O1 | Ivi |

35 4 8
                                    

Di tengah sepi dan dinginnya malam, seorang pria berambut hitam berjalan sendirian. Memakai jaket bulu yang senada seperti warna rambutnya, dia berjalan di tengah jalan dengan percaya dirinya bagai dalam sebuah peragakan busana.

Sesekali menyisir rambutnya kebelakang karena angin yang cukup kencang menimpanya.

Berhenti sejenak lalu mengedarkan pandangannya. Hingga kedua maniknya berhenti menemukan suatu sudut yang sangat menarik perhatiannya.

Menyunggingkan senyumannya sejenak, lalu kembali melanjutkan perjalanannya.

"Hai". Pria berjaket bulu itu tersenyum.

Mendengar suatu sapaan, seorang gadis menolehkan kepalanya kebelakang. Tersenyum kikuk sembari membungkukkan badannya.

"H-hai"

Pria tadi mengulurkan tangannya hendak berjabat tangan.

"Hwall", ucapnya singkat.

Gadis yang hanya memakai dress merah selutut itu membalas jabatan pria didepannya ragu. "Ahh yaa, Ivi"

"Menarik"

"Maaf? Kau bilang apa tadi?"

"Ahh tidak, kau memiliki nama yang sangat cantik. Sama seperti pemilik namanya." Hwall melepaskan genggamannya.

Lagi-lagi seorang Hwall tersenyum manis ke arah gadis di depannya itu. Dan tanpa diduga, dia melepas jaketnya lalu memakaikannya ke tubuh Ivi.

Dan itu berhasil membuat seorang Ivi terkejut tak percaya sekaligus bingung dengan kedatangan pria ini tiba-tiba.

"Malam ini dingin, mengapa kamu keluar sendirian dengan pakaian seperti itu?", tanya Hwall membenarkan kerah kemeja hitamnya.

Ivi menggosokkan kedua telapak tangannya. "Eumm, jadi aku habis pulang dari pesta ulang tahun temanku. Lalu aku disini untuk menunggu taxi"

Hwall mengerutkan alisnya, lalu ia terkekeh pelan. Ivi yang melihat itu bingung, ada apa dengan pria ini?, Batinnya.

"Kau pertama kali disini? Mana ada taxi lewat tengah malam seperti ini. Astaga bagaimana kau ini!" , lagi-lagi pria itu terkekeh.

Ivi yang mendengar pejelasan Hwall tadi hanya ber-oh ria. Lalu memanggut-manggutkan kepalanya.

Lalu dilihatnya Hwall mengambil sebuah benda pipih dari saku celananya, yaa handphone.

Menghidupkannya, lalu mengetikkan sesuatu, dan mematikannya kembali.

Ivi hanya menatap Hwall dengan tatapan malas, sama sekali dia tidak ingin mengetahui apa yang pria di depannya itu lakukan.

Yang ia ingin sekarang pulang kerumahnya lalu tidur. Tapi bagaimana caranya?

"Bagaimana kalau aku antar?"

Demi apapun Ivi ingin sekali menolak tawaran pria di depannya ini. Bagaimana tidak? Mereka saja baru berkenalan beberapa menit lalu, udah nawarin pulang bareng segala.

Tapi di sisi lain dia juga butuh kendaraan buat pulang, masa iya mau numpang tidur dulu di rumah temen.

Hwall masih menunggu jawaban Ivi. "Gimana? Mau gak?"

"Eumm iya deh, tapi...."

"Tapi apaan?"

"Gak kok, gak jadi"

Setelah itu terdengar suara deruman mobil yang mendekat ke arah mereka berdua.

Tin!

Klakson mobil itu berbunyi setelah berhenti pas di depan mereka. Menolehkan kepalanya, Hwall ternyata sudah hilang entah kemana.

"Ivi! Sini, masuk!", ajak Hwall dengan senyuman yang masih saja merekah.

Dibukakannya pintu mobil, lalu mempersilahkan masuk. Dan sekali lagi Ivi dibuat terkejut dengan kedatangan seorang Hwall.

"Mulai tadi gak ada sopirnya?", tanya Ivi dengan wajah yang ingin sekali meminta penjelasan.

Hwall hanya terkekeh pelan, lalu masuk ke dalam mobil. Tentunya di tempat kemudi.

"Iya, gak ada sopirnya memang. Mobilnya kesini sendiri. Gak usah kaget, kamu tau kan kalau sekarang kita ada di zaman apa?"

Hwall yang berceloteh sesekali membenarkan tempat duduknya dan memasang sabuk pengaman miliknya.

Ivi? Dia sudah memakainya lebih dulu. Tidak sopan sebenarnya.

Dia khawatir jika dia tidak segera memakainya, sabuk pengamannya akan dipakaikan seorang Hwall. Bukan karena ge-er atau semacamnya, tapi yaa apa salahnya jaga-jaga kan?

Mendengar apa yang dikatakan Hwall tadi, memang benar. Zaman sekarang apa sih yang gak bisa dibuat dengan barang elektronik.

Brummm!

Mobil pun melaju dengan cepat, tidak secepat balapan Moto GP memang, tapi menurut Ivi ini sangatlah cepat.

Lalu seketika perasaan tidak enak seorang Ivi muncul, kala melihat Hwall menyetir dengan menunjukkan senyumannya. Tidak, dia bukan tersenyum tapi menyeringai.

"Kau mengantarkan aku pulang kan?"

Hwall menoleh sebentar lalu menatap kembali jalanan malam. "Tentu saja kau akan pulang"

Ivi sedikit lega mendengar itu, hingga dia teringat sesuatu. "Ahh ya rumahku ada di jalan-"

"Pulang kerumahku"

"Kerumah- mu?"

•••


H W A L LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang