Disclaimer: Sasuke and all the chara are Masashi Kishimoto's.
.
.Langkahnya semakin dekat ke dua orang yang berinteraksi akrab, saling menyentuh. Entah berapa ribu kali melihat ini sampai ia harus terbiasa. Selalu dadanya berdenyut nyeri, menonton adegan nyaris 18+ oleh seseorang yang disukai. Dosa apa ia?
"Baiklah sayang, aku pulang dulu."
Dua bibir berdecap, didemonstrasikan langsung di depan mata. Herannya, Sasuke menatap lurus padanya, seolah kecupan tadi tak bernilai rasa. Lalu seperti biasa, si perempuan akan menatapnya tajam, sebuah tatapan kebencian yang layak dipersembahkan pada hama sawah.
"Kenapa aku harus berteman dengan pria brengsek sepertimu." Hinata mengeluh, menghempaskan tubuhnya ke kursi.
"Kamu mencintaiku." Sahut Sasuke congkak.
Sambil meraih buku menu, Hinata tak ragu mengangguk. "Benar."
Bibir Sasuke melengkungkan senyum puas. Ia menyukai perempuan ini, kejujuran dan caranya mencintai. Sepanjang dua puluh enam tahun hidup, Hinata satu-satunya perempuan yang sanggup menghandle penolakan tanpa menjauh. Sasuke kagum bukan kepalang.
Sayang, kagum tak pernah cukup untuknya.
"Sudah kupesankan. Sup miso kan?" Sasuke meraih tangan Hinata yang sibuk membuka menu, meremasnya lembut.
Hinata meringis. Wanita waras manapun pasti menyalah pahami sikap Sasuke. Dia suka menyentuh, menenangkan bahwa Hinata disayangi. Tetapi itu tak lebih dari fan service belaka. Cara egois untuk membuat Sasuke tetap dicintai.
Mereka makan dalam bisu. Sebetulnya Hinata tengah menyusun siasat untuk kembali melepas peluru pada Sasuke. Menembaknya agar bertekuk lutut.
"Ehemmm..." Sasuke berdeham. Dia menangkap gerakan resah Hinata, makanan diaduk-aduk sedang empunya memilih melamun. "Ada apa Hinata-chan?"
Mata keduanya bertatapan. Hinata kembali menunduk, tak tahan iris kelam yang seperti bisa membaca isi kepala. Mengambil nafas banyak-banyak, ia akhirnya melumpuhkan rasa malu.
"Sasuke, jadi pacarku ya? Ah tidak—kalau bisa jadilah suamiku. Kita sudah dewasa, dan keluargaku sudah menuntut pernikahan. Tapi aku tak bisa jika harus bersama pria lain. Aku ingin—"
"Hinata..." Potong Sasuke. Kebiasaan perempuan itu bicara terlalu cepat jika menyangkut hal serius. "Pelan-pelan."
"Ya... begitulah Sasuke. Please... jadi suamiku?" Mohon Hinata.
Yang ditanya cuma menatap prihatin. Kadang ia tergoda menuruti Hinata. Lalu membuktikan bahwa dirinya brengsek kelas kakap yang anti taubat. Tetapi itu beresiko memusnahkan segala yang pernah mereka punya. Ia tak bisa melukai Hinata lebih dari ini.
Maka ia menggeleng. Menutup segala kemungkinan salah arti.
"Kamu sudah tahu jawabannya. Kita tak bisa lebih dari teman." Ujar Sasuke lugas. "Aku Uchiha, kamu Hyuuga, ingat? Perempuan yang akan berakhir denganku adalah mereka yang mengantongi restu. Yah, semacam Yamanaka Ino."
Hinata melengos. "Ah, kamu memang brengsek."
Semburan tawa Sasuke mengundang beberapa perhatian. Hinata memang ajaib, bukannya baik-baik supaya diterima, malah diumpati.
"Itulah. Makanya kamu nggak cocok denganku." Sasuke mengusap air di sudut mata. "Dengar Hinata, kamu pantas mendapat lebih. Akan ada seseorang yang mencintaimu sampai mau mati. percaya-" Kalimat Sasuke dihentikan sesendok sup yang disuapkan Hinata.
"Bullshit tahu nggak."
Sambil terkekeh Sasuke menambahkan. Seperti selalu, tanpa menyadari pernyataannya menggores Hinata. "Tapi yang jelas pria itu bukan aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Unfriend Her, Love Her
FanficBertahun-tahun, Hinata menembak Sasuke dan hasilnya selalu ale-ale: Alias coba lagi. Si ganteng Sasuke bersikeras Hinata haram dicintai. Tapi sendirinya gusar saat sang sahabat mencari hati lain. Oneshot. Completed.