Prolog

2.5K 55 3
                                    

BUG!

Allahuakbar! Kurang kecut! Pala gue kejedot apaan dah? Sakit, njir. Perasaan nyawa gue baru aja mau nyebrang ke alam sebelah. Tiba-tiba aja batal gegara rasa sakit yang menyerang kepala gue.

Dengan mata merem melek, sekuat tenaga gue menoleh ke belakang. Tepatnya ke samping gue. Kampret, cowok shirtless di sebelah gue rupanya tidur dengan posisi kebalik. Itu orang gimana bisa tidur sambil muter badan dengan sudut 180 derajat? Perasaan tadi posisinya normal bae.

Sabar ceog! Biar kate songong begitu, dia tetep laki gue. Nah, baru tau kan? Oh iye, gue lupa kenalan. Nama gue Rosmaina El Hawa. Biasa dipanggil Maina. Dan cowok nyebelin di sebelah gue ini adalah Raden Pangeran Aryakartanegara--laki gue, dengan sangat terpaksa gue akuin lelaki bangsawan Solo ini, sejak beberapa jam lalu. Yup! Kami berdua adalah sepasang pengantin baru. Tapi, meski kami udah nikah, gue berasa kayak masih single. Somplak! Gimana nggak? Gue nikah kayak sama kulkas. Nggak ada kehangatan yang menemani malam pertama kami. Tidur emang seranjang, tapi berasa kayak sama sodara semuhrim. Bukan suami.

Mungkin bagi pasangan lain, masa honeymoon adalah di mana kesempatan bisa buka segel dengan leluasa. Lah, gue? Boro-boro buka segel, digrepe juga kagak. Tapi gue lega sih, ya. Ini laki nggak langsung minta jatah. Karna gue juga belum siap. Soale aku iki masih bocah! Hihi. Apalagi pernikahan kami ini terbilang singkat. Demi apa gue dinikahin sama ortu gue dan si doi hanya karna kita nggak sengaja tabrakan. Eits! Bukan tabrakan biasa, loh ya. Kalau bahasa kerennya 'Married by Accident'. Wiiiih...

Gue cerita dikit, bentar. Gini, kejadiannya sekitar satu bulan yang lalu. Waktu acara pesta ultah salah satu sahabat ortu, yakni ortunya si Mamas Raran. Saat itu gue emang lagi nggak fokus sama keadaan sekitar gue. Maklum, generasi 'nunduk'. Tanpa bisa gue antisipasi sebelumnya, tiba-tiba ada orang yang nubruk badan gue. Lalu entah gimana ceritanya kami jatuh dengan tubuh dia di atas gue. Yang bikin gue syok, bibir dia nemplok di atas bibir gue. Bego! Itu ciuman pertama gue. Sumpah ya, kenapa musti dicuri sama cowok modelan dia?! Udah ekspresi mukanya datar, nggak banyak omong, kalau liatin orang udah kayak mau ditelan bulat-bulat. Nggak minta maap, pula. Ugh! Dongkolnya hati ini. Untung ganteng. Jadi gue nggak kesel-kesel amat.

"Mas! Pindah posisi, elah." Pekik gue, sambil menepuk lengan meriamnya. Dia mengerang pelan dalam tidurnya. Ya Tuhan, ini orang lempeng banget. Cukup keras loh, gue nepuknya. Versi gue. Responnya segitu doang?

Gue kerjain sesekali, baru nyaho, lu.

"Maaaaaaaaas, pindah posisi!" Teriak gue tepat di depan telinganya.

"Damn, shit, hell, fuck...." Umpatnya gelabagakan, dan langsung terduduk dengan tampang linglung.

"Teruuuuuusssss....sebut lagi teman-temannya. Seisi kebun binatang belum kesebut, tuh." Sahut gue dengan tampang innocent.

"Astaghfirullah! Mai, kamuuu...."

"Iya, Kang Mas?" Sahut gue lembut, lalu nyengir ala monyet.

"Bisa nggak sih, kalau ngebangunin itu dengan sikap sopan? Lemah lembut, gitu. Kalau perlu bisikin salam di telinga kanan saya. Saya ini suami kamu, loh." Ucapnya lembut, namun mengandung kemurkaan luar biasa.

"Yang bilang Mas suaminya orang, siapa?" Tanya gue balik, lalu menggaruk kepala yang gatal. Ya elah, ketombe gue mulai menumpuk kayaknya. Musti keramas nih, besok pagi. Mana rambut lepek lagi, gegara seharian tadi pengap dibungkus sama kerudung.

Dia tampak menghela napas kasar, sebelum berpindah ke posisi normal. Lalu kembali berbaring membelakangi gue. Songong ini suami satu. Gue bini lu, ceog! Bukan boneka barbie. Eh! Kebagusan mah, kalau boneka barbie. Maksud gue boneka Annabele. Uuuugh! Serem. Mending tidur lagi deng. Mata gue mulai ngantuk lagi. Alhamdulillah! Gue bisa istirahat juga.

Bersambung....

Huhu, enggak tahu apa lucu atau malah garing. Pokoknya aku udah usaha buat ngelawak di lapak ini.

Please jangan hujat aku dengan menerbitkan cerita baru padahal masih banyak cerita lain yang masih on going.

Aku cuma lagi semangat aja bikin cerita macam begindang.

Intermezo: 👇👇👇

Maina: "Enak ya, jadi sepatu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Maina: "Enak ya, jadi sepatu. Disayang-sayang ama yang punya. Giliran istrinya malah, ditendang-tendang!" Mencak-mencak sambil menyilang kedua tangan di depan dada.

Mas Raran: "....." memilih bungkam sambil melirik ke arah Maina dengan tatapan acuh.

Maina: "Maaaaaaaas!" Pekiknya manja.

Cup!

Satu kecupan di bibir, Maina langsung membeku di tempat. Masih loading....

Nge-Ne(R)s  [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang