Bagian 5

22 3 0
                                    


"Lebih baik merasakan sakit demi melihat orang lain bahagia, daripada menyakiti orang lain demi bahagia." -Aydiara Raenissa.

Diar

Setelah memutus sambungan telfonku dengan Devan tadi, aku tidak melakukan apa yang aku ucapkan padanya. Tidur. Bukannya tidur, aku malah membuka aplikasi instagram. Kalian tahu?aku belum bisa menerima kenyataan bahwasanya Devan menyukai adikku. Dan asal kalian tahu, aku ini follower setia akun instagram fanbase nya Devan. Bagaimana bisa Devan punya fanbase? Bagaimana tidak! Dia kan most wanted disekolahku.

Sepertinya kalian tahu apa yang sedang aku lakukan saat ini. Ya, jujur saja. Aku sedang stalking akun instagram @devanlvlv, salah satu akun fanbase nya Devan yang paling sering update. Harusnya aku admin-nya, aku kan sahabatnya Devan. Meskipun dulu aku pernah di musuhi gadis satu sekolah karena gosip bahwa aku adalah pacarnya Devan, karena dimana aku pasti ada Devan. Devan yang perhatian, Devan yang banyak ketawa kalo lagi sama aku, Devan yang kemana-mana biasanya genggam tangan aku. Tuhkan, mengenang lagi. Udah ah. Haduh au ah gelap.

Dan apa yang ku dapatkan dari aktivitas stalking pagiku? Yeah! Akun @devanlvlv siaran langsung! Pasti siaran Devan lagi main basket? Oh god, dia pasti keliatan cool banget. Segera ku tekan siaran langsung itu, tak sabar melihat Devan. Aku merindukannya.

Aku menelan ludah dan mengedipkan mataku berkali-kali memastikan bahwa yang ku tonton saat ini benar-benar Devan dan.. Dea? Di kantin? Suap-suapan? Gila, gila, ini gila! Yang benar saja! Hey, mereka belum genap satu minggu jadian sudah suap-suapan, aku sudah tiga tahun bareng Devan, sepanjang masa SMA ku habis bersamanya aku tidak pernah seperti itu. Oh tidak, tidak sepanjang masa SMA ku, karena hanya tiggal dua bulan lagi, tapi seseorang datang dan merebut Devan dariku.

***

Hari demi hari ku lewati. Minggu demi minggu ku lalui. Tanpa keberadaan Devan disampingku. Tanpa Devan yang menggenggam tanganku. Tanpa Devan yang selalu bisa membuatku tertawa. Tanpa Devan yang selalu bersikap sok manis kalau ada maunya. Tanpa Devan yang jahil. Biar ku akui lagi. Aku sangat merindukannya.

Aku memfokuskan diriku pada ujian nasional. Mencoba untuk tidak memperdulikan kelangsungan hubungan Devan dan Dea yang selalu saja menjadi sorotan. Berbeda denganku, dulu saat aku dekat dengan Devan, aku dimusuhi oleh para fans nya Devan. Namun, Dea? Dia berbanding terbalik denganku. Dia tidak dimusuhi oleh segerombol fans nya Devan, justru mereka mendukung hubungannya dengan Devan.

Haha.

Bagaimana tidak?sifatku dan Dea berbanding terbalik. Kepribadianku dengannya tentu saja berbeda. Dea cantik, aku biasa saja. Dea kerap kali pergi ke salon hanya untuk perawatan, sedangkan aku tidak. Dea selalu memakai make up jika hendak keluar rumah, baik ke sekolah maupun hang out dengan temannya, sedangkan aku selalu tampil natural. Dea punya rambut yang panjang dan lurus, sedangkan rambutku bergelombang. Dea mewarnai bagian bawah rambutnya menjadi warna merah, sedangkan rambutku berwarna cokelat emas. Aku tidak mewarnainya. Sejak kecil memang sudah seperti ini.

Terkadang aku berfikir, kami ini benar-benar saudara kembar atau bukan? Ah, itu pertanyaan terbodoh dalam hidupku.

***

Aku sudah mengepak barang-barangku. Tekadku sudah bulat. Berat memang meninggalkan mereka, orang-orang yang ku sayangi. Ayah, Dea, teman-teman, Devan. Aku akan meninggalkan mereka untuk beberapa tahun. Aku ingin pergi untuk menghilangkan rasa sakit hatiku dan mencoba mencari pengalaman baru. Tadinya aku hanya iseng saja mendaftar di sebuah universitas ternama di Kanada. University of Toronto. Tapi ternyata dewi fortuna berpihak padaku, aku diterima disana. Aku berharap bisa me-refresh otakku tentang semua rasa sakitku dalam beberapa bulan terakhir. Lumayan, lah, kalau aku dapat doi bule, hehe.

Besok hari kelulusanku, dan lusa aku akan terbang ke Kanada. Ini gila. Ide gila yang sama sekali tak pernah terlintas di otakku sebelumnya. Pergi ke luar negeri dan mengejar impianku. Ah, aku tidak sabar menunggu lusa.

This PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang