[2] It's A Murder Chain, I Guess

681 69 19
                                    

DAY 2

Harry terbangun karena alarm kamarnya berbunyi—menandakan bahwa ada suatu musibah yang terjadi lagi di Amerika. Baru pukul enam pagi dan Amerika sudah mendapatkan masalah baru? Oh Tuhan, apa salah Negara ini? Batin Harry.

“Menteri Luar Negeri AS baru saja terbunuh. Aku ulangi, Menteri Luar Negeri AS baru saja terbunuh,” speaker kamar Harry mengeluarkan bunyi yang begitu keras. “Harry Styles, aku ingin kau ke ruanganku sekarang.”

Harry langsung memakai kaus hitamnya dan bergegas menuju ruangan Tn. Schiff.

***

“Agen Styles, aku rasa ini adalah kasus pembunuhan berantai,” ujar Tn. Schiff.

Harry yang mendengarnya pun terbelalak. “Pembunuhan berantai?” tanya Harry memastikan. “Maksudmu… Ada orang yang ingin membunuh seluruh menteri Amerika Serikat?”

“Lebih tepatnya, sekumpulan orang,” jawab Tn. Schiff. “Butuh banyak orang untuk membunuh satu menteri, mengingat setiap menteri pasti memiliki bodyguard mereka masing-masing. Dan biasanya, satu menteri bisa memiliki lima sampai sepuluh bodyguard, terkadang juga bisa lebih.”

“Tolong sebutkan lokasi pembunuhan menteri pertahanan dan menteri luar negeri, Tn. Schiff. Aku akan berangkat sekarang juga.”

“Tunggu, Harry. Tidak semudah itu, kau membutuhkan beberapa agen lagi untuk membantumu,”—Tn. Schiff memainkan jari-jarinya, terlihat frustasi—“Dan… Kita juga belum tahu menteri apa lagi yang selanjutnya akan terbunuh.”

Harry yang semula ingin beranjak dari tempat duduknya, kini membatalkan niatnya. “Kalau begitu, sebaiknya kau cepat mencarikanku partner,” ujar Harry. “Karena tanganku sudah gatal ingin membunuh penjahat-penjahat itu.”

“Masalahnya; kami telah kehilangan 100 agen.”

Mata Harry terbelalak. “APA? BAGAIMANA BISA?!”

Harry merasa sangat heran—karena sebelumnya belum pernah ada kasus seperti ini di GPA. Ia kira tragedi Agen Malik dan Agen Summer dari GPE adalah satu-satunya yang terparah, namun sepertinya ia salah. Kasus ini sama parahnya dengan kasus Agen Malik dan Agen Summer.

“Ada yang meledakkan rumah 50 agen di waktu yang bersamaan.”

“Lalu bagaimana dengan 50 agen lainnya?”

Tn. Schiff menunduk. “Kami tak tahu. Berdasarkan informasi, hanya 50 rumah agen yang telah diledakkan,” ucapnya.

Dengan gerakan cepat, Harry langsung berdiri dari tempat duduknya semula. Wajahnya penuh amarah karena tak terima dengan kenyataan yang telah terjadi.

Oh, rupanya sifat emosional dan ceroboh tetap melekat dalam dirimu,” kata Tn. Schiff. “Jangan bertindak bodoh, Styles.”

Kini Harry sudah tidak tahan lagi, amarahnya sudah melebihi batas—dan sekarang, ia akan melampiaskan amarah tersebut. Harry memukul meja Tn. Schiff dengan keras dan berkata, “JADI KAU INGIN AKU HANYA DUDUK DIAM DAN MENYAKSIKAN TEMAN-TEMANKU SERTA PARA MENTERI TERBUNUH?!”

Tn. Schiff mendengus pelan. Ia sudah terbiasa dengan sikap Harry yang emosional dan tidak sabaran. “Bukan itu maksudku, Styles. Kita harus menyusun rencana—“

FUCK PLAN! Selama ini, rencanaku selalu gagal,” ujar Harry. “JADI, APA GUNANYA AKU MENYUSUN RENCANA?!”

Puncaknya, Harry keluar dari ruangan Tn. Schiff dan membanting pintunya keras-keras. Ia tak peduli dengan tanggapan Tn. Schiff—karena Harry berpikir bahwa ia harus bertindak cepat, atau seluruh menteri akan… terbunuh.

BRAK

Tiba-tiba saja ada yang menabrak tubuh Harry hingga sekarang ia tergeletak di lantai dengan wajah yang begitu kesal. Ugh, kenapa aku harus terjatuh di waktu yang tidak tepat?!

“Oh, Tn. Styles! Maafkan aku!”

It’s okay, Sam.” Harry kembali bangkit, walaupun punggungnya masih terasa sakit, mengingat ia tertimpa badan besar milik Sam. “Apakah kakakmu sedang bertugas?”

Sam menganggukkan kepalanya. “Ya—sekarang Marcus sedang berada di ruang senjata. Mau ku antar?”

“Boleh.”

***

TO BE CONTINUED!

A/N: Jangan lupa vote&commentnya ya! xx

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 06, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

10 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang