Aku ingin menceritakan pengalamanku pada masa sekolah menengah. Aku sekolah di Mts negeri. Saat aku duduk di bangku kelas 8 ada banyak kisah disini. Angka genap, delapan. Banyak kisah duka yang terjadi saat aku beranjak di usia ini. Dan yang paling lara adalah kepergian dari Kakekku. Satu-satunya sosok lelaki yang amat berharga untuk diriku. Beliau pergi, meninggalkan semua kehidupan yang fana ini. Semoga semua amal ibadahnya diterima disisiNya.
Mengenai sekolahku, dia tidak terlalu besar. Ada kuburan di halaman belakang sekolah. Dan di samping kiri gedung sekolah terdapat sebuah kebun pisang yang cukup luas, bahkan lebih luas dari sekolahku. Di tengah-tengah kebun pisang itu, terdapat bangunan rumah tua yang sudah rusak. Atapnya pun sudah tidak ada, nampak terlihat seperti sudah roboh dan dipenuhi lumut.
Di samping kebun pisang itu, ada sebuah sumur yang serata dengan tanah. Kelasku ada dibagian pojok atas. Jadi sumur itu sangat jelas terlihat dari balik jendela kelas. Tidak heran aku sering sekali memerhatikan sumur itu. Karena konon katanya di setiap malam Jum'at kliwon air sumur itu akan berubah menjadi darah. Haha kalian percaya? Sangat tidak masuk akal bukan?
Tapi lain hal nya denganku. Masalalu mengajarkanku untuk mempercayai keberadaan "mereka" untuk bisa beranggapan kalo "mereka" itu ada.
Mengenai rumah tua di tengah kebun pisang itu aku pernah mendengar cerita dari guruku sendiri. Guru yang sudah bertahun-tahun mengajar di sekolah ini.
Konon katanya, rumah itu adalah milik dari keluarga sederhana. Di dalam rumah tua terdapat satu dari beberapa kamar yang berbeda. Yang membuatnya berbeda adalah kamar ini memiliki penunggu yang sering berinteraksi dengan seorang gadis kecil pemilik kamar tersebut.
Gadis kecil ini diasuh oleh siluman ular penunggu kamar itu. Siluman ular ini perempuan. Saat masuk ke dalam kamar dia berubah menjadi sosok wanita cantik. Namun, saat ke luar kamar dia kembali berubah menjadi seekor ular. Gadis kecil ini sering bicara sendiri dalam kamar. Dan hal itu membuat kedua orang tuanya merasa ada hal yang aneh. Dan entah bagaimana caranya akhirnya mereka mumutuskan untuk meninggalkan rumah itu. Dan yang sekarang terbekas hanyalah sebuah bangunan tua tidak terurus yang dipenuhi dengan lumut.
Gadis ini tidak lain adalah teman dari guruku sendiri. Dia berkata jika dirinya selama ini diurus oleh siluman ular sampai dia beranjak remaja.
Itulah sebabnya sekolahku tidak mau menerima tawaran untuk membeli lahan kebun pisang itu. Selain harganya yang cukup tinggi, para guru juga sudah mengetahui asal muasal rumah tua yang ada di sana.
Ular itu masih berada di sana. Buktinya ada beberapa siswa yang pernah nekad untuk pergi ke rumah tua itu. Dan mereka berlarian kalang kabut setelah melihat sosok ular tersebut.
Soal kuburan di halaman belakang sekolah cukup mengerikan. Pernah saat kedua temanku melewati halaman belakang sekolah tengah malam gulita. Mereka berdua melihat ada keranda terbang yang berasal dari kuburan.
Aku pun pada saat kelas 8 adalah seorang dewan angkatan kerja pramuka. Pada saat itu tengah ada acara persami di sekolah. Pada pukul 03.00 WIB aku ditugaskan untuk menjadi penanda jalan oleh dewan senior.
Aku menelusuri setiap jalan yang gelap gulita seorang diri. Melewati halaman belakang sekolah. Aku hanya berbekal satu lilin yang berkedip-kedip di terpa angin. Hampir padam namun aku berusaha untuk terus membuatnya menyala. Angin malam saat itu benar-benar lembut membuai seakan membisikkan sesuatu. Ditambah dengan suara burung gagak yang berkicauan dari arah kuburan.
Dengan nafas berat, akhirnya aku sampai di titik dimana aku ditugaskan. Di depan rumah tua dengan begitu banyak barang antik. Aku pun duduk bersila dan menaruh lilin yang aku bawa tadi tepat di hadapanku. Aku melihat sekitar, nampak begitu gelap dan sepi. Benar-benar tidak ada siapapun. Di samping kanan ada sawah yang cukup luas. Di depan terdapat sebuah pohon yang lumayan besar.
Angin malam ini benar-benar membuat suasana semakin merinding. Aku memeluk tubuhku sendiri yang kedinginan. Sudah beberapa jam aku menunggu namun tidak terlihat ada andik yang melewati kawasan ini. Namun aku tetap menunggu dengan sabar.
Sampai akhirnya aku mendegar sebuah lantunan musik gamelan yang entah berasal dari mana. Saat itu aku tidak berani beranjak lari dari tempatku. Aku hanya terduduk diam sambil membaca doa apapun yang aku bisa.
Lagu itu semakin jelas terdengar, sangat lembut dan halus. Alunan gamelan dan suara seorang sinden yang bernyanyi lembut menusuk batin dan membuat bulu kudukku bergidik merinding. Lagu itu lama kelamaan semakin jelas terdengar, seperti sedang menuju ke arahku.
Dan tunggu... Apa itu?! Di sebelah sana! Ada seseorang yang membawa senter dan sinarnya menuju ke arahku. Siapa dia?! Aku tidak melihat wajahnya karena sekitaran sini begitu gelap. Yang jelas dia sedang memerhatikanku dan tidak lama kemudian melangkahkan kakinya mendekat padaku. Aku menutup wajahku dengan kedua tangan. Langkah kakinya terdengar semakin dekat, semakin dekat dan... terasa sebuah tangan dingin menepuk pundak kiriku. Aku pun kaget bukan main, "Aaaaaaaaa," dan ternyata dia adalah temanku sendiri. "Ngapain teriak-teriak begitu?, ayok balik!" ajak temanku dan langsung saja aku berjalan sejajar dengannya untuk meninggalkan kawasan tadi.
Warga di sekitar sana sudah paham mengenai hal tersebut. Itulah sebabnya bahkan setiap habis maghrib kawasan itu selalu sepi senyap dan gelap.
Bagaimana keadaan sekolah menengahku menurut kalian?
Mts ini memang terkenal horor, tapi tidak sehoror dulu. Karena Bibiku dulu juga sekolah di sana. Dan pernah terjadi kesurupan massal saat itu.
Salam hangat,
Te
KAMU SEDANG MEMBACA
The Darkness
HorrorSetiap kehidupan pasti memiliki sisi gelap. Hal itu juga dialami oleh diriku. Namun, sisi gelap kehidupan yang aku alami ini menyangkut sisi lain dari dunia. Dunia lain. Semua pengalamanku mengenai "mereka" akan dibahas di cerita ini. Aturan baca : ...