Mungkin ini terakhir kalinya retina kita bertemu, setelah semua yang sudah kita lalui sina bgtu saja.
Aku tak tau, ke antah-berantah mana kau akan pergi.
Rasanya, belum pulih betul aku merawat luka, sebab perpisahan melahirkan duka.Disaat langkah mu pergi menjauh, tak ada guratan kesedihan yang menodai wajah manismu.
Padahal, begitu hebat kepedihan yang menggerogoti hatiku.
Dan disaat aku memohon untuk tidak meninggalkan ku bersama kesunyian, kutemukan hatimu telah mati, kepedulian menjelma menjadi ketidakacuhan.Sepertinya kali ini aku terhantam luka yang lebih hebat lagi, mengingat pertemuan kita yang begitu singkat kini harus berbatas sekat.
Tak bisa lagi aku menatapmu sehangat dulu.
Tak bisa lagi jemari kita bertemu untuk sejenak melepas rindu.
Dan yang jelas, tak bisa lagi aku memunafikan semua kepedihan.Terimakasih untuk pertemuan singkat, meski tak ada lagi percakapan didalamnya.
Setidaknya, aku bisa melihat bahwa kamu selalu baik-baik saja.
perihal pintaku pada-Nya; agar kamu selalu bahagia, akhirnya tak lagi menjadi yang sia-sia.Dan beritahu aku, jalan mana yang harus kudatangi agar bisa pulang dan menemukan diriku yang hilang?
Jakarta, 27 mei 19
Andryan prasetia
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta, Senja Dan Rindu
PoesíaAksara nya tentang rindu Terbelenggu dan menunggu