Gelap dan dingin, itulah yang Ivi rasakan sekarang. Matanya sama sekali tak terpejam, tapi sebuah pita atau entahlah itu menutupi penglihatannya.
Hawa dingin juga menusuk tubuhnya. Jaket yang ia pakai tadi? Entah sejak kapan lelaki itu mengambil balik jaketnya.
Dia tau lelaki itu ada di depannya. Dia tau pasti hal itu.
"Kau sepertinya sudah bangun"
Suara itu.
Siapa lagi kalau bukan oknum bernama Hwall.
Ivi memang tidak bisa melihat sekarang, tapi jangan lupa pendengarannya masih bisa digunakan.
Ivi merasa ada suatu benda menyentuh di bagian lengan kirinya. Dingin, benda itu sangat dingin.
Sejenak dia berpikir benda yang Hwall sentuh ke tangannya itu adalah sebuah es batu. Tak masuk akal memang, tapi apa salahnya berpikir positif terlebih dahulu kan?
Tapi pemikiran seperti itu seketika Ivi buang jauh-jauh ketika rasa nyeri mulai terasa di sekujur tubuhnya.
Tidak, sebenarnya cuma di lengan kirinya. Entah bagaimana Hwall membuat rasa sakitnya menyebar ke seluruh tubuh.
"Apakah kau mengira ini es batu? Hahaha sungguh lawak sekali kau Ivi! Sudah jelas-jelas ini pisau bagaimana kau mengira ini es batu?!"
Plak!
Hwall menampar keras pipi Ivi, hingga sang empunya jatuh tersungkur tak tertahankan.
Ivi memang ditutupi matanya, tapi sama sekali dia tidak terikat di kursinya.
Demi tuhan, Ivi lebih memilih mati saja daripada di siksa seperti ini. Tubuhnya terasa remuk. Hwall memang sudah gila.
Tap! Tap!
Suara derap langkahnya kian mendekat. Ivi yang berada di bawah hanya pasrah apa yang akan dilakukan Hwall setelah ini.
Memang dia bisa melawan, tapi apalah daya seorang Ivi yang lemah. Membuka kain penutup matanya saja dia tidak berani, ingin sok-sokan segala ngelawan pria gila didepannya ini.
"Kau kira aku gila?", Hwall berbisik pas di telinganya. Bisikan itu terdengar sangat mencekam, bulu kuduk Ivi sampai berdiri dibuatnya.
Ivi yang berpikir dia bisa cenayang ini lalu menggeleng pelan. Membuang jauh-jauh pikiran buruk seorang Hwall yang memang sebenarnya buruk. Tapi ini juga demi kebaikannya.
Pelan-pelan Hwall membuka penutup mata Ivi. Ivi merasakannya itu, tapi nyalinya sangat kecil hanya untuk membuka mata.
"Kau tidak berniat membuka matamu?"
Hwall kembali bertanya, Ivi yang mendengar pertanyaan itu ditujukan padanya lantas membuka pelan kedua matanya itu.
Tersentak sedikit ketika melihat jarak keduanya yang sangat dekat. Cuma berpaut sekitar 5 centimeter? Demi tuhan Ivi ingin bunuh diri sekarang.
Nafas Hwall yang seperti ingin memburu, menyapu wajah Ivi yang penuh dengan keringat.
Sedikit ngeri melihatnya, yak bukan sedikit lagi tapi memang sangat ngeri.
"A-apa sih mau lo? Hwall?", tanya Ivi lirih.
Hwall tersenyum miring, Ivi yang melihatnya ingin sekali meludahi pria brengsek di depannya ini.
"Cuma sedikit, bermain main dengan lengan putih mu ini lagi sepertinya seru?"
"Cuma sedikit pala lo gentong?! Lo buta apa gimana? Noh tangan gue udah banyak darah kayak gini! Badan gue dah remuk semua woy ah elah."
Entah kekuatan darimana Ivi tiba-tiba berani meninggikan suaranya. Hwall yang mendengar ocehan seperti itu lantas menggeleng sambil terkekeh pelan.
Kriyett!!
"Hwall, kamu ngapain? Itu kok ada cewek—"
"Kakak sana dah jauh-jauh, bukan urusan kakak."
Ivi melihat itu, Hwall mendorong lelaki yang mirip dengan Hwall? Kakaknya? Entahlah masa bodo.
"Jangan bilang kamu bermain dengan seorang cewek?"
Lelaki yang mirip Hwall tadi mulai masuk ke kamar Hwall. Berjalan mendekati Ivi, lalu memicingkan matanya.
"Tangannya luka. Pasti ulah kamu kan Hwall?"
"Kak Midam sana dah keluar!"
Menulikan pendengarannya, Midam berjongkok menyetarakan badannya dengan Ivi. "Ayo kakak antar kamu pulang."
Ivi yang mendapat tawaran seperti itu menatap Midam curiga, bisa aja dia sama seperti Hwall, kang php.
Cukup lama Midam menunggu jawaban Ivi. "Kamu kira saya seperti Hwall? Gak lah saya itu normal", Midam mendecak.
Lalu Ivi pun mengangguk mengiyakan.
Dengan dibantu Midam, Ivi dibawa keluar pulang ke kampung halaman Ivi dengan menaiki mobil. Tidak ini bukan mobil yang Hwall dan Ivi naiki tadi.
Yaa, cuma mobil sedan biasa.
Dan mereka tidak tau saja kalau Hwall sejak tadi menatap sinis kepergian Ivi dengan Midam, kakaknya itu.
•••
Udah pendek, gak ngefeel lagi
Iya hujat saja aku:(
![](https://img.wattpad.com/cover/189306857-288-k794749.jpg)