Irene
Aku masih tidak percaya dengan apa yang sekarang ada dalam jarak pandangku. Laki-laki itu tersenyum padaku dan melambai padaku. Aku membalas senyumnya dan berjalan mendekatinya.
“Hai.”
“Hai.” Balasnya.
“Bagaimana kamu tahu aku bekerja di sini?” tanyaku.
“Keenan.” Jawabnya yang membuatku tidak heran bagaimana dia bisa berakhir di depan kantorku. Sebelumnya, dia meneleponku kalau dia sudah menungguku di depan kantor dan aku yang mendengarnya langsung berjalan cepat menuruni tangga menuju ke bagian depan kantor. Lalu, seperti inilah. Aku dan Ervin berdiri berhadapan sembari tersenyum satu sama lain, seolah apa yang terjadi kemarin sudah lewat begitu saja.
Ervin
Melihat senyumnya seperti ini membuatku hatiku bergetar. Aku belum pernah merasakan getaran seperti ini, bahkan saat aku bersama dengan Katniss dulu.
Semalam saat aku sampai di rumah kost, aku melihat kamarnya sudah gelap sehingga aku mengurungkan niatku untuk berbicara dengannya. Dan tadi pagi, aku bangun kesiangan sehingga dia sudah berangkat lebih dulu ke kantor. Jadi, aku berinisiatif untuk mendatanginya di kantor dan mengajaknya keluar untuk makan malam.
“Kita mau ke mana?” tanya Irene saat dia sudah berada di dalam mobilku.
“Ada restoran yang bagus dan makanan di sana enak.” Jawabku masih dengan fokus menyetir.
Irene hanya mengangguk-angguk. Dia lalu memilih untuk memalingkan wajahnya pada jendela kaca. Langit sore ini sedang indah-indahnya karena semburat jingga senja.
Aku memarkirkan mobilku di lahan parkir yang disediakan. Belum banyak orang yang datang ke tempat ini karena masih terlalu sore untuk datang ke sini. Irene berjalan mengikutiku memasuki restoran.
“Kita ambil kursi di belakang saja ya.” Ucapku saat sudah di dalam restoran. Irene hanya membalas dengan anggukan.
Aku sengaja memilih kursi belakang karena berada di balkon restoran yang langsung menghadap ke pegunungan di belakang restoran. Namun, yang menarik sebenarnya adalah dari tempat ini, siapapun bisa melihat langit malam dengan sangat jelas.
“Semoga langit malam ini bersahabat dengan kita.” Ucapku sembari duduk di depan Irene.
“Tempatnya bagus.” Irene mengedarkan pandangannya.
Lampu-lampu kuning menggantung yang disambungkan antara satu tiang dengan tiang yang lainnya dengan sebuah kabel.
“Kamu mau makan apa, Ren?” Aku menyodorkan buku menu pada Irene.
Irene menerimanya dan membukanya.
“Pasta aja, sih. Blackpepper sauce.”
Aku memanggil seorang pramusaji dan memesan satu blackpepper beef fettucini dan satu ravioli casserole. Setelah mencatat pesanan, pramusaji meninggalkan aku dan Irene.
“Terima kasih sudah membantuku kemarin, Ren.” Ucapku.
“It’s okay, Vin. Sebagai tetangga, kita kan harus saling membantu.” Jawab Irene. Dia tersenyum.
Aku hanya mengangguk saja. Aku ingin menceritakan apa yang aku alami kemarin pada Irene, seperti yang sudah aku siapkan semalam. Namun, saat melihat Irene sekarang, aku tidak tahu harus memulai dari mana.
“Bagaimana dengan masalahmu? Sudah selesai?” tanya Irene.
Aku menggeleng. “Masih jauh dari selesai. Banyak hal yang mungkin akan terjadi setelah ini, Ren.”
KAMU SEDANG MEMBACA
In Between [END] [The Wattys 2020]
RomansaKetika cinta hadir untuk membuatmu memilih. Bukan tentang mana yang paling baik di antaranya, tetapi mana yang bisa membuatmu bertahan dan tidak bisa hidup tanpanya. Shafiyya Irene sudah terbiasa hidup sendirian di dunia ini. Dia sudah pernah merasa...