002

2.9K 286 2
                                    

Keesokkan harinya, Jisoo harus kembali khawatir dan takut. Jam arloji di tangannya sudah menunjukan pukul tujuh malam. Dan ia masih berada di luar.

"Seungkwan? Bisa tidak kita cari bukunya besok lagi? Aku harus segera pulang."

"Loh kenapa? Bukannya besok libur? Aku yakin orangtuamu akan mengerti" kata Seungkwan cuek, lelaki itu terlalu fojus dengan deretan buku didepannya.

"Tapi Kwan-"

"Siapa suruh kemarin buru-buru pulang? Kan jadinya sekarang kita harus mencari buku itu lagi."

"Maaf Seungkwan-a. Aku benar benar harus pulang!" Jisoo setengah berteriak lalu berlari menuju pintu keluar.

"Ck!" Seungkwan berdecak sebal. Sudah dua kali Jisoo izin pulang cepat. Kapan tugas mereka kelar kalau hanya Seungkwan saja yang mencari buku-buku di perpustakan besar ini?

"Seungkwan aku menem- Eh mana Jisoo?"

"Katanya harus pulang Han. Entah mungkin ada hal penting di rumahnya"

"Aneh" gumam Jeonghan menggelengkan kepalanya.

・・

"Astaga! Kupikir dia sudah pulang" Jisoo sampai di apartment dengan selamat.

Walau rasanya nafasnya akan habis karena ia berlari dari lobby hingga lantai 15 dengan menaiki tangga darurat. Salahkan lift apartment yang lama berdiam di lantai 20 selama 10 menit lamanya dan  membuat Jisoo semakin panik.

Ia kembali melihat jam arloji di tangannya, Kini jam menunjukan pukul sembilan malam, dan seharusnya sosok itu sudah kembali.

"Apa dia lembur?" monolog Jisoo kemudian.

Jisoopun melangkah kakinya menuju dapur. Membuka lemari pendingin lalu meneguk habis satu botol air mineral untuk melepas dahaganya. Setelah itu ia memulai tugasnya untuk memasak makan malam yang bisa di bilang sangat terlambat.

Karena badanya terasa lelah. Ia hanya memasak sesuatu yang praktis dan gampang.

Setelah 30 menit berkutat dengan beberapa bumbu-bumbu dapur. Satu porsi bimbimbab dan odeng sudah tersedia di meja makan.

Tetapi sosok yang ia tunggu tak kunjung tiba. Jisoopun memutuskan untuk pergi mandi, badannya terasa lengket akibat aktifitasnya hari ini.

-

"Seungcheol?"

Panggil Jisoo saat ia baru saja keluar dari kamar mandi dan melihat pintu depan terbuka.

Pemuda itu  menghela nafasnya saat melihat sosok itu tidak sendiri, ada lelaki dengan badan  mungil disana.

Lelaki itu tengah kesulitan memapah sosok Seungcheol yang lebih besar darinya.

"Kenapa kau diam saja? Bantu aku!" pinta lelaki itu.

"Seungcheol-ssi kau mabuk?" tanya Jisoo khawatir saat ia dapat mencium bau alcohol yang sangat menyengat keluar dari mulut lelaki bernama Seungcheol itu.

"Lepaskan! Aku tidak mau kau bantu!" ketus Seungcheol mendorong pundak Jisoo.

"Kali ini biarkan saja, Cheol! Aku kesulitan memapah mu! Aku lelah!" Kesal lelaki mungil itu.

Seungcheol menggerutu tak jelas dan merangkuh pundak Jisoo.

Mereka berdua memapah tubuh Seungcheol ke arah ruang kamar, yang memang hanya ada satu di unit apartment tersebut.

"Kau tidur di luar tak apakan? Aku ingin menemani Cheolie" kata  lelaki mungil itu.

Jisoo sebenarnya tidak rela, tapi mau bagaimana lagi, ia tidak punya hak untuk membantah.

Lagipula-
Kalau Jisoo tidur di kamar tersebut, ia selalu tidur di sofa pojok ruang kamar. Mana mau Seungcheol membagi tempat tidur dengannya. Memang Jisoo siapa?

"Tidak apa hyung, tidur lah disini. Tolong jaga Seungcheol-ssi ya"

Dan lelaki mungil itu hanya mengibas tangannya, mengusir.

Jisoo menutup pelan pintu kamar miliknya dan Seungcheol. Kedua manik matanya  menatap miris pintu bercat coklat itu.

"Asal kau bahagia, Aku juga bahagia Seungcheol-ssi"

・・

Deringan alarm berbunyi, Jisoo bangkit dari sofa ruang tengah tempat ia tidur semalam.

Ia merenggangkan badanya. Sofa kamarnya jauh lebih empuk dari pada sofa ruang tengah. Membuat lelaki itu memijat pundaknya yang terasa sakit.

Pemuda itu  melangkah kakinya menuju kamarnya. Hari ini adalah hari sabtu, tandanya tidak ada jadwal sekolah.
Tetapi ia ingin keluar, kemanapun asal hari ini ia tidak berada di apartment.

"Oh, hyung kau sudah bangun?" sapa Jisoo saat ia melewati ruang dapur. Ia mendapati sosok lelaki mungil tengah sibuk memasak.

Lelaki mungil itu menengokan kepalanya sebentar, "Sudah."

"Aku memaskan kau dan Cheolie sarapan. Maaf aku membuang odeng dan bimbibabmu."

Jisoo hanya merespon dengan anggukan kepala.

"Bangunkan Seungcheol sana. Suruh dia sarapan."

"Eh-"

"Ada apa?"

Seungcheol lelaki itu kini sudah rapih, dengan rambut yang masih basah, Jisoo bisa menyimpulkan bahwa lelaki itu baru saja selesai mandi pagi.

"Hyung memintaku membangunkan mu Seungcheol-ssi. Ia sudah membuatkan srapan"

"Kau tidak ikut sarapan?"

"Aku bisa makan di lu-"

"Disini saja, ada yang ingin aku beritahu, Penting"

Setelah mengucapkan itu, Seungcheol segera keluar dari kamarnya. Meninggalkan Jisoo yang kebingungan. Seungcheol tidak pernah memintanya untuk sarapan bersama, apalagi berbicara hal penting dengannya.

"Apa ada sesuatu? Mengapa perasaanku jadi tak enak?"

tbc

[171129]

💜ily

Hurt Love [CheolSoo] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang