2

3.4K 529 286
                                        

Sepi.

Itulah hal pertama yang Soonyoung rasakan ketika pertama kali membuka mata di pagi hari setelah sebelumnya Jihoon meninggalkannya dengan sejuta perasaan yang tak dapat diartikan. Lelaki itu masih enggan untuk bangkit dari ranjangnya, ia memilih untuk menatap ke arah langit-langit kamarnya. Matanya sedikit membengkak akibat menangis semalaman. Tanpa sadar, air matanya kembali jatuh ketika matanya tak sengaja melirik ke sebelahnya. Tempat yang biasa ditiduri oleh Jihoon kini benar-benar kosong. Lelaki itu dengan segera menghapus air matanya dan menghela napasnya.

"Astaga, kau baru bangun?" tanya seseorang yang kini menatap tak percaya ke arah Soonyoung yang baru saja bangkit dari tempat tidurnya.

"Aku tidak ingin pergi ke kantor," ucap Soonyoung lirih.

"Kenapa?"

"Aku tidak enak badan."

"Tapi, hari ini ada rapat penting dengan pemilik Spring Golden."

"Maksudmu Choi Seungcheol?" tanya Soonyoung.

Lelaki bernama Yoon Jeonghan itu mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan yang Soonyoung berikan padanya. "Nde."

Pemuda dengan rambut hitam legam itu mengusap wajahnya kasar seraya mendengus keras. "Jam berapa rapatnya dimulai?"

"Pukul tujuh malam. Setelahnya mereka mengajak untuk merayakan perayaan kecil-kecilan karena kita telah menerima tawaran mereka untuk bekerja sama," jawab Jeonghan.

"Apa Hwayoung akan ikut rapat juga?"

"Tentu saja."

Lagi-lagi Soonyoung menghela napasnya panjang. Lelaki itu mengurut pelan kepalanya yang berdenyut nyeri. "Baiklah, aku akan segera ke kantor untuk mengurus berkas-berkas yang dibutuhkan nanti. Kau boleh pergi sekarang," titah Soonyoung pada sang sekretarisnya.

"Apa kau butuh sesuatu Soonyoung? Kau terlihat tidak baik-baik saja," ujar Jeonghan.

"Iya, aku tidak baik-baik saja. Aku butuh waktu untuk sendiri sekarang, maka dari itu tinggalkan aku sendiri sekarang juga."

Jeonghan yang mendengar perkataan itu mencebikan bibirnya dan menatap tajam ke arah Soonyoung. "Baiklah, aku akan pergi, Soonyoung-ssi." Baru berniat untuk melangkah pergi, Jeonghan kembali menoleh ke arah Soonyoung. "Aku belum melihat Jihoon daritadi, kemana dia?" tanyanya seraya melihat ke arah sekeliling kamar Soonyoung.

Lelaki yang diberi pertanyaan itu pun kembali menghela napasnya lagi. "Ceritanya panjang," gumamnya.

Jeonghan yang sadar akan sesuatu pun terkejut. Pria yang lebih tua setahun dari Soonyoung itu menutup mulutnya yang menganga. "Jangan bilang kau..."

Soonyoung menatap Jeonghan dengan tatapan nanarnya. Pandangannya mulai kabur karena terhalang oleh air mata yang telah menggenang di pelupuk matanya. Dapat dilihatnya Soonyoung yang begitu tak berdaya sekarang ini. Tak ada senyum tengil yang biasa ia tampilkan dari pagi hingga malam itu. Bibirnya menekuk dengan memberi pandangan yang tak dapat diartikan. Terlalu banyak perasaan yang ia rasakan saat ini. Sedih, marah, kecewa, dan masih banyak lagi.

"Hyung, ottoke?"

Kini giliran Jeonghan yang mendengus kasar seraya mengusap wajahnya. Lelaki itu menyisir rambutnya ke belakang seraya berkacak pinggang. "Sudah kubilang dari awal kalau ini salah, Soonyoung. Ini akibatnya jika kau mengkhianatinya. Apa lagi yang ia lakukan selain meninggalkanmu di rumah?"

Soonyoung melirik ke arah meja nakas yang ada di samping tempat tidurnya yang membuat Jeonghan pun turut melihat ke arah sana. Terdapat kertas putih di sana. Jeonghan yang penasaran isi dari kertas itu pun segera mengambilnya. Lelaki itu menyeringai setelah membaca isi kertas tersebut. "Ini sepadan dengan apa yang telah kau lakukan padanya," sarkasnya.

Eccedentesiast | SoonHoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang