LISAN

50 6 21
                                    

  

°°"Lebih baik diam daripada bicara, dan lebih baik bicara daripada diam"°°
~

~anonim~~

Dulu saat aku kecil, aku pernah memiliki teman bernama, Hana. kami adalah murid di sekolah Muhamadiyah. Hana adalah temanku, yang sedikit cerewet namun baik dengan kepribadiaan yang feminim. kami sudah berteman sejak kami masuk sekolah kanak-kanak. Dan seiring berjalannya waktu, kami mulai mengerti sifat kami masing-masing.

Suatu ketika saat kami berada di taman beserta dengan teman- teman kami berlima. Aku( Anum), Hana, Sia, Ria, dan Ayesha duduk bersama. Saat itu Sia bercerita tentang dirinya.

"Sia, aku dengar ayah dan ibumu kaya raya? itu berarti hidupmu berkecukupan?"-tutur Ria.

"alhamdulilah, itu benar. Tapi..." jawab sia terpotong.

"tapi, apa??" kata Ayesha bertanya.

" keluarga kami memang berkecukupan, namun sayangnya kakaku selalu mempersulit kami. Dengan banyak masalah yang ditimbulkan. Mulai dari sifatnya yang nakal, suka berbohong, berfitnah durhaka lagi pada orang tuaku. Jadi kondisi keluarga kami, begitulah tak pernah damai". Katanya dengan mata yang berkaca-kaca.

"sungguh kasihannya sia, mendapat kaka yang seperti itu" kata Ria.

"iya sungguh kasihannya sia, kalau aku jadi kau, aku tak sudi punya kaka macam itu".kata Hana

"iya bahkan ada desas-desus yang beredar bahwa kaka ku telah berzinah". Kata ria dengan raut wajah penuh dengan kesedihan.

" begitu malang nya engkau". kata orang orang yang ada disana terkecuali anum, dia malah melihat sia dengan raut wajah tak peduli. Ria yang melihat anum pun berkata.

" tak malang kah engkau anum, mendengar kabar temanmu yang sedang kesusahan. dari tadi aku lihat wajahmu tak bersedih? apakah kau tak punya hati, sampai mendengar temanmu ini yang sedang kesusahan. kau hanya melihatnya dengan wajah datar dengan kesombongan?" kata Ria sambil melihat wajahku.

"iya num, biasanya kau kan yang paling bijak dalam urusan seperti ini, biasanya kau berhati lembut dan akan bersedih bila ada yang sedang kesusahan. seperti kau yang telah merasakan penderitaan tersebut?" kata Hana sahabatnya anum yang tak percanya akan kelakuan sahabatnya ini.

"segersang itukah hatikau, sampai tak bisa merasa pula penderitaan temanmu ini? kalau aku sudah bersedih karena mendengar berita Sia ini num." kata ria lagi yang terus menerus melontarkan pertanyaan tadi.
Namun tak ada satupun kata yang terucap dari bibir ranum milik anum itu, dirinya terus memandang Sia dengan hati yang tak peduli. Seolah-olah dia tak bisa merasakan kepedihan yang telah dirasakan sahabatnya itu.

------Keadaan pun menjadi hening dengan berakhirnya istirahat itu-----.

16.00
Pulangnya semua murid.

"num, nanti kita beli makanan takjil yuk! di lapangan alun-alun". kata Hana.

"ingsa'allah, saya siap-siap dulunya hana". kata Anum sambil membersekan tas serta perlengkapan sekolahnya. Setelah itu mereka pun bersama-sama pergi ke alun alun bersama ria dan ayesha. Namun, saat di tengah-tengah perjalanan Ria pun berkata.

"Sia anak yang beruntung, punya ayah dan ibu berkecukupan. Namun, anehnya nya kawan-kawan. Kalau aku lihat Sia nih kalau sekolah tak pernah bersih dan wangi, apek sekali kalau aku cium. Dari kejauhan pun aku bisa mersakan bau yang tak sedang dari tubuhnya". kata Ria

" benarkah, Ria?". kata Hana merenung kembali ketika dirinya berdekatan dengan Sia.

" iya aku jujur, aku tak ghibah nih emang jujur aku kata. Malahanya, aku pernah nampak si Sia tuh tak puasa. sedih aku lihatnya". kata Ria kembali.

LISAN°{ End }•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang