Bab 2

3 1 2
                                    


Hari itu di kediaman Estera terlihat ia sedang berjalan dengan sangat tergesa-gesa mencari kedua kakaknya Leven dan Larz sambil membawa berkas juga laptop di tangannya, ia dengan keras menendang rak buku di perpustakaan yang merupakan pintu menuju tempat rahasia mereka. Saat ia datang ia hanya melihat Larz sedang menikmati musik di telinganya sambil mengelus juga menciumi pedangnya tanpa menyadari Estera sudah berdiri di sampingnya lalu melontarkan pedang itu dengan kakinya ke perapian di sebelah Larz sambil mengomelinya, namun ia tak mengacuhkannya dan malah terus mengipasi pedang kesayangannya yang hampir meleleh. Saat ia sadar dan akan memarahi Estera nampak ia terdiam saat melihatnya berkacak pinggang sambil melihatnya dengan raut kesal sekaligus marah,



"Kakak kau harus mempertanggung jawabkan semuanya," ucap Estera dengan tatapan tajam.



Dengan cepat ia merebut berkas d tangan Estera dan dengan tatapan tidak percaya ia terus membolak-balikan kertas itu lalu mengambil handphonenya, ia menyuruh Estera untuk tenang dan kembali ke kamarnya namun Leven yang baru datang langsung menghentikan langkahnya sambil bertanya ada apa hingga adiknya menendang rak buku tadi sampai patah, namun Estera hanya terdiam dengan raut wajah kesalnya. Seolah mengerti tatapannya ia langsung merebut kertas di tangan Larz lalu melemparnya ke perapian lalu menenangkannya,



Keesokan harinya di kantor N.H



Brak ...



"Siapa yang berani memata-matai juga mencuri data perusahaanku!" Teriak Estera.



"Maafkan kami Nona, kami ... Kami ... "



"Kalian apa hah! Baru saja kemarin kita rapat kenapa sekarang perusahan N.D sudah menerbitkannya! Aku tidak mau tahu, segera panggil pengacaraku dan selidiki siapa mata-mata itu jika sampai sore nanti tidak ada yang menemukannya aku tidak akan segan-segan menggoreskan pedangku ini," ucap gadis itu sambil mengeluarkan sebuah pedang yang sangat panjang dan besar dari bawah mejanya.



Semua pegawai baru kantor itu yang ketakutan segera mundur dan berlalu pergi, setelah ruangan itu kosong ia menghempaskan dirinya ke sebuah kursi sambil memijat keningnya. Perlahan ia mengambil laptop di sampingnya dengan tatapan sangat serius ia mengetik dan menggerakan mouse di tangannya dengan sangat cepat seolah sedang mengerjakan sesuatu, beberapa detik berlalu matanya semakin meruncing tangannya dengan cepat meraih handphone di bawah mejanya. Terlihat ia seperti sedang beberapa kali menelfon seseorang hingga tak lama pintu ruangan itu di ketuk terlihat beberapa orang pria dan wanita memasuki ruangan itu dengan raut kebingungan, mereka duduk di hadapannya dengan menahan rasa takut.



"sembilan? Dimana satu lagi rekan kalian? Kalian bekerja satu tim kan?" ucap Estera sambil mengetuk-ngetuk meja di hadapannya.



"Dante sakit Nona,"



"Sakit? Sakit apa? Sakit jiwa atau sakit hati? Hemm atau sakit otak?"



"Katanya ia terkena demam dan tak bisa bangun," ucap salah seorang pria dengan ragu.



"Demam? Hah sangat lucu saat musim semi seperti ini seseorang terkena demam,"



Srang ...



"Kau tahu ini apa?" ucap gadis itu sambil menodongkan pedangnya pada dagu pria itu.



"katakan sejujurnya jika tidak aku akan menghancurkan wajah tampanmu ini dan memotong lidahmu untuk ku jadikan umpan ikan,"



"Ba ... baik ... Nona tolong turunkan pedang itu," ucap pria itu dengan sangat ketakutan.



"Dante telah melarikan diri, ia yang mencuri semua data perusahaan ini dan ia juga ..."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 04, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Untaian Tali TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang