I#3. Destiny

1.5K 122 16
                                    

Naruto©Mr. Masashi Kishimoto
Fanfiction Indonesia
...
Pair : Sasu-Hina

Warning!

Segala typo (s) dan lainnya harap maklum.

Happy Reading!

=====❤❤=====

Koibito

"Dia sangat tampan. Oh, mungkin teramat tampan." lirihnya. Mata cantiknya tidak teralihkan pada sosok yang sedang terlelap di depannya dengan pandangan terpesona.

Gadis cantik nan manis itu lalu berjongkok di depan lelaki tersebut. Tangannya terulur, menyibak pelan rambut revan lelaki tersebut yang menutupi dahinya. "Hey! Siapa kamu sebenarnya, 'Tuan Tampan'?" gumam Hinata. 'Cup!' Sebuah kecupan pada dahi lelaki itu Hinata berikan begitu saja. Entah disadarinya atau tidak. Dengan tersenyum, juga tampak rona di kedua pipi tembemnya.

----------

Pada akhirnya, untuk pertama kalinya sejak Hinata masuk SMA membolos tanpa alasan yang jelas. Hah! gadis itu hanya dapat mendesah kala melirik jarum jam yang sudah menunjukkan pukul dua belas tepat. Dan si 'Tuan Tampan' masih saja belum menampakkan tanda - tanda akan bangun dari mimpi indahnya.

Gadis Hyuga itu memutuskan untuk membersihkan rumahnya. Sekalian membuat makan siang, samberi menunggu lelaki tersebut bangun. Dan lagi, tidak mungkin juga dirinya membangunkannya.

.

.

Tidak terasa waktu pun cepat berlalu. Jam dinding telah menunjukkan pukul empat sore. Itu artinya satu jam lagi ia harus pergi bekerja. Namun, sampai saat ini pun lelaki itu belum juga berniat membuka matanya.

Lagi - lagi Hinata hanya dapat mendengus kasar. "Bagaimana ini? Mengapa dia belum bangun - bangun juga, sih!?" ucapnya yang mulai frustasi. Berjalan mondar - mandir di depan lelaki tersebut samberi derdecak kesal.

Hujan di luar telah redah sedari siang. Meninggalkan aroma tanah basah yang begitu khas pada indera penciuman. Serta udara sore yang begitu menyejukkan.

Dengan sedikit keberanian yang di milikinya, akhirnya gadis tersebut menggoyang - goyangkan tangan lelaki itu dengan pelan. Berharap agar lelaki tersebut segera bangun, dan dirinya dapat segera berangkat bekerja. Namun nyatanya nihil. Meski Hinata telah melakukannya beberapa kali. Dan sama sekali tidak ada keterusikkan dari lelaki tersebut untuk membuka matanya.

"Duh! Orang ini tidur atau mati, sih!?" gumamnya. "Kalau mati, tapi masih bernapas, lho?!" huh! Tampan - tampan tidurnya seperti 'kebo'!" omel gadis itu dengan nada teramat kesal.

"Tuan, bangunlah!" serunya pelan. Masih berusaha membangunkannya. "Huh! Benar - benar kebo." dengusnya.

Tangan mungilnya semakin memberanikan diri untuk menyentuh wajah lelaki tersebut. Mengelus pelan rahang keras si lelaki. Walaupun tidak dapat di pungkiri, degub jantungnya yang kian berpacu. "Halus, untuk ukuran seorang lelaki." lirihnya dengan tangan yang masih membelai wajah lelaki tersebut.

"Tuan, bangunlah ...!" seru Hinata lagi. "Aisshh ... Dia ini, yaa?!" desisnya, sebab masih belum ada tanda - tanda tamu tanpa namanya tersebut terusik. Namun, tepat sekian detik berikutnya. Lelaki tersebut mulai membuka mata kelamnya yang begitu tajam juga menawan menurut Hinata.

Dirinya berasa terhipnotis. Mata beloknya tidak bisa beralih sedikitpun dari obyek di hadapannya itu. Serta tangannya yang masih setia berada pada pipi tirus lelaki tersebut.

Sreet!

Greb!

Sebuah tarikan cukup kuat Hinata rasakan saat tangan, serta pinggangnya telah di tarik dan jatuh tepat menimpah dada bidang berlapis kimono coklat milik ayahnya.

Gadis itu terdiam sejenak. Merasakan desiran aneh yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Hanya diam. Menatap manik kelam di bawahanya yang juga menatapnya tajam. Dengan wajahnya yang semakin bersemu.

Lengan kekar lelaki tersebut meremas pinggul gadis di atasannya dengan cukup kuat. Hingga membuat si empunya mendesah seketika. Sebuah seringaian muncul pada sudut bibi lelaki itu yang membuat Hinata semakin merona dengan pandangan matanya yang tetap tertuju pada manik jelaganya.

"Apa kau akan tetap seperti ini?" ucap lekaki itu. "Kau tahu, dengan posisi seperti ini dirimu dapat membangunkan sesuatu yang lain di bawah sana." ucap lelaki itu datar. Juga dengan seringaiannya yang tidak juga luntur dari bibir sexy-nya.

"Hah! Ma-maaf!" lirih Hinata.

Kemudian gadis Hyuga itu langsung bangkit dan berdiri sedikit menjauhi lelaki tersebut. Dengan wajahnya yang tidak perlu di pertanyakan lagi. Merah parah.

"Hn, tidak masalah." jawab lelaki itu.

Lelaki itu kemudian duduk, tangan kirinya menyentuh bahu kanannya yang masih sedikit nyeri. Lalu tatapannya beralih pada sosok gadis penolong di depannya tersebut dengan pandangan menilai. "Cantik ..." gumam, yang mungkin saja si gadis tidak bisa mendengar.

"Berapa lama aku tertidur?" tanyanya.

"Hm ... Sekitar sepuluh jam." jawab Hinata dengan melirik pada jam dindingnya. Dan ... "Oh, no!" serunya. Dengan cepat Hinata pun segera berlari menuju kamarnya. Menggati pakaian. Ia harus bergegas. Sedangkan lekaki itu hanya dapat melihat tingkah gadis cantik itu dengan pandangan yang sulit diartikannya.

"Lucu sekali." lirihnya dengan sudut bibirnya yang sedikit terangkat.

Beberapa saat kemudian, Hinata keluar dengan berpakaian rapi. Hanya kemeja putih dan jens hitam, serta tas punggung kecil yang telah ia sampirkan di bahunya.

Berjalan menghampiri lekaki itu, dan menyodorkan satu style-lan kemeja hitam dengan celana bahan panjang milik Ayahnya dulu pada lelaki itu. "Ma-maaf, Tuan. Bukannya aku bermaksud mengusirmu. Tapi saat ini aku harus pergi bekerja. Jika ..."

"Aku akan pergi sekarang." ucapnya memotong kalimat Hinata.

Lelaki itu pun langsung keluar dari dalam rumah gadis itu. Tentunya setelah menggati pakainnya. Pergi begitu saja tanpa ucapan terima kasih atau sepatah katapun pada Hinata yang telah monolongnya.

"Hah! Sungguh konyol diriku menolong orang seperti itu." katanya.

>>>

==========
Bab I. Destiny berakhir.

Please leave your vote, comment and can follow me too! ^^

Thank's all
Sby, 20/06/'19
22:47pm.
===========



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 21, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KoibitoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang