Sekarang gue lagi dikamar mandi, nunggu giliran soalnya penuh semua. Sendiri gak minta anter Salsha, Salsha lagi ke kantin.
Clekk..
Pintu kamar mandi kebuka buru-buru gue berdiri dan ngedeketin pintu.
"Ehh.."
Seseorang yang baru keluar itu natap gue kaget. Setelah sadar kalo ini gue, raut mukanya berubah jadi sinis.
"Oh pacar Iqbaal ternyata kirain siapa." Ujarnya dengan sinis. Gue cuma diem sambil liatin dia.
"Misi gue mau masuk." Dia halangin pintunya, gue ngehela nafas.
"Selera Iqbaal turun ya." Gue ngernyitin alis gue, maksudnya apa?
"Dia lepasin gue cuma buat dapet yang kaya gini." Katanya lagi terkekeh sinis.
Gue melotot, "Maksudnya kaya gini itu apa ya?" Tanya gue mulai emosi.
Dia ketawa, "Lo tau lah gue siapa. Bahkan semua cowok yang sekolah disini mau sama gue."
"Seriusan Iqbaal mau sama lo?" Lanjutnya lagi sambil mandang gue dari atas sampe bawah.
"Bahkan lo gak ada apa-apa nya kalo dibandingin sama gue." Katanya sinis sambil nunjuk muka gue. Gue diem gak bisa ngelawan. Hati gue terlanjur sakit denger omongan dia yang secara gak langsung ngehina gue.
"Hati-hati aja ya, siapa tau Iqbaal cuma jadiin lo pelarian dia doang karna putus dari gue." Setelah ngomong itu Jeha pergi keluar dari toilet, sementara gue diem mencerna kembali ucapan terakhir Jeha.
Pelarian?
¤
Gue lagi diem dihalte nunggu angkot. Salsha pulang duluan karna pacarnya yang beda sekolah ngejemput. Tadi sih sempet nawarin buat nemenin gue nunggu angkot, tapi gue gak enak sama pacarnya, pasti pengen cepet-cepet pulang karna capek, jadi gue tolak dengan alasan 'angkotnya bentar lagi dateng.' Dan Salsha percaya terus pulang duluan.
Gue lirik jam yang melingkar dipergelangan tangan kiri gue, udah jam setengah enam. Gue gak yakin masih ada angkot. Iqbaal? Gue gak tau, setelah sholat ashar tadi gue gak lagi liat dia sama curut-curutnya, biasanya suka kumpul sama anak-anak futsal.
"Belom pulang?" Gue ngejat karna kaget.
Gue lirik seseorang yang baru aja duduk disamping gue, "Ngagetin ya ampun." Kata gue kesel.
Dia ketawa, "Ngelamun mulu si." Kata Iqbaal sambil ngusap kepala gue yang dibalut kerudung abu.
"Nunggu angkot?" Tanya Iqbaal.
"Iya."
"Udah sore gini mana ada angkot." Kata Iqbaal sambil nengok kiri kanan jalan.
"Gue anterin hayu." Katanya sambil berdiri.
"Bawa motor?" Tanya gue yang masih duduk.
"Bawaa."
"Buru." Kata Iqbaal sambil jalan menuju parkiran. Gue berdiri abis itu ngekorin dia dari belakang.
¤
Istirahat hari ini gue males kemana-mana, apalagi setelah kejadian kemarin ditoilet bareng Jeha, rasanya gue gak mau lagi ketemu sama itu cewek.
Didepan pintu gue bisa liat Iqbaal yang lagi ketawa ngakak sama anak-anak, setelah ketawanya berhenti matanya ngelirik kedalem kelas dan berhenti di gue.
Dia jalan ngehampirin gue, "Gak ngantin?" Tanyanya setelah duduk ditempat Salsha.
"Males. Nitip minum tadi sama Salsha." Kata gue sambil mainin hp. Iqbaal cuma berOh ria.
Gue matiin hp dan gue masukin kedalem tas, gue mau ngomong serius sama dia.
"Baal.." Panggil gue setelah ngehadap ke dia. Iqbaal ngedehem, abis itu matiin hp nya dan dimasukin kesaku celana abunya.
"Gue mau nanya." Kata gue gugup.
"Hn.." Iqbaal keliatan bingung gitu.
Gue tarik nafas abis itu dihembusin secara perlahan, "Lo serius suka sama gue?" Tanya gue pelan.
Iqbaal naikin alisnya sebelah, "Maksu-"
"Nih minumnya." Ucapan Salsha yang baru datang dari kantin memotong pembicaraan Iqbaal.
"Makasih." Kata gue sambil senyum tipis.
"Gue pinjem bangkunya bentar, Sha." Kata Iqbaal, Salsha ngedengus abis itu jalan keluar buat gabung sama curut-curutnya Iqbaal.
Gue kembali natap Iqbaal yang ternyata lagi natap gue.
"Maksudnya apa?" Tanya Iqbaal bingung.
Gue ngehela nafas lagi, "Gue cuma gak mau dijadiin tempat pelarian lo." Kata gue pelan sambil nunduk.
"Hah? Pela.. maksudnya apasi? Gue gak ngerti."
"Lo masih suka kan sama Jeha?" Tanya gue sambil natap dia.
"Enggak." Jawab dia cepet.
"Gue gak mau dijadiin tempat pelarian lo dari Jeha." Kata gue pelan.
"Putusin gue kalo emang lo gak beneran cinta sama gue, Baal." Kata gue sambil natap mata dia dalam. Iqbaal diem, gak lama dia ketawa pelan.
"Lo bercanda?"
"Gue serius sama lo (Namakamu). Gue punya kakak cewek, Bunda gue juga cewek, mana mungkin gue jadiin lo tempat pelarian gue doang." Kata Iqbaal setelah tawa buatannya mereda sambil megang tangan kiri gue yang ada dibawah meja. Untung kelas sepi, cuma ada 3 orang yang lagi molor dibelakang.
"Dan soal Jeha, gue bener-bener udah gak ada rasa apapun sama dia, sekalipun dia lebih cantik dari lo." Gue nunduk.
"Trust me." Katanya sambil genggam tangan gue lebih erat. Gue tatap dia tepat dimanik matanya mencari kebohongan, tapi nyatanya nihil.
Gue senyum, "Gue percaya."
"Makasih." Katanya sambil senyum lebar bikin gue gemes.
"Udah woy jan pacaran mulu, bikin ngiri aja." Teriakan yang berasal dari suara Aldy itu bikin gue dan Iqbaal nengok kearah pintu.
"Sirik aja lo kutil." Jawab Iqbaal sedikit teriak. Sementara Aldy hanya mencebikkan bibirnya. Gue terkekeh.
"Gak mau keluar? Teminin si Salsha." Tanya Iqbaal kembali natap gue.
"Nemenin Salsha apa nemenin lo?"
"Ya sekalian nemenin gue juga." Kata Iqbaal ketawa.
"Hayu." Dia berdiri diikutin gue.
"Gandengan gak?" Tanya nya sambil ngulurin tangan kanannya.
"Apasi. Gandeng aja noh meja." Setelah ngomong gitu gue lari keluar nyamperin Salsha yang lagi maen ludo sama anak cowok sambil cekikikan ngebayangin muka keselnya Iqbaal. Uhhh gemesin pasti.
Bersambunggggg........