Kini Fina sedang bermain bersama Fian. Ternyata anak kecil yang memperhatikan Fina kemarin, bernama Fian.
Dan sebenarnya Fian tidak berani berkenalan dengan Fina. Mungkin karena malu ketahuan memperhatikan Fina yang sedang menangis.flashback on
Ketika merasa ada yang memperhatikan dirinya, Fina mencari siapa orang itu.Fina melihat ada anak laki laki yang sedang bersembunyi dibelakang pohon besar tersebut.
Kemudian ia mendekati pohon itu dan mendapati anak laki laki yang sedang berjongkok."Kamu siapa, kamu tadi liatin aku nangis kan?" tanya Fina pada anak laki laki yang bersembunyi di belakang pohon.
Dengan gugup anak laki laki itu menjawab "i..i..ya, kenalin nama aku Fian, nama kamu siapa?"
"Emm...nama aku Fina", jawab Fina agak takut karena belum pernah bertemu dengan Fian.
"Rumahmu di mana kok aku belum pernah ketemu kamu?", tanya Fina dengan suara agak parau karena menangis terlalu lama.
"Rumah ku deket taman kok, itu kelihatan dari sini", jawab Fian sambil menunjuk sebuah rumah yang terlihat mewah.
Memang orang tua Fian memilih rumah yang dekat taman, dengan alasan agar dapat memberikan tempat bermain yang luas untuk anaknya, Fian. Namun Fian lebih memilih bermain di dalam rumah dengan alasan tidak ada teman untuk bermain. Baru kali ini ia mau bermain di taman. Itupun karena ia melihat gadis kecil seumuran dengannya sedang menangis ditaman.
"Rumah kamu ternyata deket juga ya, tapi kok aku baru kali ini liat kamu di sini?" tanya Fina pada Fian
"Aku tuh emang nggak pernah ke taman, aku ke sini itu karena liat kamu nangis tadi", jawab Fian sambil menahan tawa
"Aku tadi nggak nangis ya,aku cuman sedih aja", sambil menundukkan kepalanya.
Melihat itu yang Fian mempunyai kelebihan dalam melihat situasi dan kondisi pun langsung paham dan mengajak Fina untuk diantarkan pulang.
Flashback off
Esok harinya mereka berjanji akan bermain bersama di taman komplek. Kebetulan rumah mereka satu komplek hanya berbeda blok saja.
Dan sekarang mereka bermain bersama. Seperti sudah melupakan semuanya Fina tertawa hingga matanya yang sipit terlihat seperti garis.
Fian merasa senang melihat hal itu.
"Fina sini dong kita main bola", ajak Fian pada Fina.
"Enggak ah, kan aku perempuan masak main bola sih", kata Fina dengan bibir yang mengerucut ke depan.
Mendengar itu Fian segera menghampiri Fina untuk membujuknnya agar mau bermain bola dengannya. "Fin, kan aku udah ikutan kamu main boneka, sekarang giliran kamu yang ikutan aku main bola", kata Fian menahan tawa karena tingkah menggemaskan sahabatnya ini.
Setelah berfikir cukup lama akhirnya Fina menyetujui ajakan Fian untuk bermain bola.
"Fin oper sini bolanya ke aku!", kata Fian dengan kaki yang siap menerima bola dari Fina.
Namun saat hendak menendang bola kaki Fina terpeleset sehingga dia tersungkur ketanah dengan tangan sebagai tumpuannya.
"hiks...hiks...hiks", Fina menangis karena tidak tahan dengan rasa perih ditangannya dan kakinya.
Melihat hal itu, Fian pun langsung berlari menghampiri Fina dengan rasa khawatir. Karena tangan dan kakinya Fina mengeluarkan cukup banyak darah.
"Fin tangan sama kaki kamu berdarah, aku ajak kamu pulang ke rumahku ya. Nanti biar diobati sama bundaku", kata Fian berjongkok di hadapan Fina.
Fian berusaha sekuat tenaga membantu Fina untuk berdiri. Karena Fina sedikit lebih gendut dari Fian.
Setelah sampai di rumahnya Fian pun langsung memanggil bundanya yang sedang berada di dapur. Melihat putranya yang membawa gadis kecil dengan tangan dan kaki berlumur darah, ia pun langsung panik. Kemudian dengan tergesa gesa ia mengambil kotak P3K
"Fina,kita duduk di sini dulu ya, sambil nunggu bunda", ajak Fian pada Fina untuk duduk dikursi ruang keluarga.
Tak lama kemudian bunda datang sambil membawa P3K untuk mengobati luka pada tangan dan kaki Fina. Bunda mengobati luka Fina dengan telaten.
"Nama kamu siapa, kamu temannya Fian ya?", tanya bunda pada Fina.
"Aku temannya Fian tante", jawab Fina sambil tersenyum ramah kepada bunda Fian.
"Baru kali ini loh Fian ngajak temennya kerumah,oh iya kamu panggil tante bunda aja ya,biar samaan sama Fian", kata bunda sambil mengobati luka Fina.
Fian yang sedang asyik menonton tv pun langsung berteriak setuju ketika mendengar perkataan bundanya. Karena ia sangat menginginkan adik perempuan, tetapi sampai saat ini Fian masih juga menjadi anak tunggal.
Setelah Fina selesai diobati bunda ia pamit pada bunda karena waktu sudah menunjukkan pukul 17.15.
"Tante...ehh...bunda maksudnya, Fina pulang dulu ya bun soalnya udah sore, nanti dicariin bibi", kata Fina dengan raut wajah sedikit cemas.
"Kamu mau pulang sekarang Fin?aku anterin pakek sepeda ya" tanya Fian.
Setelah berpikir cukup lama, Fina pun mau diantarkan Fian. Rumah mereka sebenarnya dekat tetapi karena sudah mulai gelap, jadi Fian tidak tega membiarkan seorang gadis kecil itu pulang sendiri.
🐣🐣🐣
Oke, sampai sini dulu ya guys.
Aku ingatkan sekali lagi, kalau ini karya pertama aku jadi wajar kalau ada banyak salah ya.
Jangan lupa vomennya yaa:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Harapan
Short StoryHarapan, semua orang pasti berharap yang terbaik dalam semua hal. Dalam lingkup pertemanan maupun dalam keluarga. Seperti gadis kecil yang duduk termenung di bawah pohon rindang. Dengan ditemani sahabatnya yang akhir akhir ini selalu menemaninya dal...