(play lagu yang ada di multimedia ya)
DAY 1
Seorang Harry Styles menyuruput kopi hitamnya dalam-dalam. Ia baru saja mendengar kabar bahwa Menteri Pertahanan Amerika Serikat terbunuh sekitar dua jam yang lalu.
Apa yang harus kulakukan? Pikir Harry. Ia tidak tahu apakah harus kembali menjadi agen rahasia GPA dan menyelidiki kasus tersebut—atau hanya diam menikmati hidup seperti manusia biasa dan mengenang seorang perempuan yang sampai sekarang masih ia cintai—Hazel Thompson.
Tak lama kemudian, Harry memutuskan untuk pergi ke gedung intelijen GPA sekarang juga. Ia sudah membulatkan tekat untuk kembali menjadi seorang agen rahasia. Ia merindukan ketegangan yang selalu ia rasakan dulu. Ia juga merindukan tantangan yang dulu selalu menghampirinya.
+++ Gedung Intelijen GPA +++
Ketika Harry hendak memasuki gedung GPA, tiba-tiba saja ada seorang perempuan yang menabraknya dan menumpahkan segelas teh hijau ke pakaiannya.
“ARGH!” erang Harry. “APAKAH KAU BISA MENGGUNAKAN MATAMU DENGAN BAIK?”
“Ah! Maaf, maaf. Ini semua salahku,” ucap perempuan itu. “Maafkan sikapku yang ceroboh, tuan—“
“Siapa namamu?” tanya Harry. “Apakah kau tidak tahu siapa aku?”
Perempuan itu melihat-lihat wajah Harry sejenak dengan raut wajahnya yang sangat polos. “Allena Green,” balasnya, “Dan tidak, aku tidak mengetahui dirimu. Tetapi aku tahu bahwa kau adalah security baru disini, bukan? Jiwa security sudah terlihat dari tampangmu.”
Harry yang sudah tidak tahan lagi dengan perlakuan dari Allenapun langsung pergi dan tak menghiraukan ejekan dari perempuan itu. Yang terpenting sekarang adalah ia harus menemui Tn. Schiff.
Tok Tok Tok
Tn. Schiff membuka pintu ruangannya dan sangat terkejut ketika melihat tamu yang datang menemuinya. Ia tak menyangka bahwa seorang Harry Styles akan menginjakkan kedua kakinya lagi di gedung GPA.
Tn, Schiff langsung mempersilahkan Harry untuk duduk di dalam ruangannya.
Harry tersenyum. “Terima kasih, Tn. Schiff.”
Tn. Schiff mengangguk dan berkata, “Jadi, ada yang bisa kubantu, ex-agen Styles?”
“Aku—Harry Styles—ingin…,”—Harry menelan ludahnya, bersiap-siap akan apa yang akan terjadi kedepannya—“Ingin menjadi seorang agen rahasia GPA kembali dan menyelidiki kasus pembunuhan Menteri Pertahanan Amerika Serikat.”
Sekali lagi, Tn. Schiff dibuat terkejut oleh Harry. Ia begitu senang karena ia mendapatkan tangan kanan-nya kembali.
“Apakah kau yakin, Harry?” tanya Tn. Schiff memastikan. “GPA yang sekarang bukanlah GPA dua tahun yang lalu. GPA telah mengalami banyak perubahan. Salah satunya adalah; seluruh agen yang tengah menjalani misi harus menginap di ruangan agen yang telah disediakan di gedung ini.”
Harry menghembuskan napasnya. Hanya dua tahun ia meninggalkan GPA, dan segalanya telah berubah?
“Harry, apakah kau yakin?” tanya Tn. Schiff mengulangi.
“Aku yakin, Tn. Schiff. Sangat yakin.”
“Baiklah kalau begitu,”—Tn. Schiff mengeluarkan kertas kontrak dan sebuah lencana berwarna emas dari laci kerjanya, lalu memberikannya kepada Harry—“Setelah kau menanda tangani kontrak, kau bisa kembali lagi ke ruanganmu yang dulu. Oh dan kini GPA & GPE sepakat untuk mempunyai sebuah peraturan; agen senior atau terpandang harus memakai lencana GPA/GPE emas, agen yang sudah cukup lama mengabdikan dirinya harus memakai lencana GPA/GPE perak, dan agen junior harus memakai lencana GPA/GPE perunggu.”
Harry terdiam sejenak, memandangi sebuah lencana emas yang sepertinya akan diberikan oleh Tn. Schiff kepadanya. “Kau akan memberikanku sebuah lencana emas?” tanya Harry secara spontan.
“Ya.”
“Mengapa?” tanya Harry lagi.
“Karena kau adalah agen terbaik yang pernah kumiliki selama aku menjabat sebagai direktur utama GPA, Agen Styles,” jawab Tn. Schiff dengan tegas.
Harry tersenyum tipis. “Terima kasih, Tn. Schiff. Sebuah kehormatan bagiku bisa memiliki lencana emas ini.” Ia menanda tangani kontrak.
***
Harry menarik napasnya dalam-dalam ketika ia sudah berada tepat di depan pintu ruangannya. Selama dua tahun, ia sama sekali tidak pernah memasuki ruangan ini. Entah apa yang dipikirkannya dahulu sampai-sampai ia memutuskan untuk berhenti menjadi seorang agen rahasia.
Tetapi kini Harry bersyukur karena ia kembali tersadar bahwa menjadi seorang agen rahasia adalah pekerjaan yang paling baik di seluruh penjuru dunia.
Harry baru saja akan menempelkan jarinya ke alat pendeteksi sidik jari ketika tiba-tiba seorang gadis berteriak, “HEY! APA YANG KAU LAKUKAN DISINI?”
“Bukan urusanmu, Nona Green.”
“BUKAN URUSANKU?” ucap Allena setengah berteriak. “Kau bilang ini bukan urusanku?! Tentu saja ini adalah urusanku, bodoh! Tn. Schiff tidak memperbolehkan satu agenpun memasuki ruangan itu selama dua tahun, dan sekarang kau yang notabene seorang security ingin memasuki ruangan tersebut?!”
Harry memperhatikan Allena dari bawah sampai atas—tatapannya terhenti ketika ia melihat sebuah lencana perunggu tertempel pada pakaiannya. Oh, rupanya dia adalah seorang agen baru, pikir Harry.
“MENGAPA KAU DIAM SAJA?” tanya Allena, “Kau harus aku bawa ke ruangan Tn. Schiff sekarang juga.”
Harry menatap mata Allena dalam-dalam. Mata Allena yang berwarna coklat sangatlah indah bagi Harry—namun anehnya, ia merasa bahwa dahulu ia pernah sangat dekat dengan Allena.
“Berhenti menatap mataku yang sangat indah, security.”
“Kalau begitu, kau juga harus berhenti memanggilku seorang security,” kata Harry yang terdengar begitu santai. “Coba lihat lencanaku, Nona Green. Aku adalah seorang agen senior yang sempat berhenti.”
Seketika saja wajah Allena menjadi merah padam dan matanya membulat—ia tak menyangka bahwa Harry adalah seorang agen senior. “A-a-aku meminta maaf, Tn. Styles. Aku sama sekali tidak menyangka bahwa kau adalah—“
Harry tersenyum dan langsung memasuki ruangannya sebelum Allena sempat menyelesaikan kalimatnya.
Allena Green. Mengapa aku merasa bahwa aku sudah mengenal Allena sejak lama? Mengapa? Otak Harry terus memikirkan hal tersebut sampai-sampai ia merasa otaknya akan meledak beberapa detik lagi.
***
TO BE CONTINUED!
Jangan lupa vote + comment ya, makasih!
KAMU SEDANG MEMBACA
10 Days
Fanfiction10 hari. 10 hari yang sangat berbahaya di negara Amerika Serikat. Banyak menteri atau pejabat Amerika Serikat yang terbunuh dalam 10 hari. Harry Styles, Allena Green, Liam Payne dan Louis Tomlinson bertugas untuk mencari tahu siapa dalang dari kasus...