I'm not Alone

10 3 0
                                    

Penulis: euracha

***

Pagi yang hangat membanguniku untuk melakukan kegiatan beribadah ku dulu. Saat selesai ambil wudhu, aku bergegas memakai mukena lalu sholat subuh. Setelah itu, aku bergegas mandi dan berpakaian rapih lalu turun membawa ransel berserta kaus kaki putih di gengam tanganku.

"Pagi mah, pah" Aku menyapa Mamah dan papahku. Papah yang sedang menyesap teh hangat tersenyum kepadaku yang duduk di hadapan papahku

"Pagi juga anak papah" Aku tersenyum lalu melihat menu sarapan pagi ini, nasi goreng berserta telur dadar.

"Eh, Hana udah cantik" Mamah mencium pipiku lalu duduk di sebelah papah. Kami makan dalam diam, hanya terdengar suara dentingan sendok beradu dengan garpu.

"Dek, kamu bisa kan naik sepeda dulu? Papah sama mamah mau pergi dan bakal pulang besok pagi. Kamu ga bakal sendiri kok, ada tante Dina sama kak Jihan . Ga papa kan?" Aku terdiam kemudian tersenyum.

"Iya pah, aku sama tante Dina aja" Papah tersenyum mendengar ku.
"Baik, papah sama mamah berangkat duluan ya? Kamu taukan Bogor ke Jakarta itu macet" Aku hanya mengangguk paham sambilan menatap kedua orang yang aku sayangi berdiri, sudah selesai menyantap sarapannya.

"Hati-hati ya sayang, nanti mamah beliin oleh-oleh dari solo ya? Kunci rumah kamu yang bawa ya sayang" Aku berdiri lalu mencium tangan mamah dan papahku.

"Hati-hati mah, pah..." Aku mengantar mereka sampai di depan pintu rumah.

"Assalamu'alaikum, hati-hati ya dek" Kata papah sambil tersenyum. Aku hanya mengangguk patuh.

"Wa'alaikumsalam, iya. Mamah papah juga ya, jangan lupa oleh oleh nya hehe" Mamah mencium pipiku lalu berjalan memasuki mobil. Mereka melambaikan tangan nya dari jendal lalu pergi dari halaman rumahku. Aku menghela nafas berat.

"They... really don't care about me, huh?"


ººº

Bel istirahat sekolah berbunyi nyaring, membuat para murid keluar dari kelas untuk mengisi perut mereka. Aku hanya diam sambil menatap lapangan yang berada di sebelah ku.

"Hana? Lo ga ke kantin lagi?" Aku menoleh saat ada yang memanggil nama ku. Dapatku lihat seorang gadis yang berjalan mendekati ku lalu duduk di sebelah ku.

"Hm... lagi ga pengen aja" Jawabku seadanya.
"Hana Renata! Lo kudu makan ih, minggu depan udah ujian lagi!" Aku meringis saat sahabat satu ini teriak pas di kuping ku.

"Iya, nanti aja gampft—!" Mulutku sudah di sumpal sendok saat aku menoleh. Dan pelakunya sendiri adalah Nirmala Arinditta atau bisa di sapa Arin.

"Kunyah! Gue ga mau maag lo kambuh lagi gara-gara telat makan! Gue yang di omelin kak Faza nanti" Aku membulatkan mataku lalu menlen makanan yang sudah ku kunyah.

"What? Say that again!" Arin sudah kewalahan karena aku menggelitik tubuhnya.
"Kak Faza! Kak Faza nanti ngomel ke gue!"

Aku menghentikan tanganku lalu bersender ke kursi kayu yang sudah aku duduki selama lima bulan ini.

"Ho... bang Faza toh?" Arin mengangguk sambil melanjutkan makan siangnya.

"Eh ga tau sih. Faza atau Faiz gitu yang ngasih, bilang nya tolong kasih ke Narani alias Hana" Aku ketawa saat mendengar celotehannya.

"Nama panggilan apa lagi itu? Ada ada aja tau abang kembar lo" Aku mengusap air mataku karena aku ketawa sangat puas.

"Aduh perut gue. Bang Faiz biasanya yang suka kasih nickname baru ke gue. Bang Faza mah diem-diem bae" Arin ngangguk-ngangguk aja dan fokus makan.

"Nih, Kak Faza bawa bekel tapi kebanyakan. Ada sisanya kak Faiz, cukup katanya kalo cuman lo doang yang makan" Aku menatap tempat bekal berwarna coklat muda yang sudah berada di hadapanku.

"Oh, nanti deh gue makan. Mau beli minum dulu. Lo mau—"

"Gue ikut!" Arin menyela ucuapanku lalu berdiri. Aku melihat tempat bekalnya yang sudah ludes tak tersisa nasi satupun. Hebat.

"Gila, lo makan cepet bener" Kataku lalu berdiri dan tanganku sudah di tarik lagi sama Arin.
"Buruan, gausah banyak speak, capek dengerin lo tau ga" Aku mencubit pipinya yang gembul, Arin itu imut.

---

"Ok anak-anak, ada informasi bahwa besok sampai hari kamis akan diliburkan karena guru-guru akan rapat untuk study tour kalian semua. Jadi saya akan mengasih tugas di rumah ya. Matematika halaman 35 dan Bahasa Inggris halaman... 41" Kata Bu Susi, wali guru di kelasku.

"Nah, mari kita baca doa" Kami pun berdoa lalu bel pulang pun berbunyi.
"Kalian bol—Ada apa Faza, Reno?" Aku yang sedang membereskan tempat pensil, menoleh kedepan melihat bang Faza dan bang Reno seperti minta izin.

"Baik, anak-anak ada yang akan di sampaikan oleh kakak OSIS kalian ya, silahkan dan saya pamit undur diri" Bu Susi pun pergi dari kelas dan Kak Faza yang berdiri di depan kelas.

"Baik adik-adik, ini ga bakal lama-lama banget. Kakak hanya mau kalian boleh maju satu persatu dan bulatkan tempat tujuan yang kalian pilih. Ini untuk study tour nanti, paham?"
"Iya kakak!" Kami semua berseru. Bang Faza tersenyum kecil. Sementara bang Reno menulis 'Camping' dan 'Kota Bandung' di papan tulis kelas ku.

"Boleh di mulai dari absen kalian, lalu kalian boleh pulang, terima Kasih atas kerja samanya ya adik-adik!" Satu persatu teman-teman ku maju. Saat giliran ku, aku maju dan tersenyum kecil menghampiri bang Faza.

"Eh adek, makin tembem aja kamu! "Bang Faza nguyel kedua pipiku di depan kelasku. DEPAN KELAS HEY!

"Abang ish! Awas adek mau nulis!" Kataku ketus lalu menulis bentuk bulat di kolam 'camping'

"Faiz udah tunggu di parkiran, gih cari nanti abang nyusul" Aku hanya mengaguk lalu keluar dari kelas menuju parkiran.

"Adek sini!" Aku menatap bang Faiz sedang mengobrol dengan ketiga temannya. Aku menghampiri bang Faiz lalu berdiri di belakang nya. Aku orangnya pemalu.

"Dek, kamu kenapa? Kok nyumput di belakang abang?" Bang Faiz menarikku agar berdiri di samping nya dan aku hanya bisa pasrah.

"Ini adek lo?" Tanya teman bang Faiz
"Calon gue" Aku mencubit pinggang nya sampai Bang Faiz kesakitan tapi tertawa.

"Aduh dek! Sakit atuh abang nya" Aku ga peduli, mulut bang Faiz itu ga bisa di rem. Main ngegas aja, bikin orang malu.

"He.. serius pacar lo?" Aku memukul lengan bang Faiz yang hanya tertawa lepas.
"Pacar pacar palelu! Kagak, dia adek sepupu kita. Faiz aja yang halu" Aku langsung pindah ke belakang bang Faza yang sudah berdiri di sebelah bang Faiz.

"Ayo pulang, kita ke rumah Adek dulu" Bang Faza jalan sambil narik tas ku. Aku hanya pasrah saja.

"Bang, aku tadi bawa sepeda" Aku menunjuk sepeda ku yang terparkir di sebelah pos satpam sekolah ku.

"Yaudah, itu bisa di lipatkan?" Tanya bang Faza. Aku mengangguk sebagai jawaban.
"Masuk, abang urusin sepeda kamu" Bang Faza membuka pintu belakang untukku.

"Makasih bang! Love love you" Kataku membuat bang Faza mencubit pipiku.
"Sama sama luv" Lalu pergi mengambil sepeda ku.

TBC

Persembahan KamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang