Prolog

28 3 2
                                    

Bagaimana pun, jika kehilangan orang yang paling dicinta rasanya tetap saja sakit. Apalagi orang tersebut mati karena diri kita sendiri.

Sulit untuk percaya. Tidak ada yang bisa dilakukan selain mengikhlaskan kepergiannya.

Katanya, kehilangan orang yang dicinta bisa merubah segalanya. Dan itu memang dibenarkan oleh seorang gadis.

Ranindya Sellani.
Gadis berusia tujuh belas tahun itu berubah menjadi sosok yang pendiam, keras kepala dan egois. Membenci dirinya sendiri karena merasa menghilangkan nyawa orang yang dicintainya.

"Nin, jangan melamun terus."

Sellyana Raniza, kakak Ranin itu menyadarkan Ranin dari lamunannya. Usianya empat tahun lebih tua dari Ranin. Saat ini, dirinya sudah bekerja di suatu butik miliknya.

"Hm."

Selly tersenyum tipis. Selalu saja begitu. Adiknya itu hanya bergumam. Sekalinya berbicara, omongan yang dirinya keluarkan sangat kasar. Membuat hati sakit.

"Jangan merasa bersalah terus, Nin. Mereka meninggal bukan karena kamu. Ini semua sudah takdir Tuhan."

Ranin menoleh ke arah Selly, "Hm, andai lo tau rasanya gimana Sell. Sakit!"

Selly mengelus kepala Ranin dengan sayang. "Oh iya, nanti siang kakak mau ngajak kamu makan bareng. Sekalian nanti kita belanja bulanan. Udah lama kita gak quality time." Selly mencari topik baru.

Ranin mengangguk. Dia kembali fokus ke acara tv yang sejak tadi mereka tonton.

Ranin memang selalu menuruti kemauan Selly. Apapun dilakukannya agar kakaknya itu bahagia. Namun satu hal yang tidak bisa Ranin turuti dari kemauan Selly. Merestui hubungan kakaknya dengan Deon, pria yang dicintai kakaknya.

•√√•

-brlntnka-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A CHOICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang