Kamu bagai gempa yang melanda tanah berhektar-hektar.
Hati ini mengakuimu sebagai sang penggetar.
Senyum tawamu manis seperti nektar,
Ketika kulihat lebah menghisap saat menikmati cuaca sekitar.
Rindu ini bagai rintik-rintik yang jatuh menyirami tanah kering kelontar.
Lidah seakan keluh mengakui kata rindu yang akan terlontar.
Akan sampai kapan ini terbenam?apakah sampai rindu berubah menjadi magma yang menggelegar?
Kurasa iya,sampai semua makhluk di bumi mengakui rindu seperti hujan yang membawa pelangi yang indah bagi sekitar.
~me.tini~