Prologue

242 15 11
                                    

ʕ•ﻌ•ʔ

Matahari mulai tenggelam. Birunya langit berubah menjadi mega merah yang indah. Angin sepoi - sepoi meniup daun - daun yang berjatuhan. Suara klakson kendaraan samar - samar terdengar dari kejauhan.

Langkah kakiku membawaku keluar dari kampus. Aku memeriksa pesan yang masuk di ponselku. Aku bertanya - tanya apakah Kak Eunwoo akan menjemputku lagi hari ini.

" Sayang "

Seseorang yang sangat kukenal memanggilku dari belakang. Ia menatapku dengan senyum tipisnya yang membuatku jatuh cinta padanya hingga detik ini.

" Ayo pulang "

Ia menggenggam tanganku. Tangannya terasa dingin, tapi tatapan lembutnya membuat hatiku terasa hangat. Ia membawaku ke mobilnya.

Aku masuk kedalam mobil sport merah milik kak Eunwoo. Ia menjalankan mobilnya dan mengantarkanku pulang.

ʕ•ﻌ•ʔ

Sepanjang jalan aku terus menerus tersenyum memandangi jari manisku. Kak Eunwoo melamarku 2 hari yang lalu dan memberikan cincin ini padaku. Orang tua kami belum mengetahui hal ini. Tapi Kak Eunwoo berjanji akan memberi tahu orangtua kami setelah ia menyelesaikan kuliah bidang kedokterannya.

Tidak terasa, mobil ini telah berhenti tepat didepan pagar rumahku. Aku segera membawa tasku dan membuka pintu mobil. Sebelum aku meninggalkan mobil ini, aku tak lupa untuk berpamitan dengan Eunwoo

" Sayang, hati - hati ya dijalan. Jangan tidur malem - malem. "
Aku tersenyum padanya sambil melambaikan tanganku.

" Iya, kamu juga jangan lupa makan sayang. "
Ia membalas senyumku dan mengacak - acak rambutku sebelum aku keluar dari mobilnya.

ʕ•ﻌ•ʔ

Aku membuka pintu rumah. Aku agak terkejut melihat ibu dan ayahku sedang duduk di ruang tamu. Mereka menatapku serius.

" Nana, duduk. Ayah dan Ibu mau ngomong sama kamu. "

Dengan perasaan campur aduk, aku pun duduk berhadapan dengan orang tuaku.

Ayah dan ibuku saling menatap. Kurasa ini adalah suatu hal yang sulit untuk disampaikan.

Ibuku menarik napas panjang dan menghembuskannya pelan.

" Nana... Orang Tua Soobin, ibu, dan ayah,  setuju untuk menikahkan kalian berdua. "

Aku kaget setengah mati. Aku membayangkan betapa canggungnya ketika aku harus menikahi Soobin yang menjadi teman masa kecilku. Dulu aku cukup dekat dengannya. Setelah kami masuk universitas yang berbeda, kami jarang berkomunikasi. Mungkin karena kami sama - sama memiliki tugas yang menumpuk. Orang tua kami sangat dekat karena bisnis.

" Ibu, nggak... Nana nggak mau. "

" Kenapa ? Kamu nggak suka sama Soobin ? Menurut ayah, Soobin itu laki - laki yang baik dan bertanggung jawab. "

" Ayah, ibu,  Nana masih kuliah. Ibu sendiri yang bilang kalo Nana harus dapet pekerjaan yang bagus sebelum Nana nikah, kan ? "

Ibuku mengusap pipiku. Aku menatap ayahku, berharap ia memberikan jawaban untukku.

" Nana, kamu tau kan kalau ibunya Soobin sudah tiada ? Soobin hidup dengan keuangan yang berkecukupan, namun tidak dengan kasih sayang, nak. Ayahnya pun sibuk dengan bisnis. Karena itulah, jadilah pendamping Soobin. Berikan Soobin cinta dan kasih sayang yang selama ini nggak diberi sama ibunya. "

Aku menggeleng kasar. Air mataku jatuh ke pipiku.

" Kenapa harus Nana, ayah? Ada banyak perempuan dibumi tapi kenapa harus Nana ?! "

Ibuku membelai rambutku. Aku tahu sebelumnya pasti ayah dan ibu sudah berusaha keras mencari cara untuk menyampaikan hal ini padaku.

" Karena ayahnya Soobin percaya sama kamu, nak. "

Aku memejamkan mataku lalu terdiam. Aku merasa jahat apabila menolak permintaan ayah dan ibu setelah mendengar kalimat itu.

" Kamu setuju kan ? Ini demi kebaikan kalian berdua "

Aku kembali menatap ibu.

" Soobin tau kalo kami berdua bakal nikah ? "

" Dia pasti tahu, tapi alasannya mungkin beda. "

ʕ•ﻌ•ʔ

Soobin POV

Aku mencoba mencerna satu demi satu kalimat yang dilemparkan ayah padaku. Menikah ? Apakah aku akan benar - benar menikah ?!

" Maksud ayah, Soobin bakal nikah 2 bulan lagi ? "
Aku menatap ayahku. Aku memastikan bahwa aku tidak salah dengar mengenai permintaan aneh ayahku.

" Iya. Itu permintaan ayah. "
Ayahku kembali menatap dinding kaca yang menampilkan pemandangan gedung - gedung diluar.

Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal. Bagaimana bisa ? Ayahku yang dulu selalu melarangku untuk pacaran bahkan sampai mengusir kekasih pertamaku. Aku benar - benar ingat saat ayah mencaci maki perempuan itu didepan mata kepalaku sendiri. Tiba - tiba ia menyuruhku menikah. Apa dia gila ?

" Ayah, Soobin nggak punya calon istri. Ayah selalu melarang Soobin untuk pacaran. Jadi Soobin bakal nikah sama siapa ? "

Ayahku kembali menatapku dan tertawa kecil.

" Siapa yang bilang kamu nggak punya calon istri ? "
Ia duduk disebelahku. Ia tersenyum dan menepuk bahuku pelan.

" Nana, dia perempuan yang baik,  iya kan ? "

" Ayah, nggak ! "
Aku menolak mentah - mentah permintaan ayahku. Aku benar - benar tidak tahu apa yang sedang dipikirkannya. Tapi ini benar - benar gila. Ia meminta aku untuk menikahi teman masa kecilku yang bahkan tak aku cintai.

Ayahku menunduk dan kembali menatap jendela. Dari raut wajahnya, sudah dipastikan ia sangat kecewa. Aku merasa sangat bersalah.

" Kenapa ayah minta Soobin untuk nikah ? Kenapa harus sekarang ? "

Ayahku mengusap punggungku pelan.

" Ayah cuma nggak mau kamu salah memilih wanita, nak. Itulah sebabnya ayah memilihkan kamu sebaik - baik wanita supaya kamu tidak salah. Ayah cuma ingin melihat kamu bahagia sebelum ayah meninggal. Itu saja, nak. "


Air mata membasahi pipi ayahku. Selama bertahun - tahun aku tinggal bersama ayah, aku tak pernah melihat ia menangis. Bahkan ia tidak menangis saat ibu telah tiada.

" Ayah, Soobin nggak bisa. Nana mungkin memang baik. Tapi gimana Soobin bisa ngebiayain hidupnya ? Soobin masih kuliah. "

" Ayah bekerja keras supaya hidup kamu berkecukupan. Rasanya nggak mungkin ayah bisa menghabiskan harta ayah sendirian hingga ayah meninggal. Lagi pula kamu yang akan meneruskan usaha ayah. "

Aku menatap ayahku. Kini kami saling menatap.

" Kamu mau, kan ? Lakukan ini demi ayah, nak "

Ayahku memelukku.

" Iya, Soobin mau. "

Walau terasa berat, aku berhasil mengeluarkan kalimat itu.

2 bulan lagi, akan menjadi hari yang sangat berat. Bagiku, dan bagi nana.


















To be continued




Married || Choi soobinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang