Sekolah

14 0 0
                                    

Aku pemuda berumur 17 tahun.
Duduk di bangku SMA. Namaku Aditya Rahmadian.
Aku termasuk seorang introvert.
Tak punya teman atau orang yang ku cintai.

Pagi itu terasa dingin sekali. Ingin ku libur sekolah saja. Bangun pagi  yang membosankan,bertemu dengan teman - teman yang menjengkelkan disekolah. Jujur,aku benci sekolah.
Apalagi dengan anak itu,anak kesayangan guru. Selalu dimanja guru,tetapi aslinya dia sering menindas anak yang lemah di kelas. Yah,termasuk aku korban penindasan itu.

Krriiingg... kriiingggg....
Bel berbunyi tanda masuk kelas. Aku bergegas memasuki ruang kelas yang terasa seperti neraka. Berisikan iblis yg ingin menyiksaku.

Aku duduk di kursi paling pojok depan. Yah daridulu aku lebih suka duduk di depan daripada dibelakang.

Pelajaran dimulai. Rasa bosan menghampiri,aku mulai bengong memandang indahnya taman sekolah. Dan sialnya,aku kena hukuman lagi karna tidak mendengarkan guru menerangkan. Yah,bagaimana lagi.. aku bosan.

Di luar kelas,berdiri dengan satu kaki dan tangan memegang telinga. Itu hukuman yang sering aku dapatkan ketika pelajaran berlangsung. Tapi itu tak membuatku sedih. Aku malah senang tidak bertemu guru - guru yang suka memihak salah satu siswa nya..

Bel istirahat pun berbunyi. Murid - murid berhamburan keluar kelas. Lalu anak kesayangan guru itu mulai mengejek aku lagi. Semakin kesini aku semakin muak dengan dirinya. Andai aku punya keberanian untuk melawannya,mungkin aku tidak akan seperti ini lagi.

Pulang sekolah tiba. Ini adalah waktu yang tak ku suka. Saat aku membereskan buku ku,dia tiba - tiba memukul meja membuatku kaget. Dan berkata : "hei dit,lagi ngapain bantu gua dong!!"

Tiba - tiba dia sengaja menjatuhkan buku tugas nya didepanku. Sambil mengatakan : "ini buku tugas gua yang belum gua selesaikan,minggu depan semua tugas ini harus dikumpulkan. Mau gak mau lu harus tuntasin segera dan berikan lagi ke gua sebelum waktu pengumpulan tiba." Lalu dia pergi begitu saja meninggalkan semua tugasnya dihadapanku.

Lagi - lagi aku diam. Dan memendam kekesalanku di dalam hati. Andai aku ngeberontak tamat sudah riwayatku.

Sesampainya dirumah,aku beristirahat di kasur sambil menghayal "jika saja aku terlahir seperti mereka yang kuat,aku ga bakalan begini".

Malam ini aku disibukkan dengan tugas - tugas yang dia limpahkan padaku. Aku muak dengan semua ini,aku ingin berubah!!
Mungkin saja jika aku berubah dia akan tahu siapa diriku.

Semua tugas sudah ku selesaikan,saatnya tidur.

Pagi tiba...
Ahhh sial,lagi - lagi sekolah.
Dengan wajah lesu aku pun berangkat.

Sesampainya disekolah aku melihat kelas ramai tak seperti biasanya.
Rupanya kelas ku berantakan sekali. Tidak ada badai atau angin kencang malam ini. Tapi kenapa kelas ini berantakan? Semua murid bertanya - tanya selagi merapikan meja kursi yang berantakan.

Ketika istirahat aku menuju ke kantin. Aku mendengar desas desus jika kelas ku ada penunggunya. Yah aku mengabaikan desas desus tersebut..

Ketika kembali ke kelas,kelas ramai membicarakan desas desus tersebut. Ku tanya pada teman sebangku ku yang indigo,memang benar ada penunggu. Tetapi dia bilang "penunggu itu gak akan begini,ia akan mengamuk lagi jika ada murid yang tertindas."

Mencerna cerita teman ku tersebut,aku teringat bahwa di kelas ini banyak yang tertindas karna ulah si brengsek itu.

Hari demi hari sering terjadi hal hal seperti ini. Banyak yang menasehati si brengsek itu,tetapi malah dihiraukannya.

Kemudian,penunggu kelas ini mengamuk hebat. Penunggu itu merasuki salah satu siswa. Beberapa mengalami luka ringan akibat peristiwa tak wajar ini.
Hal ini terjadi karena kemarin si brengsek itu berulah lagi.. dia memukuli ku sampai babak belur hanya karena aku lebih disanjung oleh guru daripada dia. Dia tak terima atas perlakuan guru tersebut,aku disangka telah cari perhatian ke guru tersebut padahal tidak.
Aku pulang dengan rasa kesal di dalam hati. Aku berharap aku bisa membalasnya.
Tetapi penunggu itu yang membalaskan dendamku.
Aku sangat berterimakasih karna ada yang membantu ku sekalipun ia makhluk tak kasat mata.

Dan waktu berlalu..
Bulan ini si brengsek kambuh lagi... dia mulai menindas murid - murid lagi..
Kali ini tak akan ku biarkan dia bertindak seenak hati demi kepuasannya sendiri.

Ketika aku sedang berjalan di koridor,aku melihat dia sedang menindas murid lain yang tak bersalah.
Aku mencoba menolong murid itu.
Alhasil dia semakin mengamuk karna aku membantu murid itu.
Dia menantangku duel,dan dia melemparkan pisau ke arahku dengan berkata : "ambil tuh pisau,ayo kita duel!!.."

Aksi ini terjadi ketika sore hari saat pulang sekolah,jadi tidak ada satupun guru atau murid lain, yang ada hanya aku dan si brengsek itu. Si murid tertindas tadi sudah pulang karna aku yang menyuruhnya.

Sore ini adalah waktu yang pas untuk membalaskan dendamku. Seketika aku menyukai bau darah dan menjadi psikopat.
Tiba - tiba aku merasakan adanya perubahan kepribadianku. Kepribadian ini muncul disaat amarahku mulai memuncak.
Aku berkelahi hebat dengan si brengsek itu.. semakin dia menindasku semakin aku lebih semangat untuk membunuhnya.

Ketika pertarungan ini berada di puncak. Si brengsek itu semakin lelah,ini kesempatanku untuk membunuhnya. Walaupun banyak luka yang menggores tubuh dan wajahku. Aku tak akan menyerah untuk membunuhnya.
Aku menyerangnya.. dan... (jleebb jleebbb..) aku menusuk - nusuk matanya dan dia merintih kesakitan dan meminta maaf padaku,aku tak perduli. Aku menggoreskan pisau ke dadanya,mengalirlah darah segar dari goresan itu.. (ahh rasanya nikmat sekali).

Setelah puas menggores tubuhnya. Aku akan mengakhiri hidupnya hari ini.
Tanpa ragu aku menusukkan pisau yang dia beri ke lehernya dengan amat kuat aku mendorongnya sampai tembus.
Darah segar mengucur deras dari lehernya. Kita berdua bermandikan darah.
Setelah melakukan ini aku puas sekali..
Untung hari ini aku membawa jaket,dan pulang kerumah tanpa kepergok orang karna baju ku yang berlumuran darah.

Andai dari awal aku berani melakukan ini,mungkin aku tak akan memendam rasa sakit ini.

Esok harinya..
Setiba di sekolah rasanya guru dan murid melupakan si brengsek itu. Mereka seperti hilang ingatan. Dan aku mengecek ruangan dimana aku berkelahi dengan si brengsek itu,aku kaget ternyata tidak ada jejak satu pun tentang pembunuhan itu.
Aku bersyukur aku tidak tertangkap polisi,karna aku telah membunuh si brengsek itu. Aku kembali ke diriku yang awal dan berfikir aku akan tertangkap polisi.

Apakah ini kejadian asli atau tidak,aku tak tahu. Rasanya ini seperti mimpi yang terjadi begitu saja.

Tiba - tiba aku mendengar tangisan,seperti tangisan keluargaku di lantai bawah.
Ternyata aku telah mati bersama si brengsek itu.
Itu terjadi ketika aku menusuk lehernya,tanpa sadar dia juga menusuk jantungku.
Yah kami bersimbah darah waktu itu.
Tak apa,setidaknya aku sudah membalaskan dendamku.

                      ~ T A M A T ~

Short Creepy StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang