Ar 3

2 0 0
                                    


"kim.."

"paan?"

"belajar."

"nanggung."

"lo mau main sampe 10 jam juga pasti bilang nanggung."

"bawel ah, kek ibu-ibu."

"jirr.. ko serem ibu-ibu."

"makannya keep silent."

"makannya belajar."

"gw mah kaga usah belajar, Ar. Tar pinter sendiri."

"mana ada sukses tanpa usaha."

"ada, gw buktinya."

"lo serius dikit kek, bentar lagi kan UN."

"trusss gw harus mandi kembang dulu gitu??"

" ya makannya belajar yang bener."

"males, tar juga di lulusin."

"pokonya gw gamau tau, lo harus bisa masuk kampus gw."

"idihhh maksaa.. otak gw ga nyampe, Ar."

"gw gamau tauu, kalo enggaaa..."

"APA? ngancem nih ceritanya?"

"kalo enggaa, gw gamau lagi jadi sahabat lo."

"trus jadi apa maunya? jadi Babu mau? kebetulan piring dirumah gaadaa yang nyuci."

"kalo kita satu kawasan, gw bisa lebih gampang jagain lo, gitu loh maksud gw."

"ya kalaupun gw ga masuk kampus lo, lo kan bisa mutasi ke kampus gw."

"lu ngomong doang gampang, gw yang ribet."

"udah dehh diem lu. gw pasti lulus ko tenang aja."

"belajar!"

"nanti."

"sekarang."

"nanti."

"gaada nanti-nanti."

"nanggung Ar.. nanggung."

"simpen ga?."

"gamauuuu."

"yaudah."

"Ar.. ranked Ar.."

"AFK!"

"aaahh.. plissss Ar balikinn!"

"buka buku lo!"

"ga asik lo, nyebelin!"

"fokus atau gw lempar handphone lo?!"

"iyaa! iya! puasss?!"

"heran gw, pikiran lo tu apa sih?"

"gw juga heran."

"heran apa?"

"dalam diri lo ko bisa sih ada jiwa ibu-ibu nya? ngomel-ngomel bawel banget."

"gw tu mau lo jadi orang bener."

"emang kalo gw udah jadi orang bener, lo mau apa? nikahin gw?"

"..."

"kan engga."

"yaudah sihh, apa salahnya jadi orang bener."

"emang selama ini lo nganggep gw binatang? gw juga orang kali."

"ya bukan gitu juga."

"lagian yaa, mamah aja ga pernah seperhatian itu, boro-boro nyuruh gw belajar. gw pulang kerumah pun kayanya dia bodoamat."

"lo ko ngomong gitu sih?"

"emang bener."

"mungkin dia lagi sibuk aja Kim."

"sesibuk apa sih Ar?  sampe kabar gw pun ga pernah dia tanya, gw kaya udah ga dianggap. 12 tahun rasanya gue tumbuh sendiri, gue udah kaya ga punya siapa-siapa."

"yaudah, kan ada gw."

"gw pengen ngerasain punya keluarga Ar."

"yaudah kalo gitu buat aja."

"haahh?maksudnya?"

"ya lo nikah dong, biar punya keluarga."

"ogah."

"ko ogah?"

"masih jauh ih."

"kan bisa nikah muda."

"ihh Arkannn, jangan bahas itu ah."

"iya-iya."

"lo ngerasa ga sih kalo nasib kita sama?"

"sama-sama jomblo?"

"apaan sihh, bukan itu."

"trus?"

"sama-sama haus akan kasih sayang."

"tinggal minum dong seyengg."

"arkan! serius."

"iya iya maap."

"gue kehilangan sosok papah diumur 5 tahun, dan semenjak papah meninggal semua berubah, mama selalu nyibukin diri sama pekerjaannya."

"..."

"dan lo yang kehilangan sosok seorang ibu, bahkan sodara kandung lo."

"kim."

"kenapa rasanya sesakit ini, Ar?"

"lo tau ga alasan kenapa semua itu terjadi?"

"engga."

"kita dipertemukan untuk saling menutupi rasa sakit itu, dimana kita haru saling menguatkan. Allah pengen kita jadi orang yang kuat."

"kalo emang itu alasannya, gue ga kuat Ar. gue nyerah! gue kangen papah."

"lo harus jemput kebahagiaan itu."

"kebahagiaan gue udah pergi selamanya."

"masih bisa."

"caranya?"

"belajar, jadi orang yang bener."

"AAAARRGH bosen gue dengernya! belajar belajar belajar muluuu."

"lo nyoba mengelabui gue kan? biar gw lupa kalo lo harus belajar?!"

"engga."

"bohong."

"terserah!"

"ngelesss aja lu mah, Fokus sebulan lagi UN!"

"Bodo!! gue mau AFK aja."

"noob."

"..."

"..."

"tapi Ar.."

"apa lagi?"

"gue.."

"apaa?"

"gue bener-bener kangen papah."

"yaudah, selesai belajar kita ke makam papah lo."

"kenapa ga sekarang aja?"

"masih berani nawar?"

"plisss."

"mending pergi sekarang tapi ga gue anter, atau pergi sesusah belajar gue anter + beli es krim?pilih mana?"

"kedua."

"smart."

involvedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang