Sudah beberapa hari berlalu sejak perdebatannya dengan Sinb. Sowon benar-benar sudah tidak tahan, ia sangat tidak tenang.
Sinb, gadis itu bahkan tak pernah menghubunginya, meskipun Sowon sudah berkata akan menunggu, Sinb tak pernah datang.
Saat berpapasan, pendangannya selalu teralihkan dari wajah Sowon, seolah ia tembus pandang.
"Ah, hariku benar-benar aneh tanpa dia" Gumam Sowon, ia melempar kotak tissu yang tak bersalah itu.
"Sinb! Sinb! Sinb! Sinb! Argh! Aku benar-benar hampir gila!" Sowon berdiri, berteriak meluapkan segala kegundahan hatinya.
Tok tok tok
Pintu ruangannya terbuka dan masuklah seorang perawat mungil yang amat dikenalnya.
"Eunha?" Ucap Sowon terkejut. "Oh shit! Apakah dia dengar teriakanku tadi?" batinnya.
Eunha mendekat kearah Sowon sambil tersenyum.
"Hai Sowon oppa!" Sapanya tepat didepan wajah Sowon.
Ya itu benar-benar menggemaskan, lelaki manapun yang melihatnya pasti ingin segera "menerkam" Eunha.
Sowon hanya tersenyum tipis menanggapinya, saat ini siapapun tak mampu menggeser kegundahan yang diciptakan Sinb pada pikirannya.
Melihat reaksi Sowon, Eunha sedikit kecewa.
"Sedang sedih?" Tanya Eunha kemudian.
Sowon tersenyum sambil menggeleng "Jangan banyak bicara, kamu sedang menggemaskan, aku tidak kuat ingin mencicipi pipimu ini" Ucapnya, mencubit pelan kedua pipi gembul Eunha.
Eunha malah mengeluarkan senyuman mematikannya.
Sowon hanya menggeleng sambil terkekeh kecil menanggapinya.
"Ah iya, kenapa tadi oppa berteriak? Dan emm.. Sepertinya menyebut nama Sinb? Ada apa dengan adik tingkatmu itu?" Tanya Eunha, menatap heran Sowon.
"Tidak ada. Hanya saja dia sedang ada ujian dan aku terpikirkan terus olehnya, apakah semua yang aku ajarkan padanya diujian kali ini berguna, dia memang sedikit kurang pintar" Jawab Sowon, tanpa sadar ia tersenyum begitu lebar, padahal itu hanya kebohongannya saja.
"Ohh.." Eunha mengangguk pelan.
Hanya itu respon yang bisa ia berikan, karena ia tak begitu kenal dengan gadis bernama Hwang Sinb itu. Dia hanya tau kalau Sinb adalah tetangga Sowon dan adik tingkat semasa Sowon kuliah, yang sudah Sowon anggap seperti adik sendiri.
Bahkan ia tak tak tahu "sedekat" apa Sowon dan Sinb selama ini.
"Ya begitulah... Semoga dia bisa berhasil menjadi seorang dokter" Ucap Sowon terkekeh, lalu menghembuskan nafas lega karna Eunha tak bertanya lebih lanjut padanya.
"Mau makan siang bersama?" Tawar Eunha.
Sowon hanya menatapnya, membuat Eunha sedikit merinding melihat tatapan Sowon yang menusuk.
"Apakah ada menu kelinci menggemaskan untuk kucicipi?"
Eunha tertawa hambar menanggapi pertanyaan Sowon.
"Kamu tidak pernah bisa menghabiskan hidangan kelinci menggemaskan itu" Jawab Eunha pelan.
"Dia terlalu menggemaskan untuk dihabiskan, aku sudah kenyang hanya dengan mencicipi luarnya saja" Sowon tersenyum tipis.
Eunha membalas dengan senyuman sinisnya "Karena kau tak tahu betapa nikmatnya kelinci menggemaskan itu" bisik Eunha ditelinga Sowon
Pembicaraan yang jika diteruskan dapat berakibat fatal, pikir Sowon.