1. -awal-

29 6 0
                                    

Tik. Tik. Tik

Rintikan air hujan turun dari atas langit, ia terlihat murung. Rambutnya yang sedikit bergelombang menjadi lurus terkena rintikan air hujan. Ia terus jalan menelusuri sepinya komplek perumahan nya di siang hari. Sedikit lagi, sedikit lagi dia akan sampai di depan rumahnya hanya tinggal beberapa langkah lagi.

Bukk..

Gadis berseragam sekolah itu tersungkur di jalan yang sedikit berlumpur terkena air hujan.

"aw" ringis nya.

"maaf gue buru-buru" org itu pergi berlalu meninggalkan nya yang tersungkur itu.

"iih udah nabrak orang gak minta maaf lagi" gadis itu bangkit membersihkan kotoran yang menempel di rok sekolahnya.

Hujan turun semakin deras langit pun sedikit menggelap gadis itu bergegas berjalan untuk sampai ke rumahnya.

Drap. Drap. Drap

Gadis itu berlari agar cepat sampai kedalam rumah membersihkan badan nya yang kotor itu dan menghangatkan bada nya. Badan nya sudah seperti es batu saat ini, dingin.

Dan akhirnya disinilah dia di depan rumah ber cat warna putih memiliki pagar tinggi berwarna hitam, rumah itu bisa dibilang besar, dengan lapangan yang luas. Gadis itu melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah bercat putih itu sesuai yang dipikirnya tadi, menghangatkan badan nya yang sudah seperti es batu itu.

"ini non teh anget nya mbok buatin diminum dulu" ucap wanita paruh baya yang muncul dari arah dapur menggunakan baju daster sambil memegang kemoceng di tangan kirinya.

"iya mbok, taroh disitu aja nanti Lita minum" jawabnya.

Ya. Dia Lita. Yolita Patricia. Gadis yang berhujan hujan an tadi sekaligus pemilik rumah mewah nan besar itu.

Yolita berjalan gontai mengembalikan handuk yang dipakainya untuk mengeringkan rambut ketempat mulanya, lalu kembali meminum teh hangat yang dibuat kan mbok Siti. Pembantu rumahnya.

"non Lita, ada paket" ucap mang Agus satpam rumah Lita.

"mana mang?" jawab Lita pergi ke depan rumahnya.

"ini non" mang Agus menyerahkan sepaket kotak kecil itu.

"siapa yang kirim mang?" tanya Lita.

"anu, katanya teh ieu dari ibu nya non Lita" jawab mang Agus.

"oh yaudah makasih ya mang" ucap Lita pergi ke kamarnya.

"buka.. Enggak.. Buka.. Enggak" Yolita terlihat sedikit ragu untuk membuka kotak itu.

Bagaimana tidak ragu, selama Yolita hidup, Yolita tidak pernah bertemu dengan ibunya. Dan sekarang, tiba tiba ibunya mengirim paket untuk Lita.

Apakah wajar? -batin Lita

"nggak usah dibuka deh, eh kan mau tau isinya apa"

"kalau dibuka.. Kalau misalkan isinya bom gimana, rumah Lita kebakaran dong"

"kalau gak dibuka kan penasaran" - kira kira seperti itulah yang ada di pikiran Yolita.

"buka deh" sampai akhirnya Yolita mengalahkan keraguan nya dan membuka kotak tersebut.

Tingg..

Kalung berwarna silver memiliki mata berlian kecil menggantung sempurna didepan mata Lita, ada secarik surat dibagian bawah kalung tersebut. Lita pun membaca nya.

Dear Yolita

Yolita apa kabar? Bunda minta maaf ya nak gak pernah ajak Yolita ketemu...
Anak bunda sudah besar ya sekarang, maaf ya bunda cuma bisa kasih ini ke Lita.
Kalau waktunya sudah tiba. Yolita sama bunda pasti ketemu kok sayang..
Yaudah jangan murung terus yah.. Kalungnya dipakai ya sayang..

Hari demi hari Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang