Hari-hari berlalu. Chan telah mencoba untuk bertanya pada gadis itu, namun gadis itu selalu saja menghindar. Padahal Chan hanya ingin tahu darimana gadis itu tahu nama panggilannya dulu. Hanya itu.
Pelajaran olahraga.
Teman-teman sekelas Ilana segera keluar kelas untuk pergi ke lapangan setelah semuanya berganti baju menjadi baju olahraga. Ilana juga sudah memakai seragam olahraga dan siap ke lapang.
Gadis itu berjalan menuju pintu kelas, hendak keluar. Namun tiba-tiba ia merasakan seseorang menepuk bahunya. Ilana berhenti, namun tidak lekas berbalik badan. Ia tahu itu hantu. Pasti hantu. Tidak mungkin manusia karena dia yang terakhir keluar dari kelas itu.
"Maaf, aku sedang sibuk. Kalau mau minta tolong, nanti ku tolong. Tapi jangan sekarang. Dan juga, jangan muncul tiba-tiba di lapangan... kalau tidak aku takkan menolong kalian!" Ucap Ilana panjang lebar. Tangannya sudah berkeringat.
Ia takut. Akhir-akhir ini ia diganggu oleh 3 hantu yang meminta tolong tempo hari. Mereka tidak berhenti mengganggunya dan menerornya karena tempo hari ia menolak menolong mereka.
Ilana memejamkan matanya kuat.
"Hey! Kamu ngomong apa sih?" Ujar seseorang.
Ilana mengerutkan kening lalu membuka matanya perlahan. Sejak kapan suara hantu sejernih itu?
Tunggu, tunggu, itu bukan hantu!
Ilana segera berbalik dan seketika itu pun ia terkaget.
Yang ia lihat bukan hantu, melainkan pangeran--maksudnya sosok tinggi semampai itu.
"Kamu gapapa?" Tanya orang itu.
"I..iya"
"Saya mau menanyakan sesuatu sama kamu" ucap Chan.
Ilana menunduk.
Duh, mau apa sih dia? Apa seharusnya aku kabur lagi? Ish, kenapa juga dia tiba-tiba berdiri memblokir jalan keluar?
"Kamu yang waktu itu kan?" Tanya Chan.
Ilana menggerakkan kukunya dengan gugup.
"Itu memang aku. Tapi bukan aku" jawabnya sambil mendongak menatap cowok di depannya.
Ilana melihat ke samping dan terkejut melihat hantu yang merangkak di jendela mulai merangkak mendekati tempat mereka. Ia tidak menyadarinya karena dari tadi ia hanya menunduk.
"Maksudnya?" Tanya Chan.
"Pokoknya itu bukan aku" ucap Ilana cepat, semakin gelisah karena hantu itu semakin dekat. Ia merinding melihat seringaian hantu itu. Diantara 3 hantu yang mengganggunya, hantu merangkak itulah yang paling ia hindari. Karena hantu itu terlihat seperti hantu jahat.
"Tapi kamu manggil saya lalu tiba-tiba meluk saya, dan setelah itu mengatakan hal aneh..."
Ilana melihat hantu itu mengeluarkan taringnya dan matanya menjadi merah. Tuh, kan. Benar di hantu jahat! Sekarang hantu itu merangkak cepat mendekati tempat Ilana dan Chan.
"Saya hanya ingin tahu darimana kamu tahu nama panggilan saya, karena saya nggak pernah menggunakannya selain di lingkungan keluarga dan orang-orang yang dekat dengan say-- hey!"
Ilana menarik Chan berlari keluar kelas. Ia melirik ke belakang, dan hantu itu masih mengejarnya. Gadis itu pun mempererat pegangannya dan mengajak Chan untuk berlari lebih cepat. Para penggemar Chan yang sedang jam kosong dan duduk di luar kelas pun memperhatikan mereka dengan iri.
Mereka pun akhirnya sampai di lapangan dan berhenti berlari. Ilana mengatur nafasnya. Begitupun dengan Chan.
Ilana melirik ke arah belakangnya dan menghembuskan nafas lega. Hantu itu sudah tidak mengejarnya.
"Hm" dehem seseorang.
Ilana menoleh dan menatap Chan dengan tatapan bertanya.
"Bisa lepasin tangan saya?" Tanya cowok itu gusar. Ilana terperanjat dan melepaskan tangannya dari lengan Chan.
"Ma...maaf." ucap gadis itu sambil menunduk.
Chan menatap perempuan itu.
Sebenarnya dia ini penggemarnya atau apa sih?
"Kamu ini sebenarnya siapa sih? Kenapa memotong pembicaraan dan tiba-tiba menarik saya?" Tanya Chan bertubi-tubi.
"Em... aku cuman nolongin kamu kok!" jawab Ilana.
"Menolong?" Ulang Chan. "Dari siapa?"
"Dari... dari... ada pokoknya!" jawab gadis itu lagi.
Ia tidak mungkin bilang ada hantu yang mau mencelakai mereka kan? Nanti ia dianggap aneh lagi.
"Kamu jujur aja deh!" ucap Chan membuat Ilana mengangkat wajah.
"Kamu fans ku ya?" Tanya nya penuh selidik.
Fans? Ilana memang menyukainya, tapi kan bukan itu alasan yang sebenarnya..
"Heh, nge fans sih boleh, tapi jangan begitu juga dong. Kamu meluk sembarangan, narik tanganku sembarangan, terus.." Chan kemudian menatap Ilana.
"Darimana kamu tahu nama kecil saya? Kamu menguntit ya?" Lanjutnya membuat Ilana melebarkan matanya, karena kalimat terakhir yang diucapkan cowok itu.
Ilana menatap cowok itu kesal. Ia memang menyukainya, tapi ia tidak rela dipanggil penguntit oleh cowok itu.
"Bener kan?" Tanya cowok itu menatap Ilana sinis membuat Ilana menatapnya tak percaya.
"Hey! Kenapa kalian tidak ikut berbaris? Malah sibuk pacaran" Teriak Pak Wowo, guru olahraga yang mengejar kelas mereka.
"Kita nggak pacaran kok pak!" bela Chan dengan wajah kesal. Pemuda itu pun masuk ke dalam barisan cowok.
Ilana yang masih memasang wajah tak percaya karena dipanggil penguntit itu pun akhirnya menggabungkan diri ke barisan perempuan. Ia melirik datar Chan yang juga meliriknya datar. Mereka lalu saling membuang muka.
***
TBC
VOMMENT JANGAN LUPA
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, I Can See Them | Stray Kids Horror-fiction
FanficAku bisa melihat mereka. Ya, mereka yang tidak bisa kau lihat. Mereka yang kau sebut... hantu. --- Horror-romance fanfiction Stray Kids @Tameeyoon