Mark

8 1 0
                                    

Jantung berdetak. Pikiran berputar putar. Aku seperti orang kebingung. Selama mata kuliah, yang ku lakukan hanyalah melamun, tanpa mendengarkan dosen sedikitpun.

Pikiran berputar tanyang Ungkapkan atau Pendam itu sangat mengangguku selama 3 tahun terakhir. Aku ingin mengungkapkan, tapi aku tak berani mengatakannya. Jika aku pendam. Ia tak akan mengetahuinya, dan sebentar lagi lulus, mencari pekerjaan, dan menjadi lebih dewasa dari sekarang.

Perasaanku benar benar bimbang memikirkan ini semua. Aku ingin ini semua cepat berlalu.

Disatu sisi aku hanya ingin memendamnya, hanya aku yang mengetahuinya, aku tak ingin membuat pertemanan ini hancur karena satu kalimat itu. Tapi disisi lain aku ingin mengatakannya, mengambil semua risiko yang ada. Membuat cerita baru setelahnya.

Jantung yang terus berdetak, pikiran yang terus melayang, hati yang bimbang. Entah apa yang harus aku lakukan sekarang.

Dengan memberanikan diri, dengan jantung yang terus berdetak kencang. Dengan penuh rasa kekhawatiran, aku memberanikan diri mengirim pesan padanya

(Y/N) 9.53

Mark. Apakah nanti sore kau ada waktu? Ada yg ingin aku katakan padamu. Jika tidak ada waktu. Tak apa, kapan kapan saja 🙂


Mark : 13.15
Apa yg ingn kmu ktkn? Mngkn stlh kls sore, aku tdk ada kegiatan. Sekitr jam 5 sore. Bagaimana?

(Y/N) 13.20
Baiklah. Bagaimana kalo di kafetaria depan kampus? Atau kamu mau ditempat lain?

Mark 13.30

Baiklah. Kafetaria depan kampus. Jam 5. Oke?

(Y/N) 13.31
Baiklah. Sampai berjumpa nanti 🙂

"Hemmm hanya dibaca. Baiklah tak apa. Harus aku katakan sekarang. Tiada kesempatan lain"  ujarku menyemangati akan tindakanku nanti.

****

Deg deg deg deg deg...... Detak jantungku begitu cepat. Tanganku berkeringat dingin.

"Bagaimana ini, aku terlalu takut untuk mengungkapkannya."

Khawatir
Bimbang
Takut

Hanya itu yang sedang aku rasakan sekarang. Kata apa yang ku ucapkan nanti? Bagaimana reaksinya. Bagaimana tatapan dia pada nanti. Terlalu banyak kekhawatiran. Bagaimana ini? Haruskan aku mundur? Tapi aku telah sampai sejauh ini.

Jam masih menunjukkan jam 4 sore. Tapi diriku telah duduk diam di kafetaria. Apa yang ku lakukan sekarang? Masih terlalu lama. Tapi......... Aku merasa frustrasi. Selalu ku coba mencari kata untuk nanti. Tapi apa hasilnya? Belum ku temukan.

Tangan yg tak bisa diam, kaki yg terus bergetar. Pikiran terus memutar mancari kata - kata dan jantung terus berdetak. "Astaga  bagaimana ini? Aku tak menginginkan ini. Aku harus bagaimana? Pikiran ku kacau sekarang"

"(Y/N), Hai?" dengan tatapan kosong, sampai sebuah tangan menyentuh pundak.

Bertapa terkejutnya diriku, dan langsung menghadap belakang. Dan ternyata Youngjae, jatung ku serasa ingin copot.

"Yak! Apa yg kau lakukan! Membuat orang terkejut!" gerutku memarahinya.

Yg dibalas dengan ketawanya yg khas. "Hahahaha, salah sendiri kau melamun tak jelas! Sudh dipanggil tapi malah tak menganggapi" Youngjae pun duduk dihadapanku dengan membawa es cappuccino.

Aku melirik jam 16.35 "Huftt, masih lama"

"Hah? Apanya yg lama? Kau menunggu siapa? Aaaa jangan jangan kau menunggu dia ya?"

"Dia siapa yg kamu maksud?" jawabku sambil meminum minumanku.

"Siapa lagi kalo bukan di ketua BEM. Hahaha"

"Apa maksudmu! Aku menunggu Mark, bukannya dia!"

"Hahaha aku kira kau menunggu dia. Kan kau tau sendiri si ketua BEM selalu saja mengejarmu. Dan kau malah begini, antara ada harapan dan tidak. Tapi memangnya kenapa kau menunggu Mark?" Tanya Youngjae yang masih terus fokus pada minumannya.

"Bukan urusanmu jae. Jika aku katakan padamu belum dalam waktu 24 jam pasti semua orng akan tau kalo aku bertemu dengannya. Kau telalu cerewet jae"

"Yap seperti kau tak tau aku saja. Hahahaa" hanya ku jawab dengan lirik tajam padanya. Dan tiba tiba dia pergi begitu saja dengan mengatakan "Mark datang. Kalo dia tau aku disini, habis besok aku dengannya. Kumohon jangan beritahu dia kalo aku disini! Mengerti?!"

Aku hanya melonggo melihatnya pergi begitu saja.

"(Y/N)-ya, kau kenapa? Apa yang kamu lihat?"

"Aa? Ha? Apa? Hemm. Aku hanya melihat pohon diluar sana"

"Astaha. Youngjae bodoh. Bisa bisanya membuatku seperti ini! Awas saja!" gerutuku yg ingin membunuh Youngjae.

"Ooh. Kira kau melihat seseorang. Kamu sepertinya sangat serius" Dia mengambil posisi duduk, berhadapan denganku.

"Ehmm.... Tidak ada. Eh kamu mau pesan apa?" Tanyaku dengan cepat.

"Aku akan pesan. Permisi" dia memanggil pelayan. Dan menyebutkan pesannya. Begitu pula denganku yg memesan roti redvelvet

"Baiklah. Apa yang ingin kau katakan padaku?"
Ucapnya yang membuatku terkejut.

Tak sanggup aku memandangnya. Aku terlalu takut mengatakannya. Apa ini benar? Apa ini memang jalannya? Pikiranku masih bercampur aduk. Aku terlalu bimbang. Bagimana ini. Jantung benar benar berdetak terlalu cepat. Tanganku berkeringan. Mulutku terasa terkunci rapat. Tapi aku mengatakannya sebelum semua terlambat. Tapi bagaimana nanti(?)

"Sebenarnya.........."

****
Hay guyssss
Gua backkk 😻
Ada yg kangen gak?😭
Huhuhu..... Ini ceritanya mau dibikin gimana?
Atau biar gini aja?

Makasih banyak buat yang udah baca 🤗

Semoga menghibur😻

GOT7 (ShortStory)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang