4. Sulung

417 58 18
                                    

Cukupkanlah
Ikatanmu
Relakanlah yang tak seharusnya untukmu
Yang sebaiknya kau jaga
Adalah
Dirimu sendiri

———

"Guys, selametin Gia dulu dong. Hari ini resmi lulus probation!" ucap Mbak Harsya yang kemudian disusul tepukan tangan dari anak-anak selantai. Aku yang lagi fokus tektokan sama klien di grup whatsapp seketika menoleh. Ehh. Kok diumumin sih.

"Welcome to the jungle, Gi!" Caca berdiri dari kursinya khusus untuk menghampiri mejaku. Kantor kami open space, jadi semua kegiatan terlihat jelas. Aduh aku mau diapain Caca nih.

"Thank you?" ohhh ternyata mau dipeluk.

"Keep up the good work!" Kali ini Ajun yang memberi selamat. Tentunya gak pake bonus peluk. Sorry bukan muhrim.

"Asikkk udah bisa cuti dong," ledek Bang Buma, art director-ku yang setiap hari selalu berbaju warna hitam. Sungguh bertabrakan denganku yang tidak bisa lepas dari warna kuning atau oranye.

Lagian. Mau cuti ke mana. Weekend aja aku males sendirian di kosan. Apalagi harus cuti.

"Udah ah malu gue diliatin orang sekantor. Sana pada balik kerja! Ntar gue kasi brief baru nih."

"Bangsat ngancemnya pake brief." Oh yang kotor-kotor begini tentu saja mulut Ajun. Meja kami sebelahan btw.

Aku masih asik mengetik di notes saat sebuah pesan masuk di emailku. Dari Ganesha@kims.co.id.

'Dear, Gia. Berikut terlampir image EP WEEK 3 dan revisi WEEK 2 Bibilac. Kindly check.


ps: mau kasih reward apa buat diri sendiri hari ini?'

Instead of saying congratulations, Giaaa! beginilah cara Gane menyelamatiku. Awalnya kukira ini basa-basi. Ternyata he's just being himself. Yang kalo kata Ajun emang anaknya begitu. Eh, ngomong-ngomong Ajun, kayaknya tadi dia manggil.

"Gi. Lo pernah patah hati gak?"

Hah??? Apaan? Aku menoleh cepat saat kata-kata itu terlontar dari bibirnya. Aku pikir Ajun becanda. Tapi dari tampangnya yang kayak headset kusut itu, bisa kurasakan ini serius.

Ajun menyenderkan punggung ke kursi. Menatap kosong langit-langit seolah mencari jawaban. Waduh. Yang afektif bipolar kan aku. Kenapa yang moodnya ekstrem dia.

"Jun, lo kenapa?"

"Gue nanya. Lo pernah patah hati gak?"

"Kenapa nanya gitu ke gue?"

"Mau nanya Caca tapi anaknya lagi pumping. Mau digaruk apa muka gue kalo gangguin."

"Maksudnyaaa, kenapa nanya patah hati ke gue?"

"Lo kan kayak gak pernah sedih, Gi. Tiap hari haha hehe terus di kantor. Kerja di weekend gak pernah ngeluh. Mau dibantai klien juga masih bisa ketawa. You living up your name. Selalu bahagia."

Ketikan jariku di laptop berhenti. Alih-alih merasa tersanjung, aku justru merasa... heran?

"Lo ngeliat gue kayak gitu, Jun?"

ReverieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang