"Lah terus kita gimana?" tanya Taka kebingungan yang hanya dibalas gelengan kepala oleh Toru dan Ryota.
Ini adalah persoalan yang sulit.
Sangat sangat sulit.
Apalagi Toru yang sudah menunggu teman-temannya selama berabad-abad.
Impian mereka seakan sirna bagaikan terbawa angin topan, diseret banjir, dihantam tsunami, tertimpa runtuhan tanah longsor, dan terkena letusan gunung berapi. Harapan besar mereka benar-benar musnah, mereka merasakan kekecewaan itu. Seperti tombak yang menghujam tubuh mereka, sakit.
(Toru : Fix, gw nyesel punya author yang lebay banget kayak gini.)
Kisah mereka benar-benar seperti drama, mengharukan. Dan mereka memutuskan untuk pulang. Akan tetapi ....
"Abang-abang, kok di situ lagi apa?" Pertanyaan itu berasal dari seorang gadis cilik yang berdiri di atas mobil pick up.
Rupanya sebelum mereka bertiga meninggalkan tempat suci tersebut, ada sebuah mobil pick up yang berisi anak-anak berhenti. Dan ternyata itu juga rombongan takbiran keliling tadi, tapi ya sama-sama ketinggalan seperti ketiga manusia jones itu.
"Dia siapa? Kok manggil kita," bisik Ryota kepada Toru yang masih bingung mau apa.
Toru membalas berbisik, "Tetangga gue."
"Hey Abang, kok pada diam sih? Tambah kelihatan jonesnya loh kalau begitu," kata gadis cilik itu lagi yang membuat hati ketiga pemuda itu tercabik-cabik.
Taka tiba-tiba tertawa. "Toru jones ya? Haha." Tawanya terdengar menggelegar, mungkin suara gledek pun kalah dengan suaranya.
"Hoy, gue nggak jones ya, gue masih single," balas Toru tidak terima.
"Bang, ikut kita saja yuk daripada cuma diam di sana."
Tiga pemuda yang masih dipertanyakan jodohnya itu kemudian berunding bak para polisi yang sedang menyusun strategi untuk menangkap seorang penjahat. Si gadis kecil, anak-anak lainnya serta sopir mobil pick up tersebut pun dengan sabar menunggu.
Setelah beberapa menit berunding mereka akhirnya menerima ajakan tersebut, walaupun sedikit terpaksa. Kalau dipikir-pikir sediri aneh juga ya kalau ada tiga pemuda SMA berdiri diantara anak-anak SD yang mau takbiran keliling.
"Tak, kok ketinggian lo hampir sama kayak bocah SD sih?" ejek Ryota ketika mereka sudah naik ke mobil bersama anak-anak itu.
Taka mendengus kesal. "Kampret lo, Ryot."
"Gue cuma mengungkapkan fakta."
Dan kemudian terjadilah sedikit kegaduhan di atas mobil yang sudah melaju di jalan itu. Toru cuma pasrah, Ryota dan Taka heboh adu mulut, dan anak-anak SD tadi malah memberi dukungan untuk mereka. Dasar, kelakuan para jones.
(Toru : Sekali lagi lo ngatain gue jones, gue santet elo Thor. *kesel)
Merasa kesal, Toru akhirnya turun tangan untuk menangani masalah itu sebelum tambah parah. Siap-siap, Toru akan berada dalam mode garangnya.
"TAKA RYOTA, BISA DIEM GA SIH? LO ITU MAU IKUT TAKBIRAN ATAU MAU BERANTEM? KALAU MAU BERANTEM IKUT GULAT BEBAS SANA, DI SINI BUKAN TEMPAT BERANTEM. KALAU KALIAN MASIH AJA BERISIK, LANGSUNG GUE LEMPAR KALIAN DARI SINI. MAU??"
Semua orang terdiam mendengar teriakan Toru yang cetar membahana tersebut, termasuk si Pak Sopir. Taka dan Ryota sama-sama meneguk ludah karena takut.
Suasana di atas mobil pick up sempat mereda sebelum akhirnya kembali riuh. Bukan karena akibat ulah Taka dan Ryota, melainkan semua anak-anak SD di mobil itu mulai mengumandangkan takbir mereka. Toru, Ryota dan Taka sempat terdiam hingga turut melakukan juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wan Kerokan (OOR's Group Chat)
Fanfic[Selesai dengan maksa] Ini hanya kumpulan chat dari empat manusia dengan tingkat kegajean maksimal. Taka : Iya, aku tahu kok kalau aku ini memang ganteng dan keren. Jadi, berhentilah memujiku. Toru : Mohon yang di atas gue itu diabaikan saja! Nggak...