I#2. Destiny

1.3K 114 5
                                    

Naruto©Masashi_Kishimoto
Fanfiction Indonesia

Pair : Sasuhina

Segala typo (s) dan lainnya harap maklum

Selamat membaca!
_________

Mendengar persetujuan secara tidak langsung dari ucapan lelaki itu, membuat gadis itu tampak gembira juga tersenyum. Entahlah, Hinata pun tidak tahu dengan situasi ini. Apa ini memang sudah takdir, bahwa dirinya yang menolong lelaki itu? Walaupun ia tidak tahu - menahu tentang siapa lelaki asing itu sesungguhnya. Apa lelaki tersebut orang baik, ataukah sebaliknya? Mungkin memang sudah takdir dari 'Sang Penguasa Jagad' untuk mereka, harus dipertemukan dengan cara seperti ini.
_____

Koibito

"Tch! kenapa malah senyum - senyum. Ayo, cepat!" seru lelaki itu membuat Hinata gelagapan juga salah tingkat dengan semu di pipinya.

Gadis itu langsung berjalan mendahului lelaki itu tanpa menoleh ke arahnya. Ada sedikit rasa takut juga sebenarnya dalam dirinya. Apakah keputusannya menolong, serta membawa lelaki asing ke rumahnya adalah keputusan yang tepat? Pikirnya.

Tidak lama kemudian, merekapun sampai di sebuah rumah sederhana milik Hinata. "Ini rumahmu?" tanya lelaki itu datar, menatap rumah mungil gadis itu.

"I-ya, Tuan! A-apa ... Kau ingin aku membawamu ke clinic saja?" tanya Hinata ragu.

Tanpa berkata apapun, lelaki itu memasuki rumah gadis itu terlebih dulu sebelum sang empunya. Hinata hanya menghela napas melihat tingkah lelaki asing tersebut yang terlihat begitu arrogant.

Hinata menempatkannya pada ruang tengah rumahnya, bersebelahan dengan dapur. Gadis itu kemudian mengambil kotak P3k miliknya, dan mulai membantu membersihkan luka - luka lelaki tersebut, yang ternyata cukup parah. 'Luka tembak?' Batinnya terkejut.

"Tunggu!" tangan lelaki itu menahan lengan mungil nan halus Hinata yang akan membuka kancing kemejanya.

"I-iya, kenapa?" tanyanya bingung, dengan wajah polosnya yang tampak imut.

"Apa yang kau lakukan, hn?" tanya lelaki itu datar. Namun pandangan matanya tertuju tepat pada manik indah milik gadis itu dengan tajam.

"Hmm? tentu saja membuka kacing kemejamu. Dengan begitu aku lebih mudah mengobati luka di bahumu itu 'kan!?" ujar Hinata heran.

"Aku tahu. Tapi aku ini laki - laki, lho!?"

"Lalu?" sahut Hinata cepat. Menatap lelaki itu dengan polos, memiringkan sedikit kepalanya. Imut.

"Tck, kau tidak merasa malu membuka pakaian seorang laki - laki?" ucapnya. "Atau kau sudah terbiasa?" lanjutnya.

"Hahaha ... Ups! Tuan, kau ini ternyata lucu juga, yaa!?" sindir Hinata, dan tanpa sadar dirinya juga menertawakan lelaki tersebut. Tidak menghiraukan tatapan tajam matanya.

"Maaf." kata Hinata kembali.

Lelaki itu hanya menatap Hinata datar, dengan bibir terkatup rapat. Tampak jelas tidak suka dirinya akan gadis manis di hadapannya itu, karena sudah menertawakannya.

"Tenang saja, Tuan. Aku akan membersihkan, juga mengobati lukamu itu dengan baik. Percayalah!" ucap Hinata penuh kayakinan. "Aku juga akan mengambil proyektil itu dengan sangat baik. Dulu aku pernah melihat Ny. Tsunade melakukannya, meski dengan petalatan seadanya." jelas gadis tersebut dengan tegas.

Mendengar penuturan dari gadis itu, timbul kerenyitan di dahi lelaki tersebut. Peralatan seadanya? Apa gadis ini akan menjadikanku sebagai kelinci percobaannya? Pikirnya.

Hinata mulai melepas kancing kemeja lelaki itu dan membersihkan terlebih dahulu lukanya. Gadis itu cukup terkejut dengan banyaknya bekas luka goresan baru maupun lama pada tubuhnya. 'Siapa pria tampan ini sebenarnya? Kenapa tubuhnya banyak sekali luka?' tanya hatinya.

Peralatan sederhana yang Hinata gunakan untuk menolong lelaki itu cukup berguna. Tidak sia - sia dulu dirinya bekerja membantu Ny. Tsunade di clinic dekak rumahnya. Setelah mengobati dan menjahit luka di bahunya. Sebelumnya Hinata terlebih dulu mengeluarkan peluru tersebut.

Ada setidaknya lima sampai tujuh jahitan yang Hinata lakukan. Agar luka sobekkan pada bahunya tersebut tertutup. Dengan telaten Hinata melakukannya. Tidak ada ringisan ataupun keluhan kesakitan yang terdengar dari mulut lelaki itu keluarkan.

Setelah semua selesai, gadis itu segera membereskan peralatan P3k-nya dan menyimpannya kembali. Hinata juga membuang kemeja lekaki tersebut, yang sudah tidak layak pakai. Dan memberikan kimono bekas milik Ayahnya dulu.

Mata arang lelaki itu terus saja memperhatikan setiap gerak - gerik gadis yang bahkan dirinya tidak tahu namanya. Di sisi lain, tepatnya di dapur. Hinata dengan lincah dan cekatan mulai membuat sarapan untuk dirinya juga Tuan yang tidak ia ketahui siapa namanya juga.

Tidak berapa lama, hidangan sederhana pun telah selesai ia buat. Nasi putih, roll egg, sup miso juga ocha herbal hangat di cuaca dingin seperti saat ini. Dengan hujan yang tidak kunjung redah. Kemudian Hinata memanggil tamu tampannya tersebut agar menghampiri meja makan.

"Silahkan, Tuan!" ucap Hinata mempersilakan.

Lekaki itu menghapiri meja makan dan hanya bergeming dengan bibir terkatup rapat. Matanyapun hanya memandang datar hidangan tersebut, lalu melirik gadis itu. Hinata yang mengerti maksudnya pun menyunggingkan senyumnya dan berkata. "Tenang saja, makanan ini tidak beracun. Dan aku jamin seratus persen halal, koq!" ucap Hinata dengan tersenyum.

"Hn."

Mendengar gumaman lelaki tersebut, gadis itu kemudian menarikkan kursi untuk si Tuan tamu itu dan mempersilahkan duduk. Merekapun makan dengan tenang. Hanya terdengar suara benturan sendok, sumpit pada mangkuk. Hingga semua hidangan yang terseji tandas.

"Hah ...! Aku sudah terlambat masuk sekolah rupanya!?" gumam Hinata. Setelah dirinya membereskan semua peralatan makan juga dapur. Juga ... Tidak mungkin dirinya meninggalkan tamunya itu sendirian.

Sekarang sudah pukul sembilan lebih dua puluh menit. Itu artinya jam pelajaran pertama telah usai. "Hahh!" menghela napas kembali dengan berat. Gadis itu melangkah menuju ruang tengah dimana si tamu berada, yang ternyata telah memejamkan matanya. Mungkin efek obat yang diberikannya tadi mulai bereraksi. Pikirnya.

"Dia sangat tampan. Oh, mungkin teramat tampan." lirihnya. Mata cantiknya tidak teralihkan pada sosok yang sedang terlelap di depannya dengan pandangan terpesona.

Gadis cantik nan manis itu lalu berjongkok di depan lelaki tersebut. Tangannya terulur, menyibak pelan rambut revan lelaki tersebut yang jatuh menutupi dahinya. "Hey! Siapa kamu sebenarnya, 'Tuan Tampan'?" kata Hinata lirih. 'Cup!' sebuah kecupan pada dahi lelaki itu Hinata berikan begitu saja. Entah di sadar atau tidak. Dengan tersenyum juga tampak rona di kedua pipi tembemnya.

>>>

-----❤❤-----

Please leave your vote, comment
and follow me us!

Thank's all,
Sby, June'19
------------------

KoibitoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang