Reuni

11 1 2
                                    

Setelah mengirim pesan whatsapp ke Riri aku bergumam terus dalam hati. What's happened, Cha? Masa gara-gara surat kamu ingin pergi ke reuni? Yakin? Kamu yakin, Cha? Nggak papa?

Aku memejamkan mata.

"I can do it, Echa bisa." kataku bermonolog sendiri sambil mengepalkan tangan kuat-kuat.

•••

Seperti biasanya, pagi ini aku ke kantor. Walaupun sebenarnya kerjaanku nggak begitu berat, sebagai bos yang baik aku harus mencontohkan pada bawahan-bawahanku cara disiplin dan menaati tata tertib. Baru sepuluh menit aku duduk di kursi kesayanganku, Pak Windu mengetuk pintu dan membawa paketan berbentuk kotak yang sama seperti hari kemarin.

"Ada lagi, bu."

"Taruh lagi aja, Pak." kataku sambil sibuk memainkan ponselku, padahal ada yang chat juga nggak. Pak Win kemudian berbalik badan dan mengucapkan kalimat permisi setelah meletakkan paketan itu di bawah sofa.

"Ehh, Pak Win."

"Iya, bu?" jawabnya sambil memutar badan. Lalu aku meletakkan ponsel di meja.

"Bukain sekalian deh paketannya."

"Hah? Nggak papa, bu? Nanti saya tahu dalemnya loh. Hehe."

"Nggak papa, Pak. Udah buru."

Dengan sigap, Pak Windu langsung mengambil gunting dan melakukan seperti yang Bang Sat lakukan kemarin. Bungkusan itu sama persis seperti paketan yang kemarin. Setelah selesai, Pak Windu membuka kardus secara perlahan.

"Isinya baju, bu. Wahhh, bagus." puji Pak Win sambil memperlihatkan bajunya padaku.

Aku hanya tersenyum melihat Pak Win merasa takjub, sebagus itu ya memangnya? Aku hanya menopang dagu lalu memikirkan siapa sebenarnya pengirim paketan ini?

Eca? Dia ini laki-laki atau perempuan? Apakah dia temanku yang aku lupa siapa dan bagaimana wajahnya? Atau memang orang asing?

"Pak, menurut bapak yang ngirim laki-laki atau perempuan?"

"Ya laki-laki atuh, bu, masa iya perempuan ngirim ke perempuan? Emang ibu mau disukai sesama perempuan? Hahaha."

"Ih si bapak mah ngeledek malah, ya udah gih kerja lagi, nanti nggak turun loh gajinya." ancamku pada Pak Win karena merasa kesal sudah berani-beraninya dia meledekku.

"Hehe, permisi, bu."

Aku berdiri mendekati kotak berisikan baju itu. Betul kata Pak Win, bajunya bagus, cantik, sepertiku.

"Eh, ada suratnya."

Ku buka amplop yang lagi-lagi berisikan kertas pink. Dari mana sih, pengirim ini tahu aku menyukai warna pink? Apakah aku punya stalker?

Untuk Reisha Indrayani alias Echa.

Setelah membaca suratku kemarin, aku yakin kamu pasti akan datang ke acara reuni. Tidak mungkin tidak. Karena aku yakin kamu pasti penasaran siapa aku. Haha, kenapa aku tidak melakukan ini sejak reuni-reuni tahun lalu ya? Supaya aku bisa melihatmu lebih cepat.

Echa, aku mohon datang ke acara reuni dengan baju yang ku pilihkan ini ya. Aku ingin melihatmu terlihat cantik dan aku yakin kamu akan sangat cantik memakai baju ini.

Tidak usah bertanya-tanya siapa aku dan bagaimana aku tahu kalau kamu menyukai warna pink. Karena jauh sebelum kamu bertanya, aku sudah mengetahui semuanya. Semuanya. Tentang kamu.

Di acara reuni besok, jangan mencariku. Karna aku yang akan mencarimu dan aku yang akan mendatangimu, aku akan menemukanmu.

Selamat bekerja, istirahat nanti jangan keluar untuk membeli makan. Aku akan mengantar makanan untukmu. Terhitung mulai hari ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 06, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ECHA & ECATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang