelemahan robot itu?." tanya Ryo.

"Aku hanya menebak." kata Miku yang nampak menghindari pertanyaan tersebut.

"Jika kau benar menebak, bagaimana hasil analismu seakurat tadi?." balas Mirai.

"Itu... Karena aku anak dari..." perkataan Miku terpotong ketika profesor menyebutkan nama ayahnya.

"Profesor shimada takahashi." kata profesor.

"Pantas saja namanya tak terdengar asing ditelingaku." kata Mirai sambil mengorek-ngorek telinganya.

      Dua bulan telah berlalu, mereka berenam semakin lihai dan pintar untuk melakukan penyerangan. Mereka meningkat dengan pesat. Namun, tanpa mereka sadari pintu awal menuju kehancuran telah terbuka.
                                           
"Lakukan penyerangan sekarang.'' kata seorang laki-laki yang memerintahkan anak buahnya untuk bergerak ke dalam penjara dengan keamanan level tinggi.

      Adu tembak tak terhindarkan. Mereka nampak lihai dalam menerobos keamanan level tinggi dan tak diragukan lagi keahlian mereka tak dapat diremehkan. Ketika keamanan berhasil dilumpuhkan, seorang laki-laki berbadan setengah robot menghampiri sel isolasi dimana di dalamnya terdapat seorang pria berumur 40 tahunan menoleh ke arahnya.

"Akhirnya, kau sudan tiba." kata pria tersebut.

"Maaf aku terlambat." kata laki-laki berbadan setengah robot.

"Profesor Jin Yamimaru kini tiba saatnya menjalankan rencana." sambungnya.

"Tentu saja. Tendo Zanmai akan segera kembali ke masa jayanya. Hahahahaha.......hahah...." kata Jin yang tidak lain adalah pria berumur 40 tahunan.
      
       Tawa jahat sang pemimpin Tendo Zanmai menggelegar diseluruh sudut ruangan. Senyum liciknya kembali mengembang, pembalasan dendam sang profesor segara dimulai.

Bersambung....

    

Core SquadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang